16 October 2011

[Sinopsis] Heartbreak Library


Ceritanya dimulai dengan menampilkan foto Eun-soo bersama seorang laki-laki yang wajahnya sengaja ditutupi kertas. Dari situ penonton sudah tahu kalau dia bermasalah atau malah sudah putus dengan kekasihnya.


Eun-soo adalah seorang librarian yang kemudian bertemu dengan Kim Jun-oh yang merobek setiap halaman 198 buku di perpustakaan tempatnya bekerja. Karena menganggap itu sebuah tindakan criminal, Eun-soo memanggil pihak keamanan. Sayangnya, penangkapan mereka berlebihan. Sampai-sampai hidung Jun-oh berdarah. Jun-oh merobek halaman tersebut karena tidak tahu kalau ternyata di perpustakaan itu ada fasilitas fotocopy.


Hari berikutnya Eun-soo menempel kembali lembaran-demi lembaran buku yang sudah sobek dengan isolasi saat ada sebuah insiden. Dari insiden itu kemudian mereka punya kesempatan berbicara berdua dan menanyakan mengapa Jun-oh merobek hanya halaman 198. Jun-oh menyruhnya untuk tidak ikut campur tapi Eun-soo berkata kalau Jun-oh memang bukan orang aneh, di pasti mau mengatakan alasannya. Walau awalnya enggan, Jun-oh pun kemudian menceritakan kalau pacarnya menulis sesuatu di halaman tersebut. Eun-soo lalu berkata mengapa dia tidak menanyakan langsung kepada kekasihnya buku mana yang dia maksud. Tapi Jun-oh berkata kalau dia sudah pergi. Eun-soo mengira kalau Jun-oh dicampakkan, seperti dirinya. Jun-oh kembali bercerita kalau kekasihnya itu sering meminjam buku di perpustakaan temapat Eun-soo bekerja. Karena itu dia kesana untuk mencari buku yang dimaksud. Eun-soo lalu menanyakan nama kekasih Jun-oh agar bisa membantu mencari tahu buku-buku apa saja yang pernah dia pinjam. Jun-oh yang mengetahui hal tersebut tersenyum senang karena ternyata ada cara yang lebih mudah untuk mengetahuinya.



Mereka lalu kembali ke perpustakaan dan mencari tahu. Ternyata Suh Mi-kyung (nama kekasih Jun-ho) meminjam buku sebanyak 976 buku. Wow... Kemudian Eun-soo menawarkan bantuan kepada Jun-oh untuk mencari buku yang dimaksud semalaman karena esok hari adalah jari liburnya. Jun-oh pun berjanji akan mentraktir Eun-soo sebagai gantinya.
Semalaman mereka mencari tapi baru bisa menyelesaikan 1/3nya. Dan ketika Eun-soo masuk kerja, ternyata gossip tentang dirinya yang menghabiskan malam bersama dengan Jun-oh di perpustakaan menyebar. Selain itu, sambil bekerja ternyata Eun-soo tetap membantu mencari buku yang dipinjam Mi-kyung dan membuka halaman 198.

Eun-soo ternyata punya kebiasaan menulis diary. Ketika temannya mencibir kebiasannya itu, dia hanya menjawa “You’ll never know the future, but the past never change” (Kau tidak akan pernah tahu masa depanmu, tapi apa yang ada di masa lalu mu tidak akan pernah berubah). I love this words. Dia pun meninggalkan temannya itu dan kembali ke kursi kerjanya. Di sana dia kembali bertemu dengan Jun-oh yang ingin mendaftar sebagai anggota perpustakaan. Sambil tersenyum dia memperlihatkan buku yang (menurutnya) merupakan buku yang selama ini mereka cari. Enu-soo hanya tersenyum kecil saat Jun-oh mengungkapkan alasan kenapa ia yakin kalau itulah bukunya.


Kemudian ada adegan di mana Eun-soo melihat sahabatnya bertengkar dengan mantannya. Juga adegan hujan yang menunjukkan raut sedih Eun-soo dan Jun-oh yang menunggu di suatu tempat tanpa payung atau mantel dengan wajah penuh duka. Tempat apa itu akan ketahuan belakangan.


Hari berikutnya Eun-soo bertugas untuk perpustakaan keliling. Di tempatnya parkir tanpa sengaja dia melihat dikejauhan Jun-oh yang dijemput dengan segerombolan orang berjas hitam. Mafia? Sepertinya begitulah pikiran Eun-soo.


Jun-oh kemudian muncul dengan topi koki di sebuah acara makan malam. Ternyata dia adalah koki handal dalam masakan Jepang. Sayangnya, entah kenapa dia tidak sanggup memegang pisau dan menyerahkan tugasnya itu ke asistennya. Bisa ditebak akhirnya seperti apa, kacau....


Keesokan harinya Jun-oh kembali menemui Eun-soo. Eun-soo yang mengetahui kalau ternyata Jun-oh tidak berhasil menemui Mi-kyung pun berkata kalau sebenarnya dia sudah menduga hal itu akan terjadi. Saat Jun-oh mengatakan alasannya ketika memperlihatkan buku yang dia yakini adalah yang dia cari, Eun-soo sudah merasa kalau itu buku yang salah. Eun-soo kemudian bertanya mengapa Jun-oh tidak langsung saja ke rumahnya. Tapi Jun-oh bilang tidak tahu. Eun-soo terkejut dan berkata, “apa kalian benar-benar pacaran?”.

Jun-oh bilang kalau rumah Mi-kyung di Chuncheon tapi Mi-kyung punya rumah di daerah sekitar. Hanya saja, dia tidak pernah mengantarnya sampai depan rumah. Eun-soo tidak percaya mendengarnya. Terpaksa, dia pun ‘mencuri’ data dari perpustakaan dan memberikannya kepada Jun-oh. Setelah memberikan alamatnya, Eun-soo berkata agar Jun-oh pergi menemuinya dan meminta kejelasan. “Hwaiting!”


Tapi, ketika Eun-soo baru mau mengayuh sepedanya, Jun-oh menahannya. Dengan wajah memelas dia kembali meminta Eun-soo untuk menemaninya ke alamat tersebut. Dia menagih janji Eun-soo yang bilang ingin membantunya. Eun-soo menjawab kalau dia sudah membantunya. Kemudian dengan wajah memelas Jun-oh berkata kalau dia takut. Dia takut kalau Mi-kyung tidak akan mau menemuinya. Dan akhirnya...Tara...Eun-soo luluh. Dia pun bersedia menemani Jun-oh.



Di stasiun kereta dia bertemu dengan mantannya. Dia menundukkan kepala untuk menghindar tapi mantannya itu melihatnya. Saat mantannya menanyakan Jun-oh, Eun-soo hanya berkata kalau dia tidak mengenal Jun-oh.

Di atas kereta, Eun-soo minta maaf karena tadi berkata kalau dia tidak mengenal Jun-oh. Jun-oh hanya menjawab kalau Eun-soo memang tidak mengenalnya (hehe!). Eun-soo juga terus menerus menegaskan kalau dia mau menemani Jun-oh bukan karena dia tidak punya pekerjaan lain. Tapi itu karena dia kasihan dengan orang yang memelas bantuannya. Jun-oh sendiri meminta Eun-soo untuk berhenti memanggilnya “Ahjussi” karena dia tidak menyukainya. Eun-soo kemudian bertanya tahun kelahirannya. Saat mennjawab, raut wajah Eun-soo berubah dan kembali dia membla diri. Eun-soo berkata kalau ‘bukan tahun lahir yang menentukan umur seseornag, tapi wajahnya.” ^.^ (Saya suka scene ini. Itu karena mereka berdua punya ekspresi yang lucu dalam dialog-dialognya.)

Eun-soo yang turun untuk membeli semacam kue saat kereta berhenti sebentar, terlambat menaiki kereta. Dia kemudian berlari sekuat tenaga untuk menngejarnya tapi dia terjatuh. Jun-oh yang melihatnya pun harus melompat turun dari kereta dan jadilah mereka menupang kendaraan lain agar sampai ke alamat yang dituju. Saat harus berjalan kaki karena kendaraan yang mereka tumpangi harus pergi kea rah yang berebeda Eun-soo bertanya apa yang akan Jun-oh katakan saat dia bertemu Mi-kyung. Jun-oh hanya menjawab tidak tahu. Saat Eun-soo memaksanya untuk memikirkan apa yang akan dia katakana, Jun-oh hanya berkata ‘Take care’. Eun-soo terkejut. Dia berkata bahwa mereka jauh-jauh menempuh perjalanan hanya untuk mengatakan itu?


Mereka tiba malam hari dan Eun-soo meninggalkan Jun-oh di dekat rumah Mi-kyung. Dia memutuskan pulang sendiri karena tidak ingin menunggu sampai urusan Jun-oh selesai. Mungkin lama....Ternyata tidak. Eun-soo yang sednag menelepon ibunya di telepon umum dihampiri oleh Jun-oh. Saat bertanya apa yang terjadi, Jun-oh menjawab kalau Mi-kyung dan keluarganya telah pindah dan tidak ada yang tahu. Untuk mengalihkan pembicaraan, Eun-soo kemudian menagih janji Jun-oh, makan malam. Tapi Jun-oh berkata kalau dia akan mentraktirnya begitu mereka kembali. Dengan menahan lapar, Eun-soo menurut saja. Di kereta pulang, Jun-oh tertidur di bahu Eun-soo.


Begitu tiba, Jun-oh mengajak Eun-soo ke sebuah restoran Jepang. Saat sedang menunggu pesanan sednirian, Jun-oh muncul dengan pakaian kokinya. Eun-soo terkejut. “Jadi kau bukan mafia?” katanya. Jun-oh lalu mengambil pisau yang dipegang oleh asistennya. Dengan ragu, si asisten memberikan pisau itu. Ternyata dengan terampil, Jun-oh mengolah daging ikan di hadapannya menjadi makanan khas Jepang. Suasanya pun ceria. Jun-oh jadi sering tersenyum dan itu membuat wajahnya jadi lebih tampan dari sejak awal kemunculannya di film ini hehe....

Jadi dimana sebebarny Mi-kyung? Dan bagaimana kelanjutan hubungan mereka berdua? Nonton saja sendiri. Bagus loh ceritanya...

Comment:
Jalan ceritanya sederhana. Konfliknya juga sangat tidak dramatis. Tapi pesan yang disampaikan lumayan dalam, especially buat mereka yang pernah patah hati. Selain itu, kita bisa melihat kondisi perpustakaan umum di Korea sana. Bersih banget. Penjaga perpustakaannya senantiasa mengecek buku dan memperbaiki letaknya jika ada pembaca yang menaruh buku bukan pada tempatnya. Penerangannya bagus dan tidak berdebu. Benar-benar berbeda dengan perpustakaan yang ada di Makassar. Kapan ya, perpustakaan di daeah saya ini bisa memberikan kontribusi lebih buat pendidikan? Atau setidaknya menarik pembaca agar mau berlama-lama di perpus gitu...

2 comments:

  1. setting di perpus?
    uwaa
    baca dulu ya.
    trims

    ReplyDelete
  2. bagian awal-awalnya emang kebanyakn setting di perpus (kalau g salah ingat ^^). Thanks dah komen

    ReplyDelete