23 March 2012
Episode ini di buka dengan keinginan kuat Takemoto untuk memenangkan hadiah ketiga dari sebuah undian. Hadiahnya adalah TV. Tapi kemudian, Morita datang dan menarik Takemoto. Dan lagi-lagi Takemoto dikerjain sama Morita dan Mayama. Dia dipaksa memakai baju zirah dan dipaksa menjadi patung di dalam studio lukis dimana Hagumi dan teman-temannya melukis seorang model yang ‘topless’. Saya tidak mau menjelaskan dengan detail. Yang jelas, pada akhirnya Takemoto ketahuan ^0^
Kemudian, Morita memperlihatkan pada Takemoto bahwa kali ini dia akan berhasil memasulkan kupon undian. Kemudian Hagumi datang membawa selebaran dengan foto Takemoto sebagai covernya. Ini akibat dia ketahuan saat penyamaran. Dengan kesal, Takemoto memutuskan untuk pulang lebih dulu dibanding yang lain. Tapi kemudian Pak Hakamoto meminta Takemoto untuk mengantar Hagumi ke yayasan.
Di jalan Takemoto kembali menatap selebaran undian yang tertempel. Masih mengharapkan hadiah TVnya hehe. Kemudian ayah Ayumi yang merupakan kepala di daerah perbelanjaan dimana undian tersebut diadakan. Ayah Ayumi menyuruh Takemoto untuk menyampai kepada Morita bahwa tahun ini dia tidak akan bisa memasulkan kupon undian seperti tahun lalu (padahal tahun lalu si Morita juga hanya mendapatkan tisu dari hasil pemalsuannya hehe).
Di tempat lain, Morita terlihat sibuk dengan visinya untuk memalsukan kupon undian. Ternyata dia ingin memenangkan hadiah pertama – sebuah mobil. Kemudian Ayumi datang. Dia melihat apa yang dilakukan Morita dan menasehatinya untuk menyerah saja karena kali ini dia tidak akan berhasil. Tapi Morita tidak peduli. Senyumnya saat berhasil membuat kupon palsu tapi Ayumi tersenyum meremehkan. Katanya, bagian belakang kupon yang asli ada cap yang mana dibuat sendiri oleh nya.
Morita langsung merebut kupon dengan cap itu dan kemudian membuat stempel dengan pola yang sama. Ayumi berusaha untuk mengehentikan Morita. tanpa sengaja, Morita menjatuhkan sesuatu dari meja Pak Hakamoto. Ternyata sebuah foto. Dan wanita yang ada di foto itu adalah wanita yang disukai oleh Mayama.
Mayama mendatangi rumah Rika yang juga merupakan tempat kerjanya. Rika minta tolong pada Mayama untuk membawa sesuatu ke kantor Fujiwara – kantor yang pernah mereka datangi saat Mayama membatalkan janji makan siangnya dengan Ayumi (episode 1). Rika juga meminta Mayama untuk langsung pulang setelah mengantar benda itu. Mayama mengerti apa maksud dibalik perkataan Rika. Dia berkeras untuk tetap kerja di tempat itu walau tidak digaji. Di beralasan bahwa dia bisa belajar banyak hal di tempat itu. Pada akhirnya Mayama bertanya, “Aku tidak bisa mengalahkan orang itu ya?”
Sementara itu di tempat lain Pak Hakamoto membeli sebotol anggur. Scene selanjutnya akan menjelaskan alasana Pak Hakamoto membeli anggur tersebut.
Kembali ke Takemoto. Takemoto ingin membelikan makanan yang enak untuk Hagu. Sayangnya, makanan itu tidak ada. Mereka juga pergi bermain game menembak ikan hiu. Saat itu Hagumia bertanya laut itu seperti apa. Itu karena dia belum pernah melihat laut. Takemoto terkejut (saya juga hehe) tapi dia mengatakan kalau laut Tokyo tidak begitu bagus.
Mereka lalu beranjak ke permainan yang lain (saya tidak tahu nama permainannya). Hagumi terkesan dengan sebuah batu berwarna orange. Jiwa laki-laki Takemoto pun muncul. Dengan rela dia menukarkan uangnya dengan koin permainan. Tapi sampai koin terkahir dia tidak berhasil mendapatkan benda yang diinginkan Hagumi. Takemoto hanya berhasil mengambil batu berwarna biru.
