21 September 2012

[Sinopsis] Nice Guy Episode 3 part 1

Episode 2 part 1
Episode 2 part 2







Serikat pekerja mengadakan aksi protes dan meminta Seo Eun gi untuk turun dari jabatannya karena telah melanggar kesepakatan yang mereka buat bersama.

Eun gi yang baru saja tiba langsung menemui mereka (walaupun Joon ha melarangnya). Saat Eun gi tiba di depan mereka, para pekerja langsung mengerubunginya. Joon ha dan beberapa petugas melindungi Eun gi dari serbuan pekerja.



Eun gi berkata kalau dia ingin berdialog dengan mereka tapi para pekerja tidak mendengarkannya. Malah ada di antara mereka yang melemparkan telur mentah ke kepala Eun gi.





“Seo Eun gi. Anak perempuan satu-satunya dari direktur Grup Tae San. Saat ini menjabat sebagai Direktur Eksektuif di grup tersebut. Kasar, sombong, dingin, mudah marah. Tidak punya teman ataupun kekasih. Pusat perbelanjaan, bioskop, museum, dan golf adalah gaya hidupnya. Hobi satu-satu adalah balap motor.



“Apa kau mau ikut bersama Unni?” Tanya Eun gi pada sebuah boneka Barbie setelah membersihkan kotoran di pakaian dan badannya. 




Ma roo mengendari motor. Dia teringat kembali hari dimana dia dipertemukan dengan Jae hee untuk diinterogasi.



Pengacara Ahn memberitahu si penyidik bahwa Jae hee harus segera pulang karena harus menjada anaknya yang masih kecil. Si penyidik mempersilahkan mereka. Sikapnya sopan banget untuk ukuran polisi. Pasti karena Jae hee punya banyak uang.





“Ada satu hal yang aku ketahui,” kata Ma roo kepada Jae hee sebelum dia pergi.

“Seperti apa kehidupan yang Nyonya miliki sekarang? Sampai-sampai Anda tega memenjarakan orang yang tidak bersalah, menghancurkan kehidupannya, dan membuatnya kehilangan akal sehatnya.”

Si penyidik menegur Ma roo.

“Kalau aku jawab, apa kau bisa memahaminya?” jawab Jae hee. “Kehidupan yang mewah dan gemerlap seperti dalam mimpi sampai-sampai kau seakan berhenti bernafas. Kalau aku menjelaskannya kepadamu, apakah orang sepertimu bisa membayangkannya?”



Ma roo menambah kecepatan motornya dan berhasil menyusul Eun gi. Maka balapan mereka pun dimulai.


Seperti yang sudah saya tulis di episode 2, Eun gi dan Ma roo saling menyalip satu sama lain sampai akhirnya motor Eun gi jatuh ke jurang dan dia sendiri harus berpegangan pada dahan pohon yang sudah kering agar tidak ikut terjatuh.

Ma roo datang menolong Eun gi. Dia sendiri tidak menduga kalau Eun gi akan mengalami kejadian seperti itu. Sekuat tenaga dia manarik Eun gi ke atas. Dia berhasil.



“Motorku,” itulah kata pertama yang Eun gi ucapkan. Dia kembali ke pinggir jurang.

“Motorku…motorku,” ucapnya. Ma roo menahan tangannya.

“Apa yang kau lakukan?” Tanya Ma roo keheranan melihat tingkah Eun gi.

“Lepaskan aku! Lepaskan aku!”

“Apa kau mau bunuh diri?”


“Boneka ku. Bonekaku ada di sana,” ucap Eun gi tanpa melepaskan tatapannya dari motornya. Dia meronta saat Ma roo mencoba menariknya menjauh. “Eomma…eomma!!” teriak Eun gi. Dia menangis. Ma roo berhenti menarik Eun gi.

Eun gi kembali mendekati pinggir jurang dan lagi-lagi Ma roo menahannya. Dia berkata kalau dia akan mengambilkan barang Eun gi yang ada di motornya. Untuk pertama kalinya Eun gi mengalihkan perhatinnya ke Ma roo.


Ma roo mengikatkan tali pada batang pohon dan badannya lalu menuruni jurang. Eun gi menunggu dengan cemas. 


