11 October 2012

[Sinopsis] Nice Guy Episode 9 part 1


Eun gi menebak bahwa ini bukanlah pertama kalinya Ma roo ke tempat tersebut. Tapi tebakan Eun gi salah. Ma roo berkata bahwa dia memang pernah berencana pergi dengan seseorang ke tempat tersebut tapi tidak jadi.

“Seseorang?” Tanya Eun gi.

“Seseorang yang saya cintai,” jawab ma roo.

“Siapa dia?” Tanya Eun gi lagi.

Ma roo terdiam sesaat lalu menjawab, “Han Jae hee.”

Ma roo bertanya sejak kapan Eun gi tahu tentang dia dan Jae hee. Eun gi berkata kalau itu tidak penting. Ma roo kembali bertanya mengapa Eun gi tidak mengatakan apa-apa tentang hal tersebut. Eun gi menjawab karena dia tidak ingin kehilangan Ma roo.

“Kalau begitu kau seharusnya tahu alas an aku mendekatimu,” ucap Ma roo.





“Itu tidak penting. Aku tidak peduli dengan perasaan mu terhadapku. Yang terpenting adalah perasaanku terhadapmu, asal aku memilikimu,” jawab Eun gi.

Eun gi kemudian bertanya apa sebaiknya mereka tidur bersama (weleh…weleh…). Dia heran mengapa selama ini Ma roo tidak berusaha mengajaknya untuk itu. Ma roo menolak karena dia hanya ingin melakukannya dengan Han Jae hee (Ma roo mulai menjawab dengan nada sinis).

Tapi Ma roo berkata bahwa dia bisa saja berubah pikiran. Kalau saja, wanita yang ada dihadapannya itu, yang rela meninggalkan semuanya, adalah pewaris Grup Tae San (dengan kata lain, Ma roo mengincar harta Eun gi).

Eun gi terlihat tidak tahan mendengar perkataan Ma roo. Dia kemudian bertanya apa selama ini sikap Ma roo padanya hanyalah sebuah kepura-puraan. “Mungkin,” jawab Ma roo.

Eun gi kembali bertanya apakah saat Ma roo mengambilkan bonekanya yang ada di jurang waktu itu juga sudah dia rencanakan. Ma roo kembali menjawab, “Mungkin.”





Eun gi berkata bahwa salah satu dari mereka bisa saja tewas saat kejadian di jurang tersebut. Apa mungkin Ma roo melakukan tindakan seekstrim itu hanya untuk mendapatkan seorang gadis padahal nyawanya sendiri menjadi taruhan. Dia meminta Ma roo agar berkata jujur. Eun gi mulai menangis.

“Kang Ma roo yang aku temui, Kang Ma roo yang aku kenal, bukanlah Kang Ma roo yang ada dihadapanku sekarang. Dia bukanlah orang yang berpura-pura. Apa kau tidak tahu karena itulah aku dating kepadamu dan meninggalkan semuanya? Apa kau tahu?”



Eun gi memeluk Ma roo. Dia mengajak Ma roo agar pergi bersama dan bersembunyi jika itu satu-satunya cara agar mereka dapat bersama.

“Aku akan ikut kemana pun kau pergi. Jadi, ayo kita pergi ke tempa yang tidak seorang pun mengenal kita dan hidup bersama,” ucap Eun gi



Ma roo melepaskan pelukan Eun gi. Dia tersenyum sambil mengelus rambut Eun gi. Dia tidak menyangka kalau wanita seperti Eun gi yang hanya mementingkan dirinya sendiri ternyata bisa jatuh cinta padanya hanya karena dia telah mempertaruhkan nyawanya demi Eun gi.

“Apa menurutmua aku tidak akan melakukan apa pun agar dapat bertemu dengan Jae hee noona lagi?” Tanya Ma roo.

Eun gi melepaskan tangan Ma roo yang memegang pundaknya. Dia berjalan pergi meninggalkan Ma roo sendiri. Ma roo sendiri tidak berusaha menyusulnya. Tapi ekspresi wajahnya jelas menunjukkan bahwa yang dia menyesal dengan perkataannya. Entah karena dia tidak tega menyakiti Eun gi atau karena dia mulai menyukai Eun gi.


