31 March 2012
Satu...dua...tiga...
Hanya dalam tiga detik aku langsung jatuh cinta...
Itulah narasi pembuka drama ini. Di awali dengan pertemuan Seo In Ha dan Kim Yoon Hee saat mereka berpapasan di jalan.
Lee Dong Wook dan Kim Chang Mo sedang berada di sebuah (boleh dikata) café. Chang Mo sedang menunjukkan kebolehannya menyanyi (Suaranya keren...). Dong Wook, boleh dikata, adalah DJ di café itu. Mereka juga punya seorang teman perempuan. Namanya Baek Hye jung.
In ha sedang berada di studio lukis. Karena merasa lelah, dia membuka jendela studio. Dan tara...bisa ditebak siapa yang dia lihat. Kim Yoon-hee....
In ha langsung mengambil kertas gambarnya (kagak tau namanya apa) dan membuat sketsa wajah Yoon-hee di atasnya.
Di cafe, Dong Wook bertanya tentang In ha pada Chang Mo. Hye jung berkata kalau In ha pasti ada di studio karena akhir-akhir ini dia sering berada di tempat itu. Dong Wook memberitahu mereka kalau sekarang In ha sedang jatuh cinta (heran juga saya kok Dong wook langsung tahu kalau In ha jatuh cinta. Padahal saat itu settingnya masih pada hari yang sama saat In ha bertemu Yoon hee).
Chang mo dan Hye jung kaget serta tidak percaya. Hye jung bahkan berkata kalau jika In ha dan seorang gadis ditinggalkan berdua di sebuah padang pasir, dia yakin kalau In ha tidak akan berbicara kepada gadis itu.
Tapi Dong wook berkata kalau dia tidak bercanda. In ha benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama. Itu membuat ekspresi wajah Hye jung sedikit berubah.
In ha masih membuat sketsa wajah Yoon hee. Sudah hampir selesai. Tapi ketika dia berbalik, Yoon hee sudah menghilang.
In ha langsung berlari keluar dari studio untuk mencari Yoon hee. Dia ke tempat dimana tadi Yoon hee duduk, tapi juga tidak menemukannya. Dan saat berbelok In ha malah menabrak seseorang. Yoon hee. Tas dan buku yang dibawa Yoon hee jatuh.
In ha baru sadar kalau gadis yang ditabraknya adalah Yoon hee setelah beberapa saat. Saat mengetahui bahwa yang ditabraknya adalah Yoon hee.
In ha : Seketika hatiku berdetak kencang ^^
Yoon hee menoleh dan mendapati In ha sedang menatapnya. In ha jadi salah tingkah. Keduanya langsung berdiri bersamaan dan (kembali) kepala mereka tertumbuk (aigooo).
In ha meminta maaf (karena telah menabrak Yoon hee) dan Yoon hee berterima kasih (karena telah memabantu memungutkan bukunya). Saat berbalik pergi, In ha tanpa sadar menahan tangan Yoon hee. Keduanya sama-sama terkejut. Saat Yoon hee bertanya ada apa, In ha hanya berkata 'tidak apa-apa'.
Tiba-tiba terdengar perintah untuk member hormat kepada sang Bendera (hampir nulis kepada Sang Saka Merah Putih hehe). Semua orang yang ada di sekitar langsung berdiri dan meletakkan tangan di dada mereka sebagai tanda penghormatan. Termasuk In ha dan Yoon hee.
In ha yang berdiri agak di depan berjalan mundur sedikit demi sedikit agar dapat tetap melihat Yoon hee (ampun deh).
"Aku berjanji pada bendera Korea, bahwa aku akan mengabdikan diriku demi kejayaan bangsa dan rakyat."
Mendengar kalimat di atas, In ha berkata pada dirinya sendiri: Hal lucu yang terpikirkan oleh ku adalah alasan aku terlahir adalah untuk mengabdikan diriku untuk mencintainya (Yoon hee, red).
Yoon hee dapat merasakan kalau In ha sedang menatapnya. Begitu bendera selesai diturunkan, Yoon hee langsung pergi tanpa berkata apa-apa. In ha hanya bisa melihtnya pergi sambil menghela nafas.
Sebelum beranjak, In ha sadar kalau saat keluar dari studio untuk mencari Yoon hee dia membawa pensil gambarnya. Dia menemukannya di dekat tempatnya berdiri. Selain itu, dia juga melihat buku kuning milik Yoon hee yang tertinggal. Saat membukanya, akhirnya In ha tahu nama gadis itu (cihuyyy). Dia membuka lembaran lain dan sadar kalau ternyata buku itu adalah sebuah diary. Begitu dia akan pergi untuk mencari Yoon hee, Dong Wook memanggilnya.
Dong wook membawa sebuah gitar (sepertinya sebuah gitar kesayangan) karena untuk memastikan siapa yang bisa memainkannya, mereka bertaruh dengan bermain tenis.
Mereka memang popular. Saat keduanya bermain, banyak gadis-gadis yang menonton dan menyoraki mereka dari pinggir lapangan. Hye jung sendiri memilih untuk menyemangati In ha. Chang mo bertanya kenapa dia selalu memihak In ha. Hye jung menjawab, “Karena Dong wook selalu mencoba mengambil milik In ha.”
“Tapi mereka melihat benda itu bersama-sama,” ucap Chang mo.
“Tidak. Dong wook selalu menyukai apa yang disukai In ha,” bantah Hye jung (jjeng jjeng...)