Ma roo tiba di dekat motor lalu membuka tas Eun gi dan mengeluarkan sebuah boneka. Dia memperlihatkan boneka itu kepada Eun gi. Eun gi menangguk menandakan bahwa boneka itu lah yang dia maksud. 







 Ma roo bersiap untuk kembali ke atas tapi tiba-tiba tali pengamannya putus tus tus tus…




Eun gi menunggu di depan ruang Emergency.

Dokter keluar dan memberitahu Eun gi bahwa Ma roo tidak apa-apa. Walau ada tulang rusuknya yang patah dan kakinya terluka, waktu penyembuhan tidak akan lama mengingat Ma roo masih muda. Eun gi masih menatap kosong.

Dokter itu lalu menanyakan hubungan Eun gi dengan si pasien.

“Aku juga tidak kenal dia,” jawab Eun gi.



Eun gi masuk menjenguk Ma roo. Wajah Ma roo penuh luka. Eun gi mengamati Ma roo untuk sesaat (mumpung Ma roo belum buka mata ufufufu).

Tidak lama Ma roo membuka matanya karena merasakan sakit di dadanya. Dia melihat Eun gi yang sedang berdiri di samping tempat tidurnya.

“Apa kau mengenalku?” Tanya Eun gi (woaah bukannya tanya apa Ma roo baik-baik saja atau berterima kasih..). Bagi Eun gi seseorang tidak mungkin mau melakukan hal yang berbahaya untuk orang yang tidak dia kenal jika orang itu tidak meinginginkan sesuatu.

“Apa itu yang diajarkan orang tuamu?” potong Ma roo. “Jika merasa berhutang budi atau bersalah, kau menjadi lebih keras kepala, mudah marah, dan langsung mencurigai orang tersebut. Jika berutang budi, berterima kasihlah. Kalau bersalah, minta maaflah. Orang tuaku mungkin tidak berpendidikan. Tapi setidaknya dia mengajariku hal-hal yang baik.”

Eun gi baru mau buka mulut tapi Ma roo tidak memberikannya kesempatan. “Sudahlah. Aku melakukannya dengan keinginan sendiri. Jadi mulai sekarang mari berpura-pura kita tidak pernah bertemu. Tolong tinggalkan aku sendiri. Aku mau istirahat.”


Eun gi keluar dari kamar Ma roo sambil menahan kekesalannya. Tapi kemudian dia teringat apa yang sudah Ma roo lakukan demi dirinya. “Kenapa? Kenapa kau melakukannya untukku?”


Ma roo meringis kesakiktan di kamarnya.



Jae hee menemani Eun sok bermain. Dia teringat kejadian pada malam Eun gi dimarahi oleh ayahnya karena membuat kesepakatan dengan serikat pekerja. Dia mencuri dengar saat Presdir Seo berkata bahwa ahli warisnya bukan hanya Eun gi tapi juga Jae heed an Eun seok.

Eun seok mendekati ibunya. Jae hee berkata pada Eun seiok bahwa mulai sekarang Eun seok tidak perlu khawatir karena mereka juga sudah dianggap keluarga oleh Presdir Seo. Karenanya, Eun seok harus bisa mendapatkan apa yang akan menjadi miliknya dan tidak menyerahkannya kepada orang lain. Pengacara Ahn melihat Jae hee dari jauh lalu menelepon Sekertaris Jo.


Pengacara Ahn bertemu dengan Sekertaris Jo. Dia tahu kalau Pengacara Park menyuruh Sekertaris Jo untuk menyelidiki hubungan Jae heed an orang yang memerasnya. Dia ingin tahu apa yang Sek. Jo sudah temukan. Awalnya Sek. Jo menolak, tapi karena pengacara Ahn memberikan penawaran, dia megubah pikirannya.

Sek. Jo menceritakan bahwa sebelum Jae hee bertemu Presdir, Jae hee menjalin hubungan dengan pria itu (Ma roo, red). Bahkan mereka tumbuh bersama. Pengacara Ahn meminta Sek Jo untuk tidak memberikan laporan tersebut kepada Pengacara Park.



Dan benar saja, Sek Jo memberitahu Pengacara Park bahwa dia tidak menemukan hubungan apa-apa antara Jae hee dan si pemeras. Pengacara Park awalnya tidak percaya karena dia mendengar dari para pramugari bahwa Jae hee dan Ma roo saling mengenal. Tapi Sek Jo memberitahu bahwa dia sudah bertanya kepada para pramugari tersebut. Mereka berkata bahwa mereka mungkin salah dengar karena terlalu sibuk.



