18 September 2012

[Sinopsis] Nice Guy Episode 2 - part 2



Ma roo melihat saat Eun gi meninggalkan rumahnya.



Setelah mobilnya Eun gi pergi, Ma roo keluar dari mobil dan menuju gerbang rumah tersebut. Dia mengembalikan uang pemberian Jae hee ke rumahnya.



Saat akan pulang, Choco menelpon Ma roo sambil menangis. Choco memberitahu kalau polisi datang ke rumah mereka mencari Ma roo. Mereka juga menggeledah kamar Ma roo. Ma roo segera berlari pulang.



Choco menuggu Ma roo sambil berhujan-hujan. Saat kakaknya datang, dia langsung memeluk Ma roo sambil menangis. Si polisi memberitahu Ma roo bahwa mereka datang atas laporan surat ancaman dari Han Jae hee. Ma roo terkejut mendengarnya. Choco membela kakaknya.

Saat akan dibawa pergi, Ma roo kembali menanyakan nama si pelapor.

“Han Jae hee-shi,”jawab si polisi.



Choco mengikuti mereka dari belakang sambil menangis dan terus memanggil kakaknya. Dia tidak memakai payung atau jas hujan. Ma roo meminta izin untuk menenangkan adiknya.

Dia menyuruh Choco pulang ke rumah. Dia akan segera kembali. Choco berkeras bahwa kakaknya tidak bersalah. Dia menyuruh Ma roo untuk memberitahukan pak polisi itu bahwa dia tidak melakukan apa yang dituduhkan kepadanya. Dia bahkan membuang payung yang diberikan Ma roo kepadanya.

Ma roo marah. Kata dokter Choco tidak boleh kena hujan. Kalau tidak, dia bisa mati.

“Siapa peduli kalau aku mati?” Tanya Choco. Wajah Ma roo membeku.

“Baik. Pergilah. Mati saja sana,” suruh Ma roo. Tangisan Choco semakin keras. (Hiks…kasihan mereka berdua)



Jae hee menuju kantor polisi. Dia tidak menduga jadinya akan seperti ini. Pengacara Ahn melihat kekhawatiran di wajah Jae hee.

Saat tiba di depan kantor polisi, hujan sudah berhenti. Pengacara Ahn mempersilahkan Jae hee keluar dari mobil. Jae hee bertanya apa yang harus dia lakukan. Pengacara Ahn menyarankan agar melakukan cross-examination (seperti diinterogasi gitu tapi di depan si pelapor. Jadi si tertuduh di tanya apa benar dia melakukan seperti apa yang si pelapor laporkan. Seperti itulah kira-kira heheh). Jae hee meremas tali tasnya.



Jae hee akhirnya dipertemukan dengan Ma roo.



Yang pertama ditanya adalah Jae hee. Dia ditanya apa benar bahwa Ma roo benar telah memeras dirinya atas sebuah informasi penting tentang keluarganya sebesar 100 juta Won. Ma roo menatap Jae hee sedangkan Jae hee tertunduk. Lama dia berpikir. Si penyidik sampai mengulang pertanyaannya. Dia kembali meminta Jae hee agar mengulang laporannya di hadapan si tertuduh. Jae hee menghela nafas.

“Orang yang ada di hadapanku saat ini telah memerasku dan keluargaku. Dia mengetahui informasi manajemen perusahaan dan sebagai syarat agar informasi itu tetap terjaga, dia memerasku 100 juta Won,” ucap Jae hee. (Tega benar nih orang…)


“Kang Ma roo-shi, apa kau mengaku bersalah?” Tanya si penyidik kepada Ma roo. Ma roo hanya diam. Si penyidik terlihat putus asa menghadapi orang-orang ini (heheh…)

“Aku mulai mengerti. Aku tidak lagi punya harapan untuk memilikimu. Kau dan aku adalah dua orang berbeda yang berada di dunia yang sangat berbeda,” ucap Ma roo dalam hati.

“Kang Ma roo-shi,” panggil si penyidik, lagi.