Yoon hee berjalan melewati lapangan tennis. Temannya, Hwang In sook, berlari sambil melewatinya lalu menyapanya. Ternyata dia berlari menuju kerumunan gadis yang berteriak menyoraki Dong wook dan In ha. Saat Yoon hee melihat In sook. berteriak memanggil nama In ha, dia pun akhirnya tahu nama pria itu.
Yoon hee terlihat senang saat In ha bermain baik. Hampir saja dia teriak. Tapi kemudian memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Tapi saat berbalik, dia menabrak dua orang yang lewat. Kembali, barang-barangnya berhamburan. Dia memarahi dirinya sendiri karena ini untuk kedua kalinya dia menabrak orang. Saat memungut barang-barangnya, dia baru menyadari kalau diary nya raib. In ha melihatnya.
In ha: Hari dimana aku merindukannya berkali-kali adalah hari dimana aku jatuh cinta
, In ha kembali melihat diary milik Yoon hee. Dia membuka dan membacanya. Lembaran yang pertama dia baca berjudul, “Love Story”
Dalam cinta, kau tidak perlu meminta maaf
Ini adalah kalimat yang dikutip Yonn hee dari novel cinta terkenal karya Erich Segal.
Yoon hee menulis,
“Kalimat ini adalah kutipan dari film Love Story yang sangat disukai oleh orang tuaku sebelum mereka meninggal. Tapi aku masih belum mengeri maknanya."
In ha kemudian tahu 1 hal tentang Yoon hee. Orang tuanya sudah meninggal.
Esoknya In ha menunggu di tempat Yoon he manjatuhkan diarinya. Dia berniat untuk mengembalikannya.tapi sepertinya dia sudah lama menunggu. In ha kemudian memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. Tapi kemudian Yoon hee memanggilnya.
Yoon hee bertanya tentang duku kuning miliknya. In ha baru akan membuka tasnya ketika dia mendengar Yoon hee berkata, “Semoga tidak ada orang yang membacanya.” Kena deh hehe.,..
Yoon hee minta maaf karena sudah mengganggu In ha lalu pergi. In ha belum mengembalikan diary Yoon hee jadi dia berusaha untuk memanggilnya.
Tapi In ha kemudian melihat seorang pria mendekati Yoon hee. Pria itu berusaha membujuk Yoon hee agar mau berbicara dengannya sementara Yoon hee berusaha menghindar.
Dong wook memanggil In ha dan bertanya apa yang dia lihat. Chang mo dan Hye jung juga ada. Hye jung juga melihat Yoon heed dan berkata dengan sinis tentang Yoon hee. Dong wook bertanya apa Hye jung mengenalnya. Hye jung berkata Yoon hee teman sekelasnya tapi tidak begitu mengenalnya. Dia tidak begitu suka dengan gadis seperti Yoon hee. Chang mo nyeletuk, “Bukankah dia Madonna di kelas mu?”
“Madonna?” Dong wook dan In ha terkejut.
Hye jung tersenyum sinis. “Tidak mungkin.” Tapi Chang mo tertawa karena jika Hye jung sangat membenci Yoon hee itu berarti Yoon hee lebih terkenal dibanding dirinya.
Chang mo mati-matian membela Yoon hee sementara Hye jung membantahnya. Sedangkan Dong wook terpesona.
“Tiga detik,” ucap Dong wook. In ha berbalik karena medengarnya. Tapi Dong wook hanya berkata kalau tidak ada apa-apa.
Dalam kelas, In ha hanya sibuk membaca diary Yoon hee.
“Kalimat ini adalah kutipan dari film Love Story yang sangat disukai oleh orang tuaku sebelum mereka meninggal. Tapi aku masih belum mengeri maknanya. Setelah 10 tahun, saya kembali mendengar tentang “Love Story” diputar di bioskop. Kali ini, saya benar-benar ingin menontonnya.”
Bangku di sekolah seni tepat sebelum musim gugur adalah tempat favoritku. Hari ini, tempat ini membuat hatiku berdebar-debar tanpa tahu kenapa.”
Ini adalah catatan yang dibuat oleh Yoon hee pada hari dimana In ha melukisnya dari dalam studionya.
Pada hari itu, In ha juga melihat Yoon hee menggosokkan salivanya ke kakinya (agak kurang enak tulis bahasa Indonesianya). In ha tahu alasannya saat membaca diary Yoon hee.
“Nenek selalu menggosokkan salivanya ke badanku yang terluka. Anehnya, cara itu berkhasiat. Sekarang aku tahu, kalau itu adalah cinta nenenkku. Nenek pernah berkata alasan seseorang memiliki dua lengan adalah agar dia bisa memeluk orang yang dicintainya. Suatu hari nanti, aku ingin jatuh cinta seperti pemain di film Love Story dan juga seperti orang tuaku.
In ha : “Aku membaca diary itu lagi dan lagi pada malam itu.”
Cerita kesukaan ayah ku adalah The Little Prince. Dalam cerita itu, kutipan kesukaanku adalah TO TAME (menjadi jinak – di gambarnya ada seorag pria dan seekor anjing). Mungkin begitulah cinta adalah bagaimana kau terbiasa dengan pasanganmu.
In ha : Aku ingin tahu lebih banyak tentangnya.
In ha membeli tiket film Love Story.
Dia juga ke perpustakaan mencari buku the Little Prince. Tanpa sengaja, dia melihat Yoon hee. Mata mereka bertemu.In ha jadi salah tingkah lalu bergegas pergi.
Sayangnya, dia menabrak pegawai perpustakaan yang sedang membereskan buku di rak sebelahnya. Yoon hee datang membantu untuk membereskan buku yang jatuh.