Sek Jo lalu melanjutkan laporannya tentang Kang Ma roo. Dia juga memberikan foto Ma roo kepada pengacara Park. “Pasti ada sesuatu,” kata Pengacara Park.




Keluarga Seo sedang menikmati makan pagi (kayaknya). Eun gi sibuk menulis. Dan ternyata yang dia tulis adalah Kang Ma roo. Kang Ma roo. Kang Ma roo. Kang Ma roo….



Pengacara Ahn mendapat telepon dari dr. Kim. Dia memberitahu bahwa organ Eun gi cocok untuk didonorkan kepada Presdir Seo. Dia menyampaikan kabar itu kepada Eun gi. Tapi Eun gi yang sedang tenggelam dengan ingatannya sendiri tidak mendengarkan perkataan Pengacara Ahn. Pengacara Park yang duduk di depannya memanggilnya. Eun gi tersadar dan buru-buru menutup bukunya.

Pengacara Ahn mengulang kembali apa yang sudah dia katakan. Menurut dr. Kim mereka bisa segera melakukan operasi transplantasi.

Presdir Seo bertanya apa yang sedang mereka bicarakan. Eun gi menjelaskan bahwa satu-satunya cara untuk menyembuhkan Presdir Seo adalah dengan transplantasi organ (belum tahu Presdir Seo sakit apa). Dan donor terbaik adalah yang berasal dari keluarga sendiri. Jadi sekarang mereka bisa mencocokkan waktu kosong antara dirinya dan Presdir Seo.

“Siapa yang menyuruhmu untuk melakukan itu?” Presdir Seo membentak Eun gi di depan semua orang. Dia juga memarahi Pengacara Ahn dan park karena tidak melarang Eun gi.

“Mengurus Bagian Public Relation saja kau tidak becus, dan sekarang kau mau mengkhawatirkan orang lain?”




Jae hee berusaha menjadi penengah. Dia menasehati Eun gi bahwa ucapan ayahnya itu benar. Sebagai pewaris satu-satunya Grup Tae san, Eun gi harusnya bisa menjaga kesehatannya. Untuk masalah donor yang sedang mereka bicarakan, mereka tidak perlu khawatir karena dia juga melakukan tes. Hasilnya menyatakan bahwa dia juga bisa melakukan transplantasi organ untuk Presidir Seo. Eun gi terkejut mendengarnya.
“Aku bukanlah siapa-siapa. Jadi kalau pun nantinya sesuatu terjadi padaku, itu tidak akan mempengaruhi masa depan Grup Tae san. Jadi biarkan aku saja yang melakukannya,” lanjut Jae hee sambil tersenyum lembut kepada Presdir Seo.


Presdir Seo dan Jae hee sedang menuju ke suatu tempat (mungkin RS?). Presdir Seo menggenggam tangan Jae hee. Jae hee tersenyum lembut. Presdir Seo lalu menyuruh Pengacara Ahn agar perjanjian Pusat Perbelanjaan Busan yang akan dilakukan bulan depan ditandatangani atas nama Jae hee.

Tapi Jae hee menolak. Menurutnya apa yang dia lakukan tidak akan pernah bisa dibayar oleh Tae san grup sekalipun. Dia melakukan ini (menjadi donor untuk Presdir Seo) karena mereka adalah keluarga, itulah yang seharusnya dilakukan oleh seorang istri untuk suaminya.


“Aku adalah keluarga mu kan? Walau tidak seorang pun yang mengakuiku atau menghormatiku, aku selalu berkata pada diriku sendiri bahwa aku adalah keluarga Presdir, aku adalah ibu dari anaknya. Karena itu, tolong jangan pernah berpikir untuk membalas apa yang aku lakukan,” ucap Jae hee. Dia menangis.

Presdir Seo lalu memutuskan sekarang lah saatnya menutup mulut semua orang yang selalu menjelek-jelekkan atau menghina Jae hee. “Orang ini (Jae hee, red) adalah keluargaku, ibu dari anakku, dan istriku. Menurut mu, bagaimana cara mengumumkan hal ini kepada semua orang sebelum aku mati?” tanya Presdir kepada pengacara Ahn.

0 comments:

Post a Comment