“Kau tidak harus melakukan ini lagi. Aku benar-benar akan melupakanmu. Kau tidak harus melakukan ini. Aku akan membiarkanmu bersama dengan pria yang kau cintai,” lanjut Ma roo.

Si penyidik tidak tahan lagi. Dia memukul meja dan berteriak memanggil Ma roo. “Kalau kau terus seperti ini, kami akan menganggap kalau kau mengakui perbuatan tersebut.”



Jae hee tiba di depan rumahnya. Dia berterima kasih kepada Pengacara Ahn atas bantuannya hari itu. pengacara Ahn memandangi kepergian Jae hee.


Saat masuk ke dalam rumah, pembantu memberikan sebuah amplop yang ditujukan kepadanya tapi tidak tertulis siapa pengirimnya. Dia terkejut saat mengetahui bahwa amplop itu berisi uang yang dia berikan kepada Ma roo.



Di ruang kerja ayahnya, Eun gi kena marah atas keputusan yang dia berikan kepada serikat kerja. Menurut Eun gi adalah adil jika mereka menambahkan jumlah pekerja tetap di perusahaan mereka. Tapi menurut Presdir Seo itu adalah sebuah kesalahan. Karena sekali mereka diberi hati, mereka akan terus meminta penambahan jumlah pekerja tetap. Selain itu, tidak mudah membayar upah para pekerja tetap.


Tapi Eun gi berkata kalau mereka pasti bisa jika bekerjasama dengan serika tersebut. Presdir Seo marah besar. Dia mengambil asbak di atas mejanya dan melemparnya ke dinding di samping Eun gi. Eun gi kena serpihan pecahan asbak di wajahnya.

“Ini sebabnya mengapa orang-orang menganggap dirimu hanya anak kecil yang tidak punya pengalaman,” kata Presdir Seo. “Bekerja sama? Apa kau pikir serikat itu peduli dengan keadaan kita? Aku sudah mengajarkan banyak hal kepadamu, tapi kau masih belum mengerti juga? Apa kau ini bodoh?” Presdir Seo kembali meneriaki Eun gi.



“Aku tidak mau mewariskan perusahaanku pada orang yang tidak becus sepertimu. Masih ada ibu Eun seok dan Eun seok. Kalau kau tidak bisa mengatasinya, pergilah. Pergilah seperti yang dilakukan ibumu.” Eun gi berusaha keras menahan amarahnya.



Jae hee datang membawakan minuman ke kamar Eun gi. Dia menanyakan keadaan Eun gi. Eun gi menunjukkan goresan di wajahnya dan berkata kalau luka itu mungkin akan meninggalkan bekas luka. Jae hee meminta Eun gi untuk beristirahat.

Eun gi lalu bertanya tentang penyidikan tadi siang. Berdasarkan informasi dari Pengacara Park, Eun gi tahu kalau orang itu tidak mengakui ataupun menolak apa yang dituduhkan kepadanya. Selain itu, tidak ada cukup bukti untuk menjembolskannya ke dalam penjara. Eun gi lalu menanyakan kemana uang 100 juta Won itu akhirnya menghilang.

Jae hee akhirnya membalas perkataan Eun gi. “Uang itu ada padaku. Aku mengambilnya kembali.”

“Weyo?” Tanya Eun gi.



“Karena dia gagal melaksanakan tugasnya dan membiarkanmu hidup. Fakta bahwa kau pernah dipenjara akibat kepemilikan obat-obatan sudah cukup untuk menjadi penghalang mu. Selain itu, sepertiga dari pemilik saham juga tidak setuju jika kau terpilih. Jadi, tanpa perlu aku campur tangan, masa lalumu sudah cukup untuk membuatmu pergi selama-lamanya.”

“Jadi kau mengancam akan membongkar semuanya dan mengusirku untuk selama-lamanya?”

“Mengapa aku mau bermain permainan yang membosankan? Asal kau tahu, selama ini aku menikmati permainanmu. Lain kali, jika kau sudah siap ayo bermain lagi. Saat itu, kita harus bermain yang fair. Aku ingin tahu kau atau aku yang akan mati.”

