15 July 2012

[Sinopsis] A Reason to Live


Year: 2011
Director: Lee Jeong-hyang (이정향)
Cast: Song Hye-kyo 송혜교 (as Da hae); Nam Ji-hyeon 남지현 (as Ji min); Ki Tae-yeong 기태영 (Sang woo)
Genre: • Drama
Language: Korean

Film ini memiliki topik yang cukup berat. Tentang memaafkan.

Berkisah tentang seorang wanita yang memberikan ‘pengampunan’ kepada seorang pemuda yang menabrak tunangannya sampai meninggal. Kisahnya pada hari peringatan kematian Han Sang woo, setahun setelah kejadian tersebut.





Han Sang woo meninggal tepat pada malam ulang tahun Da Hae. Sang woo mendapat telepon dari Ji seok, sahabatnya. Ji seok minta agar Sang woo datang menjemputnya. Saat itu, Sang woo sedang mengantar Da hae pulang. Karena Ji seok menangis, Da hae lalu meminta Sang woo untuk pergi menjemput Ji seok baru kemudian datang ke rumahnya.





Saat perjalanan pulang, Da hae ketinggalan bis. Karena itu dia menunggu Sang woo di dalam sebuah mini market. Pas tengah malam, Sang woo menelepon Da hae dan mengucapkan selamat ulang tahun (Da hae yang saat itu sedang berbelanja tidak membawa serta hp nya. Jadi dia hanya mendengar suara Sang woo untuk terakhir kalinya lewat voice mail).


Saat itu hujan, jadi Sang woo bernaung di depan sebuah toko. Sang woo berkata di telepon kalau dia akan segera sampai ke rumah Da hae. Tapi saat dia berjalan menuju mobilnya, sebuah motor menabraknya. Saat itu Sang woo masih sadar. Tapi si pengendara bukannya melarikan diri atau membantu, dia malah kembali 'menggilas’ Sang woo dengan motornya.

Da Hae memberikan petisi bebas kepada si pemuda tanpa pernah menemuinya. Kakak Sang woo sendiri masih tidak mengerti mengapa Da Hae melakukannya. Da hae berkata kalau dia yakin Sang woo akan lebih tenang jika dia memaafkan anak itu.

Setelah kematian Sang woo, Da hae berhenti dari tempat kerjanya dan melakukan sebuah pekerjaan atas permintaan gereja. Gereja menentang adanya hukuman mati. Karena itu gereja meminta Da hae untuk membuat film tentang bagaimana orang-orang yang juga memberikan petisi bebas seperti dirinya. Jadi Da hae menemui satu per satu orang yang pernah memberikan petisi bebas terhadap kriminal yang telah melukai mereka.





Ji seok memiliki seorang adik perempuan, Ji min. Anaknya ceria. Dia datang ke rumah Da Hae pada peringatan setahun kematian Sang woo sekaligus merayakan ulang tahun Da Hae. Da hae sendiri tidak bersemangat untuk merayakan ulang tahunnya mengingat apa yang terjadi setahun yang lalu. Tapi Ji min menghiburnya. Dia berkata bahwa hari kematian seseorang di dunia ini berarti hari kelahirannya di dunia ‘sana’. Da hae merenungi perkataan Ji min sambil menatap lilin ulang tahunnya.

“Jadi hari ulang tahunku sama dengan hari ulang tahun Sang woo di dunia ‘sana’,” kata Da hae, lebih kepada dirinya sendiri.



Ji min membantu Da Hae sebagai asisten yang membantu membawakan alat perekam untuk film yang Da hae buat. Saat pertama kali melakukannya, Ji min nyeletuk di tengah-tengah proses perekaman karena penasaran.

“Apakah keluargamu yang lain juga ikut memaafkan pembunuh itu?” Tanya Ji min tiba-tiba pada si Bapak.

“E…belum,” jawab si Bapak ragu. “Tapi dengan seiringnya waktu, saya yakin mereka akan setuju dengan saya.”

“Apa Anda pernah bertemu dengan si pembunuh? Apa dia menyesali perbuatannya?” Tanya Ji min lagi. Da Hae menegurnya.