Sambil berjalan pulang, Hagumi berkata kalau permainan tersebut sepertinya sangat menyakitkan karena apa yang diinginkan ada di depan mata tapi sayangnya tidak dapat diraih (*angguk-angguk setuju)
“Tidak semua yang diinginkan bisa didapat,” kata Takemoto.
“Itu karena jumlahnya terbatas. Seperti kue di toko tadi,” kata Hagumi.
Mayama kembali ke Fujiwara untuk meyerahkan titipan Rika. Pegawai di kantor itu meminta tolong Mayam untuk menyerahkan sebuh dokumen kembali kepada Rika tapi Mayam menolak. Dia berkata kalau dia sudah tidak bekerja di sana lagi. Dia terkejut saat mengetahuinya. Tapi seorang pegawai pria di sana – Nomiya – menyindirnya. Dia berkata kalau Mayama pasti merasa sedih karena tidak akan bisa melihat Rika lagi. Mayam membantahnya. Dia bekerja di sana karena memang ingin belajar. Lalu pegawai wanita tadi mengusulkan agar Mayam bekerja pada mereka saja tapi Nomiya menolak. Baginya Mayama bukanlah orang yang bisa bekerja serius karena dia bekerja pada Rika hanya karena ingin dekat dengannya.
Morita berhasil membuat cap seperti yang ada di balik kupon undian. Di menstempel tangan AYumi, buku, kertas di dinding, dan dimana-mana. Takemoto dan Hagumi tiba. Takemoto bertanya mengapa Ayumi terlihat lesu. Tapi ayumi hanya menggeleng. Saat berbalik Hagumi terkejut melihat Morita memakan kue yang Hagumi berlikan untuk pamannya. Morita dengan santainya berkata, “di Tokyo, kalau kau lengah maka makananmu akan direbut dengan mudah.” ^_^
Pak Hakamoto berkunjung ke rumah Rika. Dia membawa anggur yang tadi diberinya. Ternyata besok adalah hari ulangtahun suami Rika yang sudah meninggal.
Ayumi menemui Hagumia yang sedang melukis dan bertanya apa Hagumi pernah berpikir untuk berhenti melukis. Menurutnya seseorang pasti juga merasa lelah untuk melakukan sesuatu merskipun itu adalah hal yang disukainya. Hagumi hanya tersenyum dan menjawab kalau dia tidak pernah berpikir seperti itu.
Takemoto membongkar barang kiriman ibunya untuk mencari sebuah batu yang dibutuhkan oleh Hagumi. *entah untuk apa. Tapi di subtitlenya dikatakan untuk membuat acar *angkat bahu. Kemudian Morita datang dengan kabar kalau Lohmeyer-senpai sudah kembali dari Hawai. Mayama, Morita, dan Takemoto terkejut karena dia selalu mendapatkan hadiah utama dalam sebuah undian. Morita pun meminta saran padanya bagaimana caranya agar dia juga biisa memenagkan hadiah utama. Lohmeyer-senpai hanya berkata bahwa pada memutar lotere, jangan pikirkan hadiahnya. Tapi itu akan sangat sulit jika yang kau inginkan ada tepat di hadapanmu. Lohmeyer-senpai mengatakan, jika seperti itu maka jari-jari tangan tidak akan lemas dan rileks saat memutar lotere.
Morita hadir di tempat pengundian. Dia bosan karena pemeriksaan kupon undiannya makan waktu. Sayangnya, kupon undian palsunya ketahuan sama ayah Ayumi. Ayah Ayumi berhasil menebak kalau Morita memalsukan kupon undian miliki Ayumi. Hanya saja, kupon Ayumi sendiri sudah palsu haha....kena deh si Morita.
Takemoto melihat Hagumi sendirian. Dia tersenyum penuh kemenangan. Dia lalu mengeluarkan batu kiriman ibunya dari dalam tas. Sayangnya, Pak Hakamoto datang lebih dulu juga sambil membawa sebuah batu untuk diberikan kepada Hagumi. Takemoto meminta maaf pada ibunya karena sudah repot-repot mengirimkan batu itu namun pada akhirnya tidak berguna sama sekali, malah mem’berat’kan. *backsoundnya harusnya seduh tapi karena permintaan maaf takemoto pada ibunya, saya malah ketawa :D
Ayumi bertanya pada Takomoto apa Mayama pergi bekerja. Takemoto berkata kalau dia sedang mencari pekerjaan. “Dia dipecat,” kata Pak Hakamoto. Ayumi terkejut. Dia lalu bertanya pada Pak Hakamoto orang seperti apa Rika itu.