Jae hee membacakan cerita pengantar tidur untuk Eun seok sementara Ma roo duduk di dalam penjara.



Keesokan paginya, Ma roo akhirnya bebas. Saat pulang dia tidak menemukan adiknya. Tetangganya berkata kalau kemarin Choco pingsan saat mengejar Ma roo di bawah hujan deras. Jadi mereka menelopon RS.



Ma roo berlari mencari adiknya. Dia mendapati Choco masih tidak sadarkan diri. Dia bahkan memakai bantuan alat pernafasan. Ma roo teringat saat adiknya mengejarnya sambil terus menangis dan memohon agar kakaknya tidak dibawa ke kantor polisi. Saat itu dia memarahi Choco karena tidak mau pulang ke rumah seperti yang dia perintahkan.
“Mati saja sana, kau bodoh!” ucap Ma roo saat itu.

Sekarang Ma roo menyesali perkataannya.

Ma roo menggengam tangan adiknya. Dia sekali lagi teringat perkataan Choco saat memarahinya di RS. Waktu itu Choco menyalahkannya karena Ma roo tega meninggalkan dirinya demi Jae hee padahal saat itu dia hampir mati. Ma roo tertunduk.


Namun kemudian tatapan matanya berubah.


Seseorang mengendarai motor dengan sangat cepat. Skillnya sangat hebat terlebih di jalan yang belum teraspal. Entah dia pria atau wanita (dia pakai helem yang tertutup rapat). Tapi terlihat kalau rambutnya panjang.


Tiba-tiba seorang pengendara lain muncul dari belakang pengendara pertama. Kalau pengendara pertama pakai helm dan jacket hitam, pengendara yang kedua berwarna putih, mereka lalu kejar-kejaran.


Si putih hampir menyalip si hitam tapi si hitam berhasil mempertahankan posisinya. Tapi di tikungan berikutnya, si putih berhasil menyalip si hitam. Saling menyalip masih terus terjadi sampai di atas bukit.



Si putih yang kini memimpin berbalik kea rah si hitam. Dia tidak melihat potongan batang pohon yang ada di depannya. Jadinya dia harus menjatuhkan dirinya untuk menghindari pohon tumbang itu. Si hitam berhasil mendahului.



Si hitam terus melaju tapi ternyata rem motornya tidak berfungsi padahal dia sudah tiba di tepi jurang. Dia terjatuh dan ikut terseret bersama motornya. Motornya jatuh ke dalam jurang tapi si hitam berhasil berpegangan pada sebatang pohon tua. Ternyata si hitam adalah Eun gi. Dia berjuang keras agar bisa naik ke atas bukit.



Si putih yang ternyata adalah Ma roo muncul dan mengulurkan tangannya. Pegangan Eun gi tiba-tiba terlepas. Untung saja Ma roo berhasil menangkap tangan Eun gi.

Komentar:
Sepertinya keinginan Ma roo untuk balasa dendam bukanlah hal yang dia pendam sejak lama melainkan muncul setelah dia tahu kalau Jae hee telah mengkhianatinya. Terlebih setelah ke-tega-an Jae hee yang memfitnah Ma roo telah memeras dirinya dan akibat dari fitnah itu terhadap kesehatan adiknya.

Eun gi sendiri ternyata tidak mendapat perlakuan yang begitu baik dari ayahnya. Saya jadi penasaran dengan penyebab ibu Eun gi pergi dari rumahnya.

Jae hee akhirnya mulai terpancing dengan ucapan dan tindakan Eun gi yang selalu mengancamnya. Niatnya yang baik akhirnya harus berbalik arah hanya agar bisa mengalahkan Eun gi.

Pengacara Ahn juga cukup misterius. Terlebih jika melihat tatapannya saat memandang Jae hee.


Tunggu 5 detik lalu klik 'skip ad'

0 comments:

Post a Comment