Saya adalah pecinta instrument drama Korea. Saya punya playlist tersendiri di pemutar lagu yang khusus untuk instrument dari drakor. Itu loh instrument yang diputar untuk adegan/scene tertentu, entah itu untuk adegan kejar-kejaran atau adegan sedih. Asyik saja mendengarnya sambil belajar atau bekerja (soalnya tidak ada lirik untuk dinyanyikan jadi bisa tetap fokus sama kerja hehe).
Nah di postingan ini, saya mengumpulkan dalam satu postingan instrument favorit saya. Coba kita lihat, apa chingu satu rasa dengan saya *ga penting :D
1. Nice Guy
2. 49 Days
3. Bad Guy
4. BBF
Drama ini lumayan banyak instrumennya yang saya suka. Tiga diantaranya adalah:
5. Love Story in Harvard
6. Queen Seon deok
Gambarnya misil karena instrumen yang saya posting adalah musik yang misil mainkan dengan gelasnya :)
7. Endless Love
8. Goong
9. Style
10. Bread, Love and Dream
Lanjut ke part 2 chingu!
*Klik The Captcha Box, tunggu 3 detik lalu klik GET LINK atau
*Klik link, tunggu 5 detik lalu klik 'skip ad'
31 January 2014
30 January 2014
Pagi yang tenang tiba...
Seorang wanita menunggu di antara pasien yang lain. Dia tidak hanya menunggu tapi seperti mengamati keadaan sekelilingnya.
Chang min datang dan memanggil namanya.
Seorang pasien korban tabrakan tiba di RS. Jin hee yang menerima pasien itu meminta suster untuk memanggil dr. Gook
Dr. Gook tiba dan menjelaskan keadaan pasien setelah dia memeriksanya. Pasien merasakan sakit di dada kanannya setiap kali bernafas.
Hasil rontgen sudah keluar. Keduanya mengamatinya dengan seksama. Jin hee berkata bahwa pasien terkena pneumatorax (penumpukan dari udara yang bebas dalam dada di luar paru yang menyebabkan paru mengmpis, red). dr. Gook bertanya kenapa Jin hee mudah sekali berkesimpulan seperti itu. Jin hee pun menunjuk paru-paru pasien sebelah kanan. dr. Gook mengangguk.
“Kita harus memasukkan selang ke dadanya kan?” ucap Jin hee. Dan kembai dr. Gook menyetujui pendapat Jin hee *Wah Jin hee ada kemajuan.
Di tempat lain, Chang min sedang memeriksa pasien yang bernama Shim Ji hye tadi. Chang min memeriksa bagian perut karena si pasien mengeluhkan sakit di bagian perutnya itu. Ji hye menjelaskan bahwa dia melakukan pengobatan untuk kencing batu di RS lain, tapi dia merasa sakit setiap kali bekerja. Chang min berucap bahwa dia akan memberikan Ji hye obat penghilang rasa sakit.
Tapi Ji hye menolak karena dia sangat sensitif dan mudah kena alergi, obat biasa tidak akan mempan. Karena itu dia minta obat Demerol. Chang min cukup terkejut mendengarnya. Dengan berhati-hati dia menjelaskan bahwa dia harus menunggu hasil scan dan tes darah terlebih dahulu baru bisa memberikan obat itu.
Ji hye tidak bisa menunggu karena dia terburu-buru. Chang min menjelaskan bahwa mungkin ada salah diagnosa terhadap penyakit Ji hye. Penyakit abdominal aortic aneurysm (pembengkakan pembuluh aorta perut, red) memang biasa disalahartikan sebagai kencing batu. Jadi mereka perlu melihat terlebih dahulu hasil scan dari perut Ji hye.
Ji hye memotong penjelasan Chang min dan berkata bahwa bukankah tadi Changmin sendiri yang bilang akan memberikannya obat penghilang rasa sakit? Chang min menjawab bahwa Demerol adalah obat penghilang rasa sakit (yang sejenis dengan morphin, red) jadi dia tidak boleh asal memberikan resep. Ji hye jadi marah karena Chang min cerewt sekali. Dia hanya butuh Demerol dan setelah itu dia akan pergi.
Tiba-tiba dia mengerang kesakitan. Dia bertanya apa tidak ada residen atau dokter kepala yang bisa memeriksanya. Dia ada surat pengantar dari dokternya dan juga resep obat. Chang min pun menyerah. Dia berkata bahwa dia akan segera menuliskan resepnya untuk Ji hye. Tapi anehnya, begitu Chang min pergi, Ji hye berhenti mengerang kesakitan.