Sesampainya di rumah Ji min terus mempertanyakan apa yang tadi siang dia dengar. Da hae mengingatkan Ji min agar tidak melakukan interupsi di tengah perekaman. Mereka lalu terlibat perdebatan tentang pemberian maaf tersebut sampai akhirnya Ji min bertanya mengenai kabar pembunuh Sang woo kepada Da hae. Da hae berkata kalau dia tidak mau tahu, menurutnya akan lebih baik, jika dia tidak tahu apa-apa tentang anak itu. Dia menjawab tanpa emosi. Ji min kembali bertanya apa eonni tidak marah kepada anak itu. Jika dia adalah Da hae, dia pasti sangat marah. Da hae berkata kalau anak itu mungkin kembali ke sekolah seperti yang dijanjikan orang tua anak itu. Ji min tertawa kecil mendengarnya. Baginya janji orang tua tidak lah dapat dipercaya. Itu hanya akan menikam Da hae dari belakang. Da hae memandang sedih kepada Ji min dan berkata kalau ini lah yang membuat orang tua Ji min kecewa kepada Ji min. Ji min marah saat mendengarnya dan meninggalkan rumah Da hae tanpa berkata apa-apa.



Sebenarnya Ji min juga punya masalahnya sendiri. Dia sering dipukuli oleh ayahnya yang tidak lain tidak bukan adalah pendeta di gereja tempat Da hae sering berdoa. Bukan hanya sekedar dipukul tangan, tapi ditendang dan bahkan sampai menggunakan benda tertentu. Ibunya bukannya melindungi Ji min, tapi dia terus menyalahkan Ji min yang bersikap kasar kepada ayahnya. Dia juga meminta Ji min agar meminta maaf pada ayahnya karena bersikap kurang ajar sebagai anak agar ayahnya berhenti memukulinya. Tapi Ji min menolak. Baginya, ayahnya lah yang harus meminta maaf karena memukulinya. Hal ini malah membuat ayahnya murka (Woaah aneh. Si ayahlah yang menyerukan agar orang-orang memaafkan kesalahan orang lain, tapi dirinya enggan meminta maaf pada anaknya sendiri. Talk is easier than act, right?!)

Tapi setiap kali Ji min komplain tentang orang tuanya kepada Da hae, Da hae selalu membela orang tua Ji min. Itu karena Dae hae beranggapan bahwa Ji min beruntung memiliki ayah dan ibu yang lengkap. Sedangkanorang tuanya berpisah saat Da hae masih kecil. Da hae juga mendengar mereka bertengkar hampir setiap malam.

Orang kedua yang Da hae wawancarai adalah seorang ibu muda. Dia bercerita tentang bagaimana ibunya melindungi kakaknya sendiri padahal kakaknya itu sudah memperkosa dirinya. Dia melarikan diri dari rumahnya dan tidak pernah kembali. Tapi kemudian dia mendengar kabar kalau kakaknya itu dipenjara karena membunuh. Wanita itu berkata kalau dia bisa memahami perbuatan ibunya yang melindungi kakaknya setelah dirinya juga mempunyai anak.


Saat makan, Ji min kembali berkomentar. Baginya si ibulah yang merusak anaknya. Kalau saja si kakak dihukum setelah dia memperkosa adiknya, tentu dia tidak akan membunuh dan dipenjara. Tapi Da hae berkata itu karena mereka keluarga. Makanya si ibu melindungi anaknya.

“Jaid tidak apa-apa seseorang berbuat jahat hanya karena mereka keluarga?” Tanya Ji min.


Saat pulang, Ji seok datang menjemput Ji min agar pulang bersamanya. Tapi Ji min menolak. Mereka beradu mulut untuk sesaat dan Ji seok hampir saja memukul adiknya. Untung Da hae melerainya. Da hae menyuruh Ji min agar masuk ke rumahnya. Ji seok
lalu memberikan obat Ji min pada Da hae karena saat pergi Ji min lupa membawa obatnya.



Da hae kembali menceramahi Ji min bahwa semua orang tua itu menyayangi anaknya. Dia memberikan obat yang dibawa oleh Ji seok kepada Ji min. Ji min emosi karena Da hae terus membela orang tuanya. Da hae berkata kalau dia hanya iri pada Ji min yang punya ibu yang mau mengirimkan obat untuknya. Ji min kembali menyinggung masalah kematian Sang woo. Dia tidak percaya Da hae begitu mudah memaafkan orang padahal orang itu tidak pernah meminta maaf kepadanya. Baginya, sikap Da hae yang sekarang itu tidak tulus. Dia seperti menutup diri karena tidak ingin mendengar sesuatu yang jauh berbeda dari harapannya. Da hae menyuruh Ji min pulang ke rumahnya.



