23 August 2010

Rapatkan Shaf or Sajadah?

Bulan Ramadhan identik dengan Tarawih berjama'ah. Mesjid-mesjid ramai dengan jama'ah. Tapi di dalam pelaksanaan ibadah yang agung ini, ada 1 hal yang membuat hati saya miris.

SHAF

Sebelum takbir tanda shlat dimulai bergema, seorang imam harus mengingatkan jama'ahnya agar meluruskan dan merapatkan shaf. Ya, merapatkan shaf (barisan), bahu bertemu bahu dan kaki bertemu kaki. Tapi apa yang terlihat? Yang ada adalah 'merapatkan sajadah'.

Sedih melihat sajadah yang lebarnya kira-kira setengah meter itu berderet rapat dengan hanya 1 jama'ah di atas setiap sajadah. Padahal hadist Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan:

dari Anas Radhiallahu 'Anha, "Dan salah satu dari kami menempelkan bahunya pada bahu temannya dan kakinya pada kaki temannya" (HR. Al Bukhari)

Hadits lain menyebutkan:
dari Umar bin Al Khaththab bahwasanya Nabi bersabda:
"Tegakkan shaf-shaf kalian dan rapatkan bahu-bahu kalian dan tutuplah celah-celah
dan jangan kalian tinggalkan celah untuk syaithan, barangsiapa yang menyambung
shaf niscaya Allah akan menyambungnya dan barangsiapa memutus shaf niscaya
Allah akan memutuskannya". [HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Al Hakim ]


Selama ini kita mungkin senang dan bangga ketika hadir di mesjid dan melihat jumlah jama'ah yang 'membludak'. Namun benarkah demikian adanya? Katakanlah kepada mereka untuk merapatkan shaf sesuai dengan yang dicontohkan Nabi dan lihatlah sendiri 'jumlah sebenarnya'.

Apa yang tergambar di mesjid sedikit banyak juga telah menggambarkan keadaan kita umat muslim yang sebenarnya. Kita mungkin terlihat banyak tapi sebenarnya kita 'sedikit' karena kita semua tercerai berai dan tidak lagi memiliki ukhuwah yang kuat seperti ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabtnya masih ada. Karena itu, 'MARI RAPATKAN SHAF!'