“Dulu dia selalu tersenyum. dia sama gilanya seperti Ayumi dan kawan-kawan. Setelah lulus, dia menikah dengan pria yang ada di foto (yang sebelumnya ditemukan Ayumi). Namanya Harada.”
“Menikah?” Ayumi terkejut.
“Tapi dia sudah tidak ada. Dan hari ini adalah hari ulang tahunnya.”
Rika mengunjungi makam suaminya
Ayumi menemui Mayam yang berbaring di bangku taman. “Berhentilah mengejarnya (Rika). Kau tidak mungkin bisa mengalahkan orang sudah tidak ada di dunia ini.”
“Aku tahu. Tapi aku tidak berdaya. Jadi kau tidak per pedulikan aku.” Mayama melangkah pergi. Dari jauh Takemoto melihat mereka berdua – sambil menggendong batunya hehe. “Walau tepat di haadapanmu, ada hal yang tidak bisa kau miliki. Betapa pun kau mengulurkan tanganmu, ada hal yang tidak bisa kau sentuh. Namun begitu, jika terus berusaha, akankah ada akhirnya? Seperti yang Hagumi katakan, meskipun harapanmu tidak menjadi kenyataan, ada sedikit kebahagiaan yang menunggu di suatu tempat.”
Takemoto kemudian bertemu dengan orang yang sering membeli lukisan Morita. Darinya Takemoto mendapatkan banyak kupon gratis. Takemoto memanggilnya ‘Malaikat’. Tapi kemudian Morita muncul dan merebut kupon itu. Takemoto memanggilnya, ‘Yang ini Iblis,’ hehe...
Ayumi menangis di tempat dia biasa membuat tembikar. Morita (lagi-lagi) datang dan menyuruh Ayumi untuk datang di pengundian lotere ayahnya. Ayumi harus melihat dirinya menghancurkan ayah Ayumi (Permintaan yang kejam ^^). Tapi Ayumi menolak dengan alasan dia tidak sanggup lagi bertemu dengan MAyama. Tapi Morita berkata, “Kau tidak perlu memandang wajahnya. Lihat saja punggunku yang kokoh ini. Karena selama kau hidup, bergaul dengan orang lain adalah tugasmu.”
Dan tibalah saat pengundian. Saat mereka tiba ternyata Lohmeyer-senpai sudah berhasil mendapatkan hadiah utama – sebuah mobil. Benar-benar orang ang beruntung, tidak dapat dipercaya. Tapi si Takemoto tetap saja memandangi hadian TV. Kemudian dia memberi saran ke yang lain agar setiap orang mendapatkan kesempatan untuk memutar undian (hehe saking nengebtnya pengen dapat TV). Tapi semuanya menolak karena ternyata Mortia sudah memutar empat undian dan semuanya KALAH hah! Hampir saja Morita dan ayah Ayumi berkelahi karena saling ejek (seperti anak kecil hehe). Tapi siapa sangka, di saat mereka mereka merelai perkelahian dan Takemoto protes karena tidak mendapat kesempatana, Hagumi dengan santainya memutar undian :D
“Di Tokyo, kalau kalian lengah seperti itu maka akan ada yang memutar lotere,” kena deh
Dan..berhasil. Hagumi berhasil mengeluarkan bola emas. Semuanya terkejut sekaligus senang karena warna emas berarti hadiah utama. Tapi ternyata mereka hanya mendapatkan hadiah ke-5, yaitu peralatan renang haha... semua pada protes.
Ayah Ayumi lalu membela diri sambil memperlihatkan kalau semua peralatan renangnya berwarna emas. Mayama lalu bertanya warna bola untuk hadiah utama. Dengan santai ayah Ayumi menjawab Biru karena mobilnya berwarna biru (ngeles hehe). Morita kembali protes. Tapi kemudian Takemoto member saran agar mereka pergi ke laut bersama-sama saja (mungkin dia teringat dengan percakapannya dengan Hagumi saat Hagumi bercerita bahwa dia belum pernah ke laut).