Orang selanjutnya yang ditemui Da hae (kali ini dia pergi sendiri) adalah seorang wanita yang telah memaafkan seseorang yang dihukum seumur hidup menjadi hanya 10 tahun. Tanpa sadar si wanita malah curhat dan berkata kalau dia sampai sekarang belum menerima surat permohonan maaf dari si pelaku. Dia bahkan tidak diberi kabar saat orang itu bebas dari penjara. Dia tidak mengharapkan apa-apa. Dia hanya ingin si pelaku datang meminta maaf padanya dan menunjukkan penyesalannya. (Memaafkan itu tidak mudah, begitu pula meminta maaf. Tapi jika nyawa sudah meregang, tentunya sebentuk ungkapan maaf - walau itu hanya sebuah kata - dari si pelaku akan sedikit mengobati rasa kehilangan atas keluarga yang tidak mungkin kembali).



Perkataan wanita tadi membuat Da hae berpikir. Dia pun pergi ke kantor polisi untuk mencari kabar tentang pembunuh tunangannya. Saat menunggu fax tentang si pemuda, Da hae mendengar pembicaraan si polisi dengan rekannya. Mereka membicarakan tentang seorang kriminal yang memperkosa seorang siswi. Si pelaku itu akan bebas setelah menjalani setengah masa tahanannya. Padahal, si pelaku sudah beberapa kali keluar masuk penjara. Si ibu gadis meminta alamat si pelaku tapi ternyata dirahasiakan.

Da hae akhirnya tahu bahwa keluarga korban tidak akan diberitahu jika si pelaku bebas atau bahkan melarikan diri dari penjara. Da hae terkejut saat mengetahui bahwa justru si pelaku lah yang tahu segala hal tentang si pelapor. Karena itu banyak keluarga korban yang tidak melapor karena takut si pelaku akan balas dendam begitu mereka keluar dari penjara. Da hae lalu bertanya jika petisi maaf itu bermanfaat atau tidak. Di polisi berkata bahwa yang terpenting adalah si pelaku tidak mengulangi perbuatannya. Dia tidak setuju dengan masyarakat yang hanya memberi maaf kepada si pelaku padahal si pelaku tidak menunjukkan rasa penyesalannya. Itu hanya membuat tindak kejahatan terulang. Baginya, asal memberikan maaf juga adalah sebuah kejahatan.



Esoknya Da hae kemudian menemui jaksa yang pernah menangani kasus si anak saat membunuh tunangannya. Si jaksa memberi tahu kalau saat ini anak itu ada pusat apa gitu (semacam penjara untuk anak) karena sudah membunuh temannya tiga bulan yang lalu. Da Hae menjadi lebih terkejut saat tahu bahwa sebenarnya sebelum kecelakaan, si anak pernah menikam ibunya. Hanya saja si ibu tidak melaporkan anaknya itu ke polisi. Karena tidak bisa menemui si anak atau pun orang tuanya, Da hae pun meminta alamat dari teman si anak yang terbunuh.




Da hae datang ke rumah korban. Ternyata anak itu adalah anak yang berprestasi. Yang semakin menyakitkan hati Da hae adalah ayah si anak sedang terbaring sakit dan sangat merindukan anaknya. Da hae langsung berlari keluar karena tidak tahan melihat kenyataan yang ada di hadapannya.



Merasa penuh penyesalan atas apa yang sudah dia perbuat, Da hae menenggelamkan dirinya ke sungai bersama mobilnya. Dia kembali mengingat kenangannya bersama Sang woo di tempat itu. Saat tersadar, air sudah memenuhi mobilnya dan pintunya tidak bisa terbuka.

Da hae membuka matanya dan dia ada di rumah sakit.



Ji min datang ke rumah Da hae untuk menjenguknya. Dia mendapati Da hae menyibukkan dirinya dengan membereskan rumahnya. Ji min tidak tahan melihatnya. Dia lalu meneriaki Da hae agar berhenti bersikap aneh.

“Anak yang membunuh Sang woo, anak yang aku maafkan sudah membunuh orang lain. Itu berarti aku juga membunuh orang itu,” kata Da hae, membelakangi Ji min.

Da hae bertemu Ji seok. Ji seok mencoba menghiburnya karena Da hae terlihat murung lagi. Da hae berkata bahwa saat mobilnya penuh dengan air, sekeras apa pun dia berusaha membuka pintu mobilnya, pintu itu tidak mau terbuka. Tapi saat dia pasrah, tekanan air yang ada di dalam mobilnya justru yang membuka pintu mobil. “Karena itu,” kata Da hae, “Aku akan menunggu sampai aku benar-benar bisa memaafkan dan bangkit.”

Yah, memaafkan adalah mengikhlaskan, bukan tentang melupakan. Mudah mengucapkan kita sudah memaafkan, tapi benarkah demikian. Memaafkan bukan lah sesuatu yang harus dipaksakan karena sesuatu yang dipaksakan suatu hari akan pecah dan hancur.

Namun karena sulitnya melakukan yang satu ini (memaafkan, mengikhlaskan), maka Tuhan pun mengganjarnya dengan imbalan yang berlipat kan????



Sakit ginjal yang dialami Ji min
ternyata semakin parah. Dia harus segera menemukan donor dan satu-satunya donor yang cocok di keluarganya adalah ayahnya. Dokter meminta Ji min agar segera memberitahukan hal itu kepada keluarganya.

Ji min kembali ke rumah Da hae setelah dipukuli babak belur, kali ini oleh kakaknya. Ji seok memberikan hadiah ulang tahun kepada ayahnya atas nama Ji min. Ji min sangat marah pada kakaknya karena dirinya tidak akan pernah melakukan itu sebelum ayahnya meminta maaf kepadanya. Hal itu menyulut emosi Ji seok dan memukulnya, bahkan menumbukkan kepala adiknya itu ke pagar. Ibunya hanya berteriak kembali menyalahkan Ji min.


Da hae kasihan melihat luka di wajah Ji min. dengan lembut dia membelai rambut Ji min. Di pelukan Da hae, Ji min meminta maaf. Ternyata selama ini dia merasa bersalah atas kematian Sang woo. Itu karena pada malam Sang woo datang untuk menjemut Ji seok, kakaknya, dia juga menerma telepon dari Ji seok. Dia tiba lebih dulu di tempat Ji seok dari pada Sang woo. Jika saja dia tidak datang, maka Sang woo lah yang akan menemui Ji seok dan dia tidak perlu terlibat dalam kecelakaan yang kemudian menewaskannya. Ji min menangis karena selama ini memendam perasaan bersalahanya itu. Da hae menenangkannya dan berkata bahwa itu bukanlah kesalahan Ji min.


Perdebatan masih terjadi dalam hati Da hae. Bagaimana pun dia masih menyisakan pertanyaan akan apa yang sudah dia lakukan, benar tidaknya apa yang sudah dia lakukan. Dia kemudian memutuskan untuk membuat film yang ditujukan untuk mereka yang membutuhkan pengampunan, bukan buat mereka yang perlu memberikan pengampunan. Karena baginya, memberikan maaf adalah sebuah kebebasan dan mereka yang perlu diberi maaf harus tahu dan menyadari kesalahan yang telah mereka lakukan.

Well, kisah Ji min sendiri tidak jelas. Tapi saya menduga (maaf kalau kemampuan saya menganalisa film tidak sebagus Anda), kalau Ji min akhirnya 'pergi' karena penyakitnya. Rasa benci yang dia miliki kepada ayahnya pada akhirnya melukai dirinya. Ji min pernah berkata, bahwa jika saja dia seperti anak yang menabrak Sang woo, yang melampiaskan rasa bencinya atas ayahnya kepada orang lain, maka dia juga akan membunuh. Tapi itu akan melukai orang lain. Sebagai gantinya, dia memilih untuk melukai dirinya sendiri.

Yah, rasa benci itu memang sebuah penyakit yang tidak hanya akan menggerogoti fisik, tapi juga hati. Jika maka fisik tidak sakit, maka hatilah yang akan merana karena hal yang satu ini. Namun begitu, rasa benci pun adalah bagian dari diri kita yang tidak mungkin hilang. Hanya saja, jangan biarkan dia bersarang dan tumbuh subur di dalam diri kita dan akhirnya mengontrol perasaan dan hidup kita.

Saya tidak membuat sinopsis film ini terlalu detail. Ada banyak adegan yang saya potong karena sepertinya akan lebih baik jika ditonton sendiri. Tapi di antara semua film yang sudah saya sinop, inilah film terberat heheh....


Trivia:
- Yang memerankan Sang woo adalah suami dari Eugene (pemeran Yi kyung di drama Bread, Dream, and Love)
- Film ini membuat Song Hye-kyo meraih penghargaan 2011 Women in Film Korea Awards: Acting Award

3 comments:

  1. Makasih ya udah dikasih sinopsisnya, karna d film subtitle d film yg kubeli acak"an.. :D

    ReplyDelete
  2. kenapa si anak nabrak sang woo ? hee jawab ya

    ReplyDelete
  3. koreksi dikit:
    pak pendeta sama bapaknya Ji-Min itu orang yg berbeda sis, mungkin emang agak mirip aja...

    ReplyDelete