Si petugas kemudian bertanya pada In ha sambil menunjukkan novel the Little Prince. “Kau mau meminjam ini?”
Yoon hee terkejut melihat novel itu. Ternyata dia juga sedang mencari novel itu. In ha yang melihat reaksi Yoon hee berkata kalau dia tidak meminjam buku itu lalu dia beranjak pergi. In sook yang melihat Yoon heed an In ha kemudian bertanya kepada Yoon hee apa dia mengenal In ha.
Yoon hee dan In sook berbicara di kantin. In sook tidak percaya kalau Yoon hee tidak tahu tentang C’est La Vie. Dia pun dengan semangat menceritakan siapa itu C’est La Vie.
1. Lee Dong Wook. Panggilannya adalah Cassanova. Orang tuanya punya rumah sakit besar. Tampan, pintar, dan baik hati. Dia selalu dikelilingi oleh gadis-gadis.
2. Kim Chang Mo = Giant Leech. Pemuda kampong dengan jumlah saudara yang sangat banyak. Dia juga suka berkeliling agar mendapatkan makanan gratis. Tapi begitu dia bernyanyi, semua orang memaafkannya hehe.
3. Suh In Ha. Mahasiswa Seni yang misterius dan memiliki karisma lembut. Dia juga pandai menulis lagu. Dia juga pelukis yang sudah memenangkan beberapa penghargaan. Dia juga kaya. Katanya, hampir semua tanah di tempat asalnya adalah milik keluarganya. Tapi keluarganya keras. Bahkan katanya In ha punya tunangan.
“Benarkah? Dia benar-benar sudah bertuangan?” Yoon hee terkejut.
“Tidak benar. Aku tidak punya tunangan,” tiba-tiba In ha menjawab pertanyaan Yoon hee. Tentu saja keduanya terkejut karena kedapatan lagi ngegosipin orang hehe.
Hujan turun. Saat akan pulang, In ha melihat Yoon hee di depan pintu perpustakaan. Karena tidak membawa payung, Yoon hee tidak bisa pulang. Silent momentnya lumayan lama *sigh
In ha memulai pembicaraan. “Tunggulah sebentar,” ucapnya kepada Yoon hee lalu dia berlari kembali ke dalam perpustakaan.
Ternyata In ha pergi mencari pinjaman payung. Sayangnya, tidak ada yang bisa meminjamkannya. Dia lalu ke gudang. DAPAT. Sayangnya lagi, RUSAK hahay!
Tapi In ha tidak menyerah. Semangat cinta memang mengagumkan :D
Tapi itu membuat In ha jadi basah kuyup. Yoon hee berkata agar In ha lebih merapat. Tapi (karena setting zaman dulu) In ha merasa tidak nyaman karena lengannya menyentuh tangan Yoon hee. Dia pun rela basah.
Yoon hee juga meminta maaf tentang apa yang didengar In ha di kantin perpustakaan. Yoon berkata kalau dia tidak mengatakan apa-apa. In ha percaya kalau Yoon hee bukan orang seperti itu.
Yoon hee lalu bertanya apa In ha suka hujan. In ha berkata dia suka hujan karena saat melihat hujan dia bisa merasa bahagia atau sedih. Yoon hee setuju. Di novel the Little Prince ada baris dalam puisinya yang berbunyi Cinta memiliki dua wajah, bahagia dan sedih. Aku rasa cinta dan hujan serupa.
In ha juga melindungi Yoon hee dari cipratan air saat sebuah mobil lewat (ouch... hehe).
In ha lalu menyerahkan payung itu pada Yoon hee dan beralasan kalau dia harus pergi ke suatu tempat. Yoon hee bertanya kapan dia harus mengembalikan payung itu. In ha langsung bertanya apa yang akan dilakukan Yoon hee pada hari Minggu. Yoon hee sedikit terkejut.
“Umm...bioskop..”
“Bioskop?”
“Love Story..”
“Aku sangat ingin menonton film itu.” Ucap tanpa sadar Yoon hee. Dia terlihat senang.
“Kalau begitu apa kau ingin menontonnya?”
Yoon hee mengangguk dan tersenyum. Bisa dibayangkan senangnya In ha. Sebelum pergi terlalu jauh, In ha berbalik dan mengatakan kalau dia memungut payung itu dari perpustakaan. Jadi Yoon hee tidak perlu mengembalikannya.
Di dekat halte bis Yoon hee melihat poster Love Story. Dong wook melihatnya dan berkata kalau Yoon hee akan basah kuyup. Dia juga menawarkan payungnya untuk Yoon hee. Tapi Yoon hee. Tidak menyerah, Dong wook kembali menawarkan sapu tangannya. Tapi Yoon hee (kembali) menolak.
Dong wook lalu bertanya apa Yoon hee tidak mengenalnya. Yoon hee berpikir dan teringat kalau Dong wook adalah orang yang bermain tennis bersama In ha tempo hari (hahah...bukan jawaban yang diinginkan Dong wook).
Dong wook memperlihatkan jari telunjuknya tapi Yoon hee tidak mengerti.
Dong wook terus berusaha PDKT. Dia bertanya apa Yoon hee suka film karena dia melihat Yoon hee sedang memandangi poster film Love Story. Dia bahkan langsung mengajak Yoon hee untuk menonton film itu bersama. Tentu saja Yoon hee terkejut (omo....untung ni orang cakep. Kalau tidak, jauh-jauh deh hehe).
Dong wook berkata kalau mereka bertemu lagi di lain waktu, maka dia harus mau menonotn bersamanya. Belum sempat Yoon hee memberikan tanggapan, Dong wook langsung memotongnya dan berkata kalau bis Yoon hee sudah datang. Di atas bis, Yoon hee sedikit pun tidak berbalik melihat Dong wook yang senyum-senyum sendiri.
Sementara itu, In ha langsung dengan semangat kembali ke studio dan menyelesaikan lukisan Yoon hee dalam keadaan masih basah kuyub.
Di lain tempat, Dong wook mempersembahkan lagu buat mereka yang sedang jatuh cinta di hari yang hujan. Chang mo yang mendengarnya terkejut tapi tidak dengan Hye jung. Menurutnya Dong wok sudah sering seperti itu.
Malamnya, In ha duduk di halaman sambil menciptakan sebuah lagu. Dia juga mengeringkan tiket nontonnya yang basah karena hujan.
Dong wook datang dan mengajaknya minum. Dong wook melihat lagu yang In ha buat. Dong wook menyuruh In ha untuk segera menyelesaikannya agar bisa di mainkan on-air di cafenya.
Dong wook kemudian bertanya pada In ha tentang gadis tiga detik yang ditakdirkan untuknya. Dong wook menebak kalau In ha sudah bertemu dengan gadis itu. Itulah alasan In ha menciptakan lagu. In ha tersenyum. Dong wook sangat bahagia mengetahuinya. Dia kemudian berkata kalau dirinya dan in ha memang berteman. Karena dia juga sudah menemukan kekasih idamannya.
Dong wook teringat saat dia sedang menunggu bis. Yoon hee juga berada di tempat yang sama. Yoon hee melihat jari telunjuk Dong wook terluka. Dia lalu memberikan plaster ke luka Dong wook.
Dong wook berkata, “Selain ibuku, dia satu-satunya orang yang merawat lukaku.” Dong wook lalu melihat benda yang dikeringkan oleh In ha.
“Love Story? Apa kau akan pergi menontonnya bersama gadis itu? Wahh aku sangat iri karena ajakanku baru saja ditolak. Tapi aku sudah berkata kalau nanti kami bisa bertemu lagi maka kami akan pergi menontonnya bersama. Jadi bagaimana pun caranya aku harus bisa bertemu lagi dengannya.”
In ha merasa aneh karena film yang ingin mereka nonton itu sama
Dong wook bertanya mengapa para gadis sangat menyukai kutipan dari film itu. Dalam cinta, kau tidak perlu meminta maaf.
“Mungkin karena cinta datang dari hatimu. Kalian saling mengenal hati satu sama lain. Karena itu, kau tidak perlu mengatakannya,” ujar In ha.
“Kalau aku perempuan, aku sudah jatuh cinta padamu In ha,” ucap Dong wook sambl tersenyum.
“Kalau aku perempuan, aku tidak akan pernah menyukaimu,” balas In ha (bagus,,, ^^)
to be continued ke part 2...
NOTE
1. Ternyata membuat recaps drama itu sangat melelahkan dan menyita waktu. Salut deh sama blogger yang dari dulu selalu setia memberikan up date recaps drama-drama korea
2. Maaf karena recaps nya harus bersambung. Soalnya kemarin belum sempat capture gambar-gambar di videonya. Gak enak kalau tulisannya tidak pake gambar hehe
3. Rating awal tayang perdananya lumayan rendah. Tapi itu mungkin karena penonton sudah tahu akhir dari kisah In ha dan Yoon he. Saya sendiri lebih penasaran pada kehidupan modern mereka. Mudah-mudahan rating episode setelahnya bisa naik.
Labels:
Drama Korea,
Jang Geun-suk,
Love Rain,
sinopsis,
SNSD
26 March 2012
Musim panas tiba dengan narasi...
"Yang bisa dilakukan mahasiswa bokek selama musim panas adalah menunggunya berlalu" ^_^
Scene nya dibuat seperti scene fatamorgana di padang pasir sebagai simbol ‘panas’nya hari itu. Tapi itu belum sepanas cuaca di Indonesia
Takemoto melihat selebaran tentang perayaan kembang api yang diadakan setiap musim panas. Tapi dia malah meremas dan membuangnya ke tempat sampah yang ada di samping mejanya. Saying meleset dan mendarat di atas meja, di samping cincing Hagumi yang hilang sewaktu di pantai. Langsung saja ingatan waktu Morita mencium Hagumi langsung datang di pikirannya. Takemoto balik badan dan memukul bantal.
Kemudian HP Takemoto bordering. Panggilan dari telepon umum. Dengan malas-malasan dia mengankatnya. Ternyata Hagumi. Langsung saja Takemoto bangun dengan panik (seolah-olah Hagumi akan melihatnya hehe). Hagumi menelepon untuk member tahu kalau dia baru saja tiba dari kampungnya.
“Selamat datang,” ucap Takemoto.
“Terima kasih,” balas Hagumi.
Diam.... ‘Tidak boleh diam. Katakan sesuatu...Katakan,’ ucap Takemoto pada dirinya sendiri. Maka...
“Selamat Datang,” ucap Takemoto lagi.
“Terima kasih,” balas Hagumi :D
Kemudian Hagumi melanjutkan, “Mau makan bersama? Aku bawa makanan lezat. Kita bertemu di kampus.”
“Baik. Sampai bertemu di sana,” jawab Takemoto bersemangat dan langsung lari keluar dari kamarnya setelah menutup telepon. Scene dari dalam kamar Takemoto belum berganti ketika kemudian dia kembali lagi untuk mengambil selebaran perayaan kembang api yang tadi di remas.
Hagumi juga melihat selebaran yang sama di tempat dia tadi menelepon.
Ketika tiba di kampus Hagumi melihat seseorang yang sedang bekerja di balkon kampus. Saat mengetahui kalau orang itu adalah Morita, Hagumi langusung balik badan untuk pergi. Sayangnya dia terjatuh bersama barang-barang yang dibawanya. Dengan terburu-buru dia memungut semua kantongan bawaannya dan terakhir selebaran perayaan kembang api. Tapi belum sempat dia menyentuhnya, Morita sudah mengambilnya lebih dulu.
Morita berkata kalau tahun lalu dia menemukan hal menarik tanpa sengaja. Dari tempat mereka sekarang, mereka bisa melihat pesta kembang api dengan sempurna. “Datanglah, aku akan menunggumu,” kata Morita. Hagumi terkejut. “Aku kerja di sini. Jadi aku akan menunjukkannya padamu. OK?” lanjut Morita.
Hagumi hanya merebut selebaran itu dari tangan Morita dan langsung pergi tanpa member jawaban. Morita memanggilnya, tidak mengerti apa-apa.
Ayumi duduk sendiri di teras rumahnya sambil merendam kakinya. Dia juga teringat akan pengakuan cintanya sewaktu dia mabuk. Kemudian teleponnya bordering.
Takemoto berlari sampai di kampus tapi saat dia membuka pintu ruangan tempat dimana dia dan yang lain ngumpul, jjeng...
Yamada menyapanya. Takemoto kaget dan langsung menyembunyikan selebaran yang tadi di bawanya. Ekspresi kekecewaan jelas di wajahnya. Sepertinya Takemoto mengira kalau Hagumi hanya mengundang dirinya *geleng-geleng.
Mayama dan Morita juga datang. Saat keduanya datang ekspresi di wajah Ayumi dan Hagumi sedikit berubah.
Karena mengira kalau ada diantara mereka berlima yang tidak bisa datang, Hagumi hanya membeli empat buah kakiage. Jadi mereka akan menentukan siapa yang tidak dapat dengan game. Siapa yang menghentikan stopwatch setelah sepuluh detik dengan mata tertutup, maka dia kalah. Dengan percaya diri Takemoto mengatakan kalau dia pasti bisa melakukannya karena itu adalah kebiasaannya saat bosan. Yang lain merasa aneh (saya juga hehe..).
Takemoto berhasil. Dia berhasil menghentikan stopwatchnya di waktu 99:99 detik. Dengan bangganya Takemoto ingin memamerkan keberhasilannya. Tapi tenyata..
“Lezat..”
Ternyata di saat dia berjuang dengan stopwatch, yang lain sudah menikmati kakiage tersebut. Poor Takemoto hehe..
Hagumi lalu menawarkan setengah bagiannya. Takemoto sangat senang mendengarnya. Mayama berkata kalau mereka tidak berkumpul dan yang terakhir adalah saat mereka bersama-sama ke pantai. Ekspresi wajah Hagumi dan Ayumi kembali berubah. Hagumi seperti melamun. Morita lalu mengibaskan tangannya di depan wajah Hagumi.
“Hey, kalau tidak memperhatikan, aku akan memberimu lagi...” kata Morita. Hagumi sangat terkejut mendengarnya.
“Lagi?” Ayumi dan Mayama penasaran. Takemoto berusaha sebisa mungkin mengalihkan jawaban Morita ke sesuatu yang lain. Tapi Mayama mengethuinya. Dia bertanya apa Morita benar telah mencium Hagumi. Takemoto kembali melarangnya menyinggung hal itu tapi Morita malah mengambil sebelah kakiage yang tadi diberikan Hagumi padanya.
Bunyi air mendidih kemudian terdengar. Hagumi terburu-buru berdiri untuk mengangkatnya tapi kakinya tersangkut dan terjatuh bersama semua makanan di atas meja karena ujung taplak meja terkiat dengan rambutnya. Kembali jatuhnya persis dengan gaya komik yang mukanya langsung menghadap ke lantai. Ayumi dengan cemas bertanya apa dia baik-baik saja. Hagumi tidak menjawab. Dia langsung poergi meninggalkan ruangan itu.
Takemoto melihatnya dengan cemas. Morita langsung muncul dari belakangnya dan berkata, “Jadi kamu menyukai Hagumi.” Tentu saja Takemoto terkejut. Dia berusaha mengelak. Tapi Mayama malah menambahkan, “Jadi Morita sudah tahu.” Morita lalu berteriak memanggil Hagumi, sepertinya ingin memberitahukan hal itu. Tapi Takemoto langsung menjatuhkannya dan menutup mulutnya.
Hagumi mencuci piring dan kembali teringat saat Morita menciumnya. Dia berusaha mengusir bayangan itu pergi.
Takemoto kembali melihat selebaran kembang api ketika mendengar sesuatu. Dengan merangkak dia melihat siapa yang datang. Siapa sangka kalau sang tamu menginjak tangannya dengan hak sepatunya yang tinggi. Ouch....
Sambil meringis kesakitan Takemoto memberitahu sang tamu untuk melepas sapatunya di pintu masuk. Orang itu adalah wanita yang bekerja di firma Fujiwara - Miwako Teshigawara.
Dia memanggil Takemoto dan berkata kalau hubungannya dengan Hagumi tidak akan berjalan lancer. Takemoto kaget karena itu adalah pertama kalinya dia bertemu dengan wanita itu tapi dia tahu tentang Hagumi. Dengan santai Miwako menunjuk ke atas pintunya. Ternyata Morita sudah menempel sesuatu di sana hehe. Wanita itu juga berkata kalau lorong kamarnya harus dibersihkan agar roh baik mau datang ke kamarnya. Takemoto langsung saja mendengarkannya. Dia juga menyarankan Morita agar memasang gorden pink agar keberuntungannya bertambah (ada-ada saja). Untuk yang satu ini, Takemoto sedikit keberatan karena menurutnya agak aneh jika pria memakai gorden pink.
Miwako mengetuk pintu kamar Mayama. Mayama sangat terkejut ketika membuka pintu kamarnya. Miwako ingin bicara karena Mayama tidak pernah menjawab teleponnya. Mayama lalu menyuruh Takemoto untuk membuat teh. Takemoto menjawab kalau mereka tidak punya teh.
Tapi kemudian dia menemukan teh dalam paket kiriman ibunya (back sound khusus scene paket dari ibu Takemoto kembali terdengar). Dia berterima kasih sekaligus minta maaf karena tidak bisa pulang. Ketika hendak pergi untuk membuat teh, Takemoto kembali membongkar paket kirimannya karena melihat sesuatu. Ternyata gorden pink :D Betapa senangnya Takemoto mendapatkan barang tesebut.
Miwako datang untuk mengajak Mayama bekerja di firma tempatnya bekerja. Tiba-tiba Morita nyeletuk, “Apa itu baik buat Mayama?” Miwako terkejut dan bertanya siapa dirinya. Tapi Takemoto menjawab sambil meletakkan tehnya di atas meja, “Jangan pedulikan dia.”
Mayama langsung berdiri dan meminta maaf karena harus menolak tawaran yang wanita itu berikan. Saat Miwako sudah pergi, Takemoto bertanya mengapa Mayama menolaknya padahal itu adalah tawaran yang sangat bagus. Mayama hanya menjawab kalau ada banyak hal yang juga dia pikirkan.
HP Takemoto berdering. Hagumi menelepon. Takemoto terkejut dan langsung meninggalkan Morita sendirian untuk menuju ke kamarnya. Di dalam kamar, dia terdiam sebentar. Lalu kembali melihat selebaran yang ada di lanta kamarnya. Dengan memberanikan diri dia bertanya apa Hagumi ada waktu hari Sabtu depan. Orang di seberang telepon menjawab kalau dia sudah punya rencana hari itu. Takemoto terkejut karena yang menjawab adalah seorang pria. Ternyata itu adalah Pak Hakamoto hehe..
Dia mencari orang yang bebas pada hari Sabtu dan satu-satunya orang yang ada di pikirannya adalah Takemoto. Jadi dia meminta Hagumi untuk menghubunginya. Takemoto tidak terima dikatakan sebagai satu-satunya Pak Hakamoto berkata kalau dia ingin Takemoto membantunya, dengan gaji. Pak Hakomot menutup teleponnya sebelum Takemoto sempat meminta dia agar memberikan teleponnya pada Hagumi.
Di Fujiwara Design, Nomiya bertanya apa Mayama menolak tawaran mereka. Miwako mengiyakan. Dengan santai Nomiya berkata untuk tidak terlalu memaksakan diri. Miwako lalu memperlihatkan sketsa buatan Mayama dan berkata kalau Mayama itu hebat, tidak seperti yang Nomiya duga.
Saat menyiram bunga di teras rumahnya, Ayumi melihat kalau salah satu dari tanamannya patah. Ayahnya lalu menyarankan untuk memotong bagian yang patah. Tapi Ayumi berkata kalau tanaman itu belum mati. Sayang jika dipotong. Tapi ayahnya beralasan bahwa dengan memotongnya maka, tunas yang baru bisa tumbuh. Ayumi merasa dia memiliki kemiripan dengan tanaman itu.
Mayama meilhat papan pengumuman. Ayumi menghampirinya dan berkata kalau Mayama pasti gagal lagi. Jika tidak serius, maka dia tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan. Mayama bertanya apa benar Ayumi akan lanjut kuliah lagi. Ayumi mengiyakan. Menurutnya sulit mendapatkan pekerjaan untuk lulusan fakultasnya. Jadi dia memutuskan untuk belajar lebih banyak lagi. Mayama berharap agar dia bisa membuat keputusan dengan cepat seperti Ayumi.
“Kuputuskan untuk berhenti mengejar apa yang tidak bisa kuperoleh. Termasuk untuk cinta. Jika membuang-buang waktu, maka banyak peluang yang akan terlewat. Aku tak bisa mengejarmu selamanya,” kata Ayumi. Dia berbalik dan meninggalkan Mayama, sambil menangis.
Peralatan lukis Hagumi habis jadi dia berniat untuk pergi membelinya. Tapi saat keluar dia bertemu dengan Morita yang mengeluh kelaparan. Dia meminta Hagumi mentraktirnya dan sebagai gantinya dia akan menunjukkan tempat jualan yang bagus untuk perlengkapan melukis.
Tugas yang diberikan oleh Pak Hakamoto untuk Takemoto adalah mengangkat dan mengantarkan barang. Saat barang tersebut diantarkan, tanpa sengaja dia melihat Morita menarik tangan Hagumi. Takemoto berteriak dan meminta Pak Hakamoto menghentikan mobilnya. Saying, Pak Hakamoto tidak mendengarkannya.
Barang tersebut ternyata di antarkan ke apartemen Rika. Dengan cepat Takemoto ingin menyelesaikan pekerjaannya. Pasti karena yang tadi dilihatnya hehe. Saat selesai dia mendengar Pak Hakamoto berbicara tentang Mayama kepada Rika. Dia membujuk Rika agar membiarkan Mayama tetap bekerja di tempatnya. Itu karena Mayama tidak berniat untuk mencari pekerjaan di tempat lain. Baru Takemoto sadar siapa wanita itu.
Hagumi mentraktir Morita seperti janjinya. Tapi dia dia tidak berkata apa-apa. Hagumi yang polos merasa canggung di dekat Morita sementara Morita bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Hagumi akhirnya pergi meniggalkan Morita tanpa membayar terlebih dulu makanan yang Morita pesan haha.
Saat tiba di kampus Hagumi melihat Ayumi berlatih mengayunkan tongkat pemukul softball. Kata Ayumi, saat stress hal ini sangat membantu. Hagumi juga ahirnya berminat untuk bergabung.
Di kos, Morita ingin meminjam uang dari Mayama untuk membayar Takoyaki yang tadi dimakannya. Sambil memgang kerah baju Mayama, dia terus meminta. Kemudian Takemoto datang dan bertanya kalau Morita tidak melakukan apa-apa kan terhadap hagumi. Morita dengan santai balik bertanya apakah sebuah ciuman itu apa-apa. Takemoto terkejut dan ikut mecengkram kerah baju Morita. Morita tidak peduli dan tetap ingin meminjam uang dari Mayama. Kemudian Takemoto memberitahu Mayama kalau tadi dia bertemu dengan Rika di tempatnya bekerja. Dia juga ikut mencengkram baju Takemoto. Maka jadilah mereka bertiga saling mencengkram baju satu sama lain :D
Lohmeyer-senpai datang. Mereka menyambutnya dengan senang. Di kamar Takemoto kemudian mereka bermain Suikawari. Menghancurkan benda dengan mata tertutup. Mayama berkomentar mengenai gorden Takemoto yang berwarna pink tapi Takemoto tidak ingin menanggapi. Morita lalu memaksa Takemoto untuk bermain Suikawari. Takemoto menolak karena dia pasti tidak bisa. Morita lalu berkata bahwa orang yang tidak bisa memainkan games ini, makan kehidupan cintanya tidak akan lancer. Lohmeyer-senpai menambhakan bahwa Suikawari dan jatuh cinta itu serup (dengan hikmat mereka bertiga mendengarkan ^_^). Suikawari adalah latihan untuk cinta. Mendengarkan ucapan orang lain, adalah pilihan hati. Dan ini adalah bagian tersulit dari permainan Suikawari dan jatuh cinta. Setelah mendengar perncerahan tersebut, Takemoto langsung bersemangat.
Morita dan Mayama memberi petunjuk untuk jalan terus ke depan. Takemoto mngikutinya. Dan saat siap memukul, Takemoto merasa ada yang salah. Betul, karena yang ada di hadapannya adalah radio miliknya sendiri hehe.
Morita dan Mayama kecewa. Takemoto lalu berbalik. Tapi Morita dan Mayama berteriak dan melarang ke arah tersebut. Takemoto justru merasa sebaliknya. Dia merasa itu adalah arah yang benar karena tadi dia hampir tertipu dengan mereka berdua. Dan saat mengayunkan tongkatnya, dengan sigap Lohmeyer-senpai menangkapnya. Takemoto meminta maaf. Tapi dengan bijaksana, Lohmeyer-senpai berkata, “Jika takut berbuat salah, maka kau juga tidak akan bisa mendapatkan cinta.” Woaaah...
Tapi tidak lama, Morita langsung beraksi. Dia berhasil memukul semua semangka yang ada. Alhasil, kamar Takemoto jadi kotor. Takemoto berteriak frustasi, “Morita saaaaaaaan...”
Hagumi makan malam di rumah Ayumi bersama ayah Ayumi dan beberapa pegawainya. Ayah Ayumi berkata kalau hari ini Hagumi makannya banyak. Hagumi menjawab kalau dia punya selera makan yang bagus hari ini. Ayumi lalu menambahkan kalau hari ini Hagumi meninggalkan Morita sewaktu berbelanja. Hagumi lalu berkata kalau saat di dekat Morita dia selalu merasa aneh dan tidak tenang. Ayah Ayumi lalu tertawa dan berkata kalau Hagumi jatuh cinta pada Morita. Itu juga yang dia rasakan saat kencan pertama dengan ibu Ayumi. Ayumi dan Hagumi tidak percaya.
Ayah Ayumi lalu mengundang Hagumi untuk membantunya pada malam pesta kembang api. Dia berkata kalau kembang api tidak akan indah jika hanya dilihat seorang diri.
“Kembang api mudah lenyap karena itu pantas untuk dilihat bersama teman-temanmu. Walau pada akhirnya kau akan lupa pada warna dan bentuknya, kau akan terus mengingat wajah kawan-kawan yang ada di sampingmu saat itu,” kata Ayah Ayumi. Ucapannya membuat Hagumi berpikir.
Takemoto, Morita, dan Mayama berkumpul untuk makan semangka yang tadi Morita hancurkan. Takemoto masih marah karena Morita mengotori kamarnya dengan semangka. Dengan cuek Morita bertanya apa yang akan Takemoto lakukan pada malam kembang api. Takemoto mengacuhkannya dan beranjak pergi ketika Morita berkata, “Bukankah kau ingin pergi melihatnya bersama Hagumi?” Takemoto kaget sedang Mayama berkata, “Kena deh.”
Morita lalu menawarkan bantuannya pada Takemoto. Tapi Takemoto menolaknya karena menurutnya Morita hanya mempermainkannya. Namun, begitu Morita berkata, “Baiklah. Kalau begitu biar aku saja yang pergi dan menci...” (You know lah apa yang akan dia katakan) Takemoto langsung memotong kalimatnya dan menyanggupinya. Dia bertanya pada Morita kalau Hagumi benar-benar akan datang kan? Morita dengan yakin mengiyakan. Tapi Mayama lalu berkata kalau Takemoto seharusnya mengkhawatirkan cuacanya. Karena katanya besok (pada hari perayaan) akan hujan.
Keesokan harinya Takemoto bangun dang senang karena hari cerah. Ternyata kamarnya sudah dipenuhi oleh boneka penangkal hujan yang menggantung.
Mayama bertemu Pak Hakamoto dan bertanya mengapa dia menyuruh Takemoto yang bekerja. Dia berkata kalau dia lah yang akan melindungi Rika. Tapi kemudian Pak Hakamoto bertanya apa Mayama tahu mengapa Rika tidak ingin Mayama ada di sisinya? Pak Hakamoto lalu menceritakan kejadian bagaimana suami Rika, Harada Hideyuki, meninggal.
Hari itu Harada harus berangkan ke Los Angeles. Tapi kemudian lengan Rika tersiram air panas. Harada lalu menemani Rika ke dokter dan karenanya dia ketinggalan pesawat. Dia kemudian mengambil penerbangan selanjutnya. Sayangnya, pesawat tesebut gagal mendarat dan Harada menjadi salah satu korban yang tewas. Sampai saat ini Rika masih menyalahkan dirinya atas kematian Harada.
Takemoto mencari Yukata untuk dipakai di malam pesta kembang api. Dengan senangnya Takemoto berjalan dengan memakai Yukata biru yang baru dibelinya. Siapa sangka ternyata Yukata itu persis dengan Yukata yang dipakai oleh salah satu dosennya di kampus :D
Mayama berjalan dan tiba di depan rumah Rika. Dia kemudian teringat perkataan Pak Hakamoto. “Caramu untuk mendukungnya saat ini percuma.”
Dia kemudian berbalik dan menuju ke kantor Fujiwara Design. Di sana dia berharap agar tawaran yang diberikan kepadanya beberapa hari yang lalu masih berlalu. Namun, Nomiya berkata kalau dia sudah menolak tawaran mereka jadi kenapa mereka harus menerimanya kembali. Namun Miwako langsung menyuruhnya untuk mulai bekerja pekan depan. Dengan syarat, jika pekerjaan Mayama tidak bagus maka dia akan langsung dipecat. Mayama menyanggupinya.
Pesta kembang api. Mayama, Takemoto, dan Rika menyaksikannya sendirian dari tempat yang berbeda. Hagumi berkumpul bersama keluarga Ayumi karena hari itu dia membantu ayah Ayumi. Hari itu mereka berdua memakai yukata.
Takemoto bernarasi. “Dulu dia tidak mengerti mengapa banyak orang yang ingin menyaksikan pesat kembang api. Tapi kemudian dia mengerti bahwa dia selalu bisa mengingat wajah orang-orang yang ada bersamanya saat menyaksikan pesta kembang api. Itu karena saat itu sangat spesial dimana kau seharusnya bersama dengan orang penting bagimu. Dan itu membuat hari tersebut menjadi hari yang tak terlupakan. Dan tahun ini aku ingin melihat kembang api dengan seseorang.”
Takemoto lalu berlari.
Ayumi dan Hagumi pergi membeli takoyaki untuk dinikmati bersama keluarga Ayumi. Mereka membelinya pada Lohmeyer-senpai yang kemudia berkata bahwa menghidangkan takoyaki yang dingin juga akan mendinginkan sebuah hubungan. Karena itu takoyaki harus dihidangkan hangat-hangat. Kalimat tersebut mengingatkan Hagumi pada Morita. Dan bukannya mengikuti Ayumi kembali ke rumahnya, Hagumi malah berbalik dan berlari. Hagu berlari menuju balkon tempat Morita menjanjikan pemandangan kembang api yang indah.
Di jalan Ayumi bertemu dengan Mayama. Mayama berkata kalau Ayumi terlihat cantik dengan yukata yang dipakainya.
Ayumi tiba di balkon dan berjalan menuju Morita yang menunggunya. Tapi kemudian Morita memanggil Takemoto. Dengan segera Hagumi menyembunyikan takoyaki yang dibawanya. Morita berkata kalau dia bisa membuktikan ucapannya. Dia juga memberi selamat pada Takemoto dan kemudian pergi meninggalkan mereka berdua. Hagumi memandang kepergian Morita dan tidak mempedulikan Takemoto yang ada di belakangnya. Bahkan saat Takemoto memanggilnya, dia masih terus memandangi Morita yang berjalan. Takemoto juga melihat takoyaki yang tadi disembunyikan Hagumi. Dan saat itu Takemoto sadar akan perasaan Hagumi.
Sementara itu Ayumi kembali menangis di rumahnya padahal saat itu semuanya masih bekumpul. Saat ayahnya menegurnya, kalau dia tidak bisa menyerah. Dia tidak bisa berhenti untuk melakukannya.
“Yang diinginkan Hagumi bukanlah aku. Suara ku dan juga bunyi kembang api bahkan tidak sampai di telinganya. Akan lebih baik jika pesta ini berlangsung selamanya. Sampai saat hatiku sembuh dan bisa tersenyum waktu mengingat saat ini.”
Hatchimitsu to Clover ep 1
Hatchimitsu to Clover ep 2
Labels:
Hatchimitsu to Clover,
J-dorama,
sinopsis
Subscribe to:
Posts (Atom)