Di ruang tindakan, dr. Gook membedah dada pasien untuk memasukkan selang. Selama pembedah dada pasien, dia menanyakan beberapa hal kepada Jin hee yang sedang mengawasinya bekerja. Dan kembali Jin hee menjawab dengan benar dan tenang.
Selang berhasil dimasukkan. dr. Gook menyuruh Jin hee san suster untuk membereskan sisanya. Saat dia hendak keluar, Jin hee memanggilnya.
Jin hee memberitahukan bahwa seharusnya pasien sudah bisa bernafas dengan lega. Tapi pasien ini masih mengerang kesakitan. dr. Gook menjawab bahwa rasa sakit saat bisa timbul saat selang dimasukkan. Jin hee mencoba menyarankan untuk melihat kembali hasil rontgen pasien. Tapi suster Huh berkata bahwa nafas dan tekanan darahnya sudah kembai normal. dr. Gook pun membatalkan niatnya untuk megecek kembali hasil rontgen pasien. Dia hanya berpesan agar Jin hee mengawasinya.
Pasien masih mengerang dan dr. Gook juga mendengarnya tapi saat itu seorang residen datang memanggilnya karena ada yang mendesak.
dr. Gook langsung mengenakan memeriksa pasien yang sedang gawat tersebut. Saat itu Chang min masuk dan bertanya tentng pasien yang menderita sakit di perutnya. dr. Gook langsung menjawab dengan pedas bahwa dia sedang tidak bersantai. Dengan kata lain, pertanyaan itu nanti saja dia tanyakan.
dr. Gook lalu menanyakan kondisi pasien. Si residen menjelaskan bahwa terkena flu berat dan sakit kepala. Karena itu mereka melakukan scan tapi hasilnya baik-baik saja. Pasien lalu mengeluhkan sakit dadanya yang tiba-iba. Jadi mereka melakukan ECG Tekanan darahnya juga tinggi.
“Ini cardiac arrest (hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak, red),” Layar monitor menunjukkan garis lurus.
Seorang residen berusaha menekan dada pasien untuk membantu jantung memompa darah.
“Bukannya itu subarachnoid hemorrhage (pendarahan otak, red)?” ucap Chang min yang sedari tadi juga mendengarkan.
dr. Gook langsung mengangkat kepalanya dan bertanya apa dia sudah memikirkan hal itu sebelumnya? Si residen mulai terlihat ketakutan. Dia menjawab bahwa dia sudah memperkirakan hal itu tapi saat melhat hasil scan, tidak ada pendarahan di otaknya. dr. Gook menyuruh Sang hyuk untuk memeriksa kembali si pasien. Dan ternyata benar. Itu adalah pendarahan otak.
Dr. Gook langsung memarahi si residen karena tidak meminta tolong kepada ahli bedah saraf jika tidak bisa membaca hasil scan dengan baik.
Usaha residen yang sedari tadi dada pasien (salah satu bentuk CPR, red). Dr. Gook pun langsung menggunakan defibrillator (stimulator detak jantung yang menggunakan listrik dengan tegangan tinggi, red).
“200 Joule,” ucap dr. Gook. Tidak berhasil. “300 joule.”
Belum sempat kita menarik nafas, kita kembali ke pasien yang ditangani Ji hyo. Dia ternyata masih sulit bernafas. Ji hyo tidak tahu harus apa. Dia mulai panik ketika suster memberitahukan bahwa tekanan darahnya menurun. Ji hyo lalu meminta suster untuk menaikkan kadar oxygennya.
Tapi keadaan tidak membaik. Jin hee berkata bahwa dia akan pergi memanggil dr. Gook.
Sayangnya dr. Gook juga lagi sibuk dengan pasien lain. Suster Choi memberitahu bahwa dokter lain juga tidak ada karena mengikuti konferensi.
Di tengah kebingungannya Chang min muncul. Jin hee dengan enggan bertanya apa dia melihat dr. Kim Min ki atau dr. Jang Dae il. Chang min memberitahu bahwa ada kekacauan di ruang 2. Jadi semuanya berada di sana. Dia bertanya kenapa Jin hee mencari mereka. Jin hee tidak menjawab. Chang min kembali bertanya ada apa.