Presdir Seo sedang memeriksa dokumen di meja kerjanya. Pengacara Park meneleponnya. Dia mengaktifkan loudspeaker hp nya.

Pengacara Park berkata bahwa dia sudah melakukan perintah Presdir Seo.



Jae hee menemui Eun seok yang sedang tidur. Di samping Eun seok ada gambar yang sudah dia buat. Jae hee melihatnya. “Keluarga ku. Aku, Ibu, Ayah, dan kakak.”

Jae hee merapikan selimut Eun seok lalu menggenggam tangannya. Hmm…salah satu alasan Jae hee menghalalkan segala cara agar dapat bertahan di rumah itu adalah Eun seok, anaknya. Yah, mana ada ibu yang ingin anaknya hidup menderita.


Pengacara Park bertanya apakah Presdir Seo tidak ingin mempertimbangkan kembali keputusannya. Presdir tidak menghiraukan pertanyaannya. Dia hanya berkata bahwa besok adalah hari ulangtahun Eun gi. Tiba-tiba dadanya terasa sakit. Tepat saat itu Jae hee menemuinya.

Presdir Seo meletakkan dokumen yang dipegangnya begitu melihat Jae hee. Dokumen itu menutupi hp nya yang ada di atas meja (dia belum memutuskan teleponnya dengan Pengacara Park). Presdir Seo bertanya mengapa Jae hee baru pulang dan mengapa wajahnya terlihat penuh luka. Jae hee tidak menjawab dan hanya menatapnya.
“Han Jae hee!” bentak Presdir Seo. Dadanya kembali sakit.

Jae hee meletakkan amplop yang dia bawa. Presidir Seo membukanya. Amplop itu berisi semua daftar hitam dari Grup Tae san. Presdir Seo terkejut melihatnya. Dia bertanya mengapa catatan itu masih ada.



Jae hee berkata bahwa dia sengaja membuat copyan tersebut untuk berjaga-jaga. Dia tidak menyangka kalau pada akhirnya dia akan menggunakan dokumen tersebut.

“Demi melindungimu, aku mengorbankan hidupku, menghancurkan hidup orang yang sangat aku cintai…” ucap Jae hee. Presdir Seo bertanya mengapa Jae hee tega melakukan ini kepadanya.

Jae hee menjawab bahwa dia tahu kalau selama ini Presdir tidak mempercayainya dan terus mengawasinya dan itu karena ketakutan Presdir setelah kepergian istri pertamanya.

“Orang yang Anda cintai, yang ada di hati Anda, adalah ibu Eun gi. Aku tahu itu. Tapi itu tidak penting. Sampai sekarang, aku juga mencintai orang lain,” ucap Jae hee.



Presdir Seo semakin kesakitan. Wajahnya pucat. Dai berusaha menggapai obatnya yang ada di atas meja. Tapi botol obat tersebut jatuh di dekat kaki Jae hee. Jae hee memungut obat tersebut tapi tidak memberikannya kepada Presdir Seo. Presdir Seo menggapaikan tangannya, meminta obat tersebut.

Jae hee meminta Presdir Seo agar tidak melupakan Eun seok, agar dia juga memberikan warisannya kepada Eun seok dengan jumlah yang sama seperti yang dia tinggalkan untuk Eun gi (Adooooh Jae hee si Presdir lagi sekarat. Mana bisa dia mendengarkan permintaan kamu….). Jae hee menangis (dia sendiri sepertinya tidak tega melihat keadaan Presdir Seo tapi demi anaknya, dia rela melakukannya).

Jae hee melanjutkan bahwa dia akan meninggalkan rumah itu, meninggalkan semua yang telah Presdir berikan untuknya asal Presdir mau memenuhi permintaannya. Bahkan jika dia harus menerima hukuman karena telah mengkhianati Presdir, dia rela. Presdir Seo masih menggapaikan tangannya meminta obat yang ada pada Jae hee.

“Presdir, aku mohon. Kali ini saja. Eun seok juga adalah darah dagingmu,” tangisan Jae hee semakin keras begitu juga sakit Presdir. Presdir terjatuh dari kursinya rodanya.



Jae hee terkejut. Dia berlari mendekati Presdir. Pengacara Park yang sedari tadi ikut mendengarkan juga terkejut mendengar jeritan Jae hee yang memanggil manggil Presdir.


Hari sudah malam tapi Ma roo masih ada di pantai memandangi laut.



Jae hee meraih telepon dan mencoba meminta pertolongan tapi Pengacara Ahn merebut gagang telepon dari tangannya. Jae hee bertanya apa yang pengacara Ahn lakukan. Pengacara Ahn tidak menjawab. Wajahnya tidak ada ekspresi kasihan atau panik.

Jae hee mengambil hp nya. Dia masih berusaha meminta bantuan untuk Presdir Seo tapi pengacara Ahn kembali merebut hp Jae hee.

“Pengacara Ahn,” panggil Jae hee. Pengacara Park terkejut mengetahui pengacara Ahn ada di tempat itu.

Pengacara Ahn berkata bahwa toh pada akhirnya Presdir Seo akan meninggal. Jadi kalau pun dia meninggal mala mini, itu hanya berarti dia meninggal lebih awal (MWO?? Siapa kamu menentukan umur orang?) Jae hee tidak suka mendengar ucapan pengacara Ahn. Dia ingin pergi sendiri mencari bantuan tapi lagi-lagi pengacara Ahn menghalangi jalannya.

Pengacara Ahn berkata bahwa Presdir sudah menikmati banyak hal selama hidupnya. Jadi dia merasa kalau Presdir Seo tidak keberatan kalau harus pergi malam itu.



“Kau sudah gila. Bibi…” Jae hee berusaha memanggil pelayan yang ada di rumah. Pengacara Ahn membekap mulut Jae hee.

“Bukankah kau sudah memohon bantuanku. Hari itu kau datang padaku dan berkata bahwa kau ingin bertahan di tempat ini selama mungkin. Dan kau tidak ingin mundur. Kau kan yang memohon bantuanku?” Tanya pengacara Ahn. Dia melepaskan bekapannya.

Pengacara Ahn berkata bahwa mereka tidak punya pilihan lain. Jadi dia meminta Jae hee agar hanya memikirkan orang yang ingin dia lindungi. Jae hee masih menangis.

“Bagiku, orang itu adalah dirimu. Dan bagi dirimu, cukup pikirkan Eun seok,” pengacara Ahn berusaha menyakinkan Jae hee.


Tangan pengacara Park gemetar karena marah.

Jae hee terduduk.


Eun gi masih mengendarai mobilnya. Pengacara Park meneleponnya. Dia tidak menjawab. Kemudian sms masuk ke hp nya. Eun gi membacanya. Wajahnya memperlihatkan ekspresi keterkejutan. Hampir saja dia menabrak mobil lain. Untung dia sigap dan menepi di jalanan.

Ma roo akhirnya meninggalkan pantai tersebut.


Tangan Eun gi gemetar saat kembali membaca pesan dari pengacara Park.


“Presdir meninggal. Tolong telepon balik,” isi pesan pengacara Park.

Eun gi kembali menjalankan mobilnya. Kepalanya terus berpikir apa yang harus dia lakukan. Kemudian dia memutar balik.




Mobil Ma roo dan Eun gi sepertinya akan bertemu di terowongan. Kebetulan sekali terowongan itu sepi. Ma roo mengenali mobil Eun gi. Eun gi juga tapi wajahnya terlihat tidak senang melainkan marah. Tiba-tiba dia berpindah ke jalur yang sama dengan mobil Ma roo (padahal mereka berlawanan arah).

Ma roo terkejut tapi tidak mencoba untuk manghindar. Eun gi menginjak pedal gas mobilnya. Keduanya menangis dan…

Yang sudah pada penasaran langsung saja ke Episode 9 part 2

2 comments: