21 September 2014

Di Balik Pesona Pantai Losari


Catatan singkat ini kutulis hanya sebagai keluh kesahku atas apa yang kusaksikan hari ini
Siapa warga Sulawesi Selatan yang tak tahu dengan Pantai Losari. Sebuah lokasi kebanggaan warga Makassar, sebuah tempat hang out anak mudanya Makassar, sebuah tempat mengais rezeki bagi mereka yang ingin.



Pantai tak berpasir yang sudah mengalami sangaaat banyak perubahan sejak kedatanganku ke kota ini 10 tahun yang lalu. Dia semakin tertata dan indah, cocok memang menjadi tempat becengkrama bersama keluarga dan teman (spesial). Kalian tidak akan kelaparan dan kehilangan hiburan bahkan mendapatkan pemandangan yang eksotis jika kalian datang saat matahati tenggelam. Minggu pagi juga tak kalah menariknya. Car Free Day. Ribuan warga Makassar tumpah ke tempat ini sejak subuh hari.


Namun sayang seribu sayang, semua itu seakan pudar ketika kita berdiri di pagar tembok pmbatas dan memandang ke air laut. SAMPAH!!! Ya itu adalah pemandangan (mungkin sudah biasa) yang akan kalian dapati. Sayang bukan?

Sungguh aku hanya bisa tersenyum miris menatap 2 tugu adipura yang sengaja dibangun di sana. Hanya sebatas itu sajakah kepedulian warga kota ini akan kebersihan?

Memang, seharusnya tugas Pemerintah Kota lah untuk membersihkan sampah-sampah tersebut. Namun jangan lupa, kita pun sebagai warga kota yang baik untuk menjaga kebersihan kota. Tak akan cukup walau Pemkot mengerahkan TNI setiap minggu untuk menjaring sampah yang ada di laut Losari. Tidak akan cukup! Awareness dari kitalah yang harus lahir. Kesadaran untuk menjaga kota ini, membuatnya pantas untuk go Internasional!

Mulailah dari diri sendiri. Hanya itu yang bisa kusarankan di catatan ini. Mulailah tumbuhkan siri’ di dalam diri kita. Malu untuk mengotori lingkungan kita. Mulailah dari sendiri untuk menjadi contoh bagi orang lain agar tidak membuang sampah di sembarang tempat. Mulailah dari diri sendiri untuk menyimpan sementara pembungkus makanan di dalam tas, jika tak menemukan tempat sampah. Mulailah dari diri sendiri untuk tidak mencoreti tembok pembatas atau fasilitas umum yang tampak seperti media tulis di mata kalian.

Tak perlu suara keras untuk berkoar-koar tentang menjaga kebersihan lingkungan. Mulailah dari diri sendiri, semoga ada orang yang melihatmu melakukannya, melihatmu mencari tempat sampah hanya demi membuang sebotol kosong air mineral, dan akhirnya berkata kepada anaknya yang melempar bungkus rotinya ke pot tanaman yang ada di dekatnya, “Nak, itu di sana tempat sampahnya. Jadi sampahnya dibuang di sana ya?”