Jin hee menjelaskan situasinya kepada Chang ming. Pasien yang tadi menderita penumatorax keadaanya semakin parah. Tekanan darahnya turun dan dia masih mengerang kesakitan. Keduanya bergegas kembali melihat pasie tersebut. Ji hye yang masih menunggu resep dari Chang min mengamati mereka.
Chang min memeriksa dada pasien. Subcutaneous emphysema. Ada udara yang masuk ke dalam tulang yang ada di bawah kulit. Mereka harus segera memanggil dr. Gook. Tapi itu tidak bisa karena dr. Gook pun juga sedang sibuk di ruangan lain. Chang min jadi ikut bingung.
Suster Huh mendesak mereka agar mengambil tindakan. Tekanan darah pasien semakin turun.
“Oh Cang min, bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?” tanya Jin hee mulai panik.
“Kita harus membedah dadanya agar darahnya keluar,” jawab Chang min. Namun Chang min belum pernah melakukannya. Dia hanya pernah mendengar cara melakukannya, tapi belum pernah melihatnya secara langsung.
“Tapi setidaknya kau lebih baik dari aku,” desak Jin hee. Chang min masih diam. Suster Huh hanya bisa menatap mereka yang masih berdebat sementara pasien sudah sekarat. “Kenapa? Haruskah aku yang melakukannya?” tanya Jin hee.
“Andwee! (tidak boleh!),” larang Chang min.
“Kalau begitu jangan diam saja. Lakukan sesuatu,” Jin hee semakin panik. Chang min menyuruhnya diam.
“Kalian sebenarnya sedang apa? Kita seharusnya memanggil seorang residen ke sini,” ucap suster Huh, jengkel. Dia meninggalkan ruangan untuk mencari residen yang bisa melakukannya.
Saat suster Huh keluar, Ji hye masuk, mengenakan sarung tangan dan kangsung memeriksa pasien. Chang min dan Ji hee terkejut. Chang min bahkan langsung menepis tangan Ji hye dari tubuh pasien dan bertanya apa yang sedang dia lakukan.
Ji ye menjelaskan dengan singkat apa yang terjadi dan meminta pisau bedah no. 10. Jin hee bertanya apa dia seorang dokter. Ji hye menatap Chang min geram karena tidak satupun dari mereka memberikan yang dia minta. Jadinya dia sendiri yang mengambil pisau bedah itu.
Chang min langsung menahannya dan meneriaki Ji hye agar berhenti.
“Kalau kau tidak membedah dadanya sekarang, pasien akan mati,” ucap Ji hye.
“Kau harus menenangkan si pasie lebih dulu,” balas Chang min.
“Itu tidak bisa dilakukan karena tekanan darahnya terlalu rendah,” Ji hye membentak Chang min.
“Tetap saja tidak bisa. Bagaiman aku bisa percaya kepadamu?” Chang min berkeras.
“Kau intern bodoh. Memberikan demerol kepada pasien yang sakit perut,” balas Ji hye. Dia menepis tangan Chang min tapi Chang min kembali menahannya.
“Minggir!!! Kalau tidak pasien bisa mati!” Jihye menghardik Chang min. Kembali dia menepis tangan Chang min dan siap membedah dada pasien.
Tapi kali ini Jin hee yang menahannya. Jin hee berkata pasien harus dibius terlebih dahulu.
“Tidak ada waktu untuk itu. Lepaskan tanganmu!” ucap Ji hye.
“Kalau memang harus dilakukan, aku yang akan melakukannya. Berikan pisau itu kepadaku,” ucap Jin hee.
“Kau sudah menghabiskan banyak waktu dan sekarang mau melakukannya?” tanya Ji hye.
“Iya. Aku akan melakukannya. Aku tidak tahu kau siapa tapi kau harus minggir,” ucap Jin hee lalu melepaskan tangan Ji hye untuk mengambil obat bius.
Tapi saat itu Ji hye langsung bergerak. Dia mengiris dada pasien dan menekannya agar darah keluar. Pasien menjerit kesakitan sementara Jin hee dan Chang min terperanjat dengan apa yang Ji hye lakukan.
Tekanan darah pasien akhirnya kembali normal. Ji hye melepaskan sarung tangannya dengan tatapan 'Beres kan?'.
Saat itu juga suster Huh tiba bersama dr. Gook dan dua residen lainnya. Dr. Gook bingung dengan apa yang terjadi sementara Ji hye menatap dr. Gook sambil tersenyum.
dr. Gook menoleh kepada Ji hye dan ekspresi wajahnya memperlihatkan keterkejutannya. Ji hye tersenyum dan menyapanya. “Sudah lama kita tidak bertemu,” ucapnya *mmm...Ji hye, nuguseyo?
Ji hye dan Chun soo (dr. Gook, red) istirahat sejenak. Chun soo menyatakan keterkejutannya melihat Ji hye (sepertinya mereka teman lama tapi melihat ekspresi kaget dr. Gook saat melihat Ji hye, sepertinya diantara mereka ada sesuatu).
Chun soo penasaran kenapa Ji hye menyamar menjadi pasien. Ji hye menjawab bahwa itu adalah tugas yang direktur RS berikan kepadanya untuk memeriksa sistem di UGD RS. Sayagnya dua intern bodoh (Chang min dan Jin hee, red) merusak rencananya. Keduanya tersenyum.
Chun soo kembali bertanya kenapa ahli bedah seperti Ji hye dikirim ke UGD. Ji hye menduga itu karena pengalamannya bekerja di Trauma Center. Jadi dia ditugaskan untuk membantu di UGD. Dan dia akan mulai bekerja besok.
Chun soo langsung menatapnya tanpa memberikan komentar. Ji hye bertanya kenapa Chun soo (dia memanggilnya sunbae “senior”) menatapnya seperti itu. Apa sampai sekarang Chun soo masih merasa tidak nyaman berada di dekatnya? Chun soo tidak menjawab.
Hari sudah malam.
Ada dua orang polisi membawa seorang pria yang terus berontak ingin melepaskan diri. Salah seorang polisi itu terluka. Jin hee langsung berlari membantu si polisi sementara Chang min yang ada di meja resepsionis langsung membalik badan, seolah-olah tidak melihat mereka.
Dengan susah payah kedua polisi itu memiting si pria ke atas ranjang. Jin hee bertanya sebenarnya ada apa? Polisi yang tidak terluka menjawab bahwa pria itu sepertinya baru putus dari kekasihnya dan berniat bunuh diri. Dia membenturkan kepalanya ke tembok dan berbaring di tengah jalan. Dia sudah membuat sebuah kekacauan.
Jin hee mengkhawatirkan keadaan polisi yang berdarah. Dia tertusuk pecahan botol yang tadinya dipegang oleh si pria.
dr. Gook muncul di hadapan Chang min dan menyuruhnya untuk menangani pria yang berontak itu. Chang min keberatan. Lagipula sudah ada Jin hee. dr. Gook langsung memarahinya. Bagaimana mungkin dia membiarkan seorang wanita menangani pria mabuk yang membuat keributan? Chang min mengomel sendiri begitu dr. Gook pergi.
Seorang perawat pria membantu Chang min sementara suster Huh membantu Jin hee untuk merawat polisi yang terluka.
Si pria masih melawan. Dia bertanya apa Chang min tahu apa itu cinta? Apa dia pernah patah hati? Bagaimana kau bisa meleatinya tanpa menjadi gila?
Chang min menjawab bahwa memang menyakitkan dan bisa membuatmu jadi gila. Tapi tetap saja dia akan bisa melewatinya. Rasa sakitnya akan menghilang setelah semuanya berlalu. Jin hee meliriknya sekilas saat Chang min mengucapkan kalimat itu.
Perawat bertanya apa si pria butuh di scan. Chang min mengangguk karena dia berdarah cukup banget. Khawatirnya dia terkena hematoma (pembekuan sel darah merah, red). Tapi harus bisa keluar dengan cepat. Dia menekankan itu kepada si perawat sambil melirik si pria. Si perawat mengerti.
Si pria kembai bertanya kepada Chang min kenapa mereka tidak membiarkannya saja mati? Dia lalu menyuruh Chang min untuk membawa kekasihnya, Soon young, ke RS sekarang. Dia sampai mencengkram baju Chang min.
Polisi yang terluka yang berada tidak jauh darinya menyuruhnya diam. Namun kemudian dia mengerang kesakitan.
Jin hee menyuruh pak polisi untuk berbaring dan tidak bicara lagi. Suster Huh melepaskan tempat pistol si polisi dari pinggannya dan menaruhnya di bawah troli.
Jin hee meminta suster Huh untuk memberikan pinset, peralatan dan antibiotik. Tapi Chang min tiba-tiba muncul dan memerintahkan hal lain. Menurutnya saraf atau pembuluh darah pak polisi mungkin rusak. Karena itu, dia harusnya di rontgen dulu dan dilakukan beberapa tes. Jin hee menyuruhnya untuk tidak ikut campur. Suster Huh juga meminta agar satu orang saja yang memberikan instruksi. Agar dia tidak bingung.
Sementara si pria yang tangannya terikat melihat pistol pak polisi yang ada di bawah troli.
DoRR!!!
Dan yang dikhawatirkan benar terjadi. Si pria berhasil mengambil pistol tersebtu tanpa sepengetahuan Jin hee, Chang min dan suster Huh.
Si pria menembakkan pistol pak polisi dan membuat semua orang di UGD terkejut. Dia menembak untuk kedua kalinya dan menyuruh semua orang diam di tempat. Dia ingin Soon young datang ke RS atau mereka semua akan mati.
Petugas keamanan RS beserta polisi satunya dan dr. Gook berlari menuju ke UGD.
“Jatuhkan senjatamu, bajingan! Jatuhkan senjatamu!” Perintah pak polisi kepada si pria begitu dia tiba di UGD. Keduanya kini saling menodongkan senjata.
“Berhenti di sana! kalau tidak aku akan menembakmu,” ancam si pria.
dr. Gook mencoba bernegosiasi dengannya.
Di sisi lain, darah terus mengalir dari luka pak polisi yang belum sempat tertangani. Jin hee memberitahu Chang min tentang hal itu tapi Chang min berkata kalau dia tidak akan apa-apa. Jin hee tidak bisa tenang. Mana si pak polisi sudah pingsan.
Jin hee mencoba berdiri untuk menolong pak polisi dan Chang min langsung mencegahnya. Tapi tanpa sengaja Chang min menjatuhkan peralatan yang ada di samping ranjang pak polisi. Jadilah suara ribut mengalihkan perhatian si pria.
Dia menyuruh Chang min berdiri dan mendekati kepadanya. Chang min mulai ketakutan. Sang hyuk dan yang lain yang melihat juga ikut khawatir. Jin hee memukul pelan kepalanya karena merasa bahwa dialah yang menyebabkan Chang min dalam bahaya.
Chang min jalan perlahan tapi si pria langsung menariknya dan menodongkan pistol yang dia pegang kepada Chang min. Dia kembali berteriak untuk mendatangkan Soon young. Pak polisi menjawab bahwa Soon young sedang dalam perjalanan jadi si pria harus menjatuhkan senjatanya terlebih dahulu.
Di tengah kepanikan, Jin hee melihat defibrillator. Perlahan Jin hee menyelinap di belakang si pria menuju defibrillator itu.
Perlahan Jin hee mendorong defibrillator mendekat ke punggu si pria. Suster Huh melotot saat melihat Jin hee lewat di hadapannya.
dr. Gook masih berusaha membujuk si pria tapi si pria tidak percaya. Soon young akan menikah jadi tidak mungkin mudah baginya untuk membawanya ke UGD. Seharusnya sejak awal mereka membiarkannya mati.
“Kenapa kau menyelamatkanku??!!!” teriaknya dan mengarahkan pistol ke kepala Chang min, bersiap menembaknya. Tepat saat itu defibrillator sudah siap (Jin hee sudah lebih dulu menyalakannya, red) dan Jin hee langsung berdiri dan menyetrum punggung serta leher si pria. Chang min yang berada di samping si pria tak pelak juga ikut kesetrum *OH MY GOD!!! Semua orang di ruangan itu terkejut melihat apa yang dilakukan Jin hee.
Bagaimana kelanjutannya?? Akankah Jin hee mendapat pujian, paling tidak terima kasih, atau sebaliknya?
NOTE:
Menurut saya, kedua pasangan ini masih saling peduli satu sama lain. Changmin misalnya sampai mendorong Jin hee agar tidak bertemu dengan ibunya. Kenapa Chang min mesti khawatir apa yang akan terjadi pada Jin hee kalau memang dia sudah tidak peduli padanya? Dan Jin hee, dia berusaha untuk menyelamatkan Chang min saat menjadi sandera pria mabuk edan. Iya nggak?
Kalau menurut chingu???
All Episodes: [1], [2], [3], [4], [5]
Labels:
Drama Korea,
Emergency Couple,
sinopsis
Subscribe to:
Posts (Atom)