Mereka lalu meminjam mobil Lohmeyer-senpai. Mayama protes karena tidak boleh melepas rumbai-rumbai yang mengelilingi mobil itu tapi Morita malah senang karena kalau tidak ada hiasan tersebbut maka mobil itu jadi tidak istimewa. Hagumi memberikan kantongan kepada Takemoto untuk disimpan di dalam mobil. Saat mengambilnya, Takemoto melihat sebuh cincin di jari Hagumi yang hiasannya adalah batu biru yang dia menangkan dari permainan hari kemarin. Takemoto tersentuh
Morita kemudian menyuruh Takemoto untuk duduk di depan, di samping Mayam yang mengemudi karena dia ingin duduk di belakang di antara para gadis. Tapi Ayumi menolak. Langsung saja Morita menarik tangannya dan mendorong Ayumi masuk dan duduk di kursi depan. Sambil menutup pintu dia mengedipkan matanya.
Di perjalanan Morita tertidur dan Ayumi melihat cincin di tangan Hagumi. Menurutnya cincin itu cantik. Dia pun bertanya darimana Hagumi mendapatkannya. Takemoto yang tidak mau ketahuan pun mengalihkan pembicaraan. Tapi Ayumi tetap bertanya. Takemoto kembali menjawab. Ayumi marah karena Takemoto ikut campur. Takemoto kembali beralasan bahwa dia adalah juru bicara dari orang yang duduk di belakang. Ayumi tidak peduli dan kembali bertanya.
Tapi kemudian Takemoto diselamatkan karena mereka akhirnya tiba.
Mereka bersenang-senang. Tapi pandangan Takemoto tidak pernah lepas dari Hagumi dan cincin di jarinya. Ayumi juga minum sangat banyak sampai tertidur karena mabuk. Saat beres-beres, Takemoto melihat Hagumi mencari sesuatu. Saat bertanya Hagumi berkata kalau cincinnya hilang. Takemoto jadi sangat panic (karena alasan tertentu pastinya hehe) dan meminta Morita untuk membantunya mencari cincin itu.
Mayama membangunkan Ayumi karena mereka harus pulang. Tapi karena mengantuk sehabis minum Ayumi enggan pindah dari tempatnya. Mayama lalu menyuruh Ayumi untuk naik ke punggunggnya. Awalnya Ayumi menolak tapi kemudian Mayama memaksanya. Saat digendong, Ayumi bertanya kalau dia itu berat dan Mayama menjawab lebih dari perkiraannya. Ayumi lalu memukul Mayama dan berkata kalau Mayama itu bodoh. Mayama tersenyum mendengarnya. Kembali berkata Mayama bodoh, dan Mayama hanya meng’iya’kan. Beberapa kali Ayumi berkata seperti itu namun pada akhirnya dia menangis dan mengungkapkan perasaannya pada Mayama. Berulang kali dan Mayama hanya mengangguk. Terakhir Mayama mengucapkan terima kasih.
Sementara itu Takemoto dan Hagumi masih sibuk mencari cincin Hagumi yang hilang. Kemudian Morita memanggil Hagumi dari tepi pantai dan Takemoto tidak menyadarinya. Morita lalu memasangkan potongan mulut botol ke jari Hagumi, mengisi pecahan botol biru dengan air laut dan kemudian mengarahkannya kea rah cahaya bulan. Bias cahaya dari air dan warna biru dari botol itu di pantulkan di mulut botol yang ada di jari Hagumi seolah-olah menjadi batu cincin. Hagumi menyukainya dan terpana selama beberapa saat.
Tiba-tiba Morita mencium Hagumi dan Takemoto yang sangat senang karena telah menemukan cincin Hagumi melihatnya. Tangannya yang terangkat tinggi untuk memperlihatkan cincin yang didpatnya langsung jatuh lemas. Lagu OSTnya langsung terdengar. Cocok banget dengan scenenya.
Sementara itu Hagumi yang juga terkejut langsung terduduk di atas pasir. Dengan santainya Morita berkata, “Kalau di Tokyo kau lengan seperti itu maka kau akan dicium.” Aaaaargh jengkel dengan Morita di scene ini >.< Hatchimitsu to Clover ep 1
Labels:
Hatchimitsu to Clover,
J-dorama,
sinopsis
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment