04 January 2012

Hal Kecil yang Disepelekan

Sekarang lagi hangat-hangat di pemberitaan media cetak tentang pengumpulan sendal jepit sebagai ungkap keprihatinan atas apa yang menimpa AAL. AAL adalah seorang bocah yang dituduh mencuri sendal seorang aggota polisi yang kemudian mendapat perlakuan tidak pantas dari pihak kepolisian.

Miris memang mengetahui tindakan kasar perwira polisi kepada anak yang masih berumur 15 tahun (Kalau gak salah umurnya segitu). Harusnya bersikap yang wajar saja saat memeriksa/ meminta keterangan, tidak perlu sampai menyiksa.

Ada banyak komentar seputar kejadian yang dialami AAL. Namun yang jelas kesemuanya prihatin. Saya juga merasa demikian. Namun, ada satu hal yang saya perhatikan. Banyak komentar dari masyarakat yang menganggap kalau kasus AAL adalah kasus kecil yang tidak perlu terlalu dibesar-besarkan karena ada banyak kasus besar di negeri ini (seperti korupsi) yang luput dari perhatian.

Entah kenapa saya kurang setuju dengan mereka yang menyatakan kalau kasus AAL adalah hal yang sepele. Kenapa? Karena mencuri, ya, mencuri berapa pun nilai barang yang dicuri. Rasulullah tidak pernah membedakan antara pencuri besar dan kecil. Semuanya sama, hukumannya potong tangan. Bahkan beliau sendiri mengatakan bahwa seandainya Fatimah-darah dagingnya-yang mencuri, maka hukumannya tetap sama. Potong tangan. Hukuman yang saat ini pasti sudah dianggap sebagai sesuatu yang melanggar Hak Asasi Manusia.

Memang hukuman itu akan sangat sulit diterapkan dalam kehidupan sekarang. Namun, tolong jangan pernah sepelekan dan membeda-bedakan antara pencuri kecil dan besar. Itu karena pencuri kecil pun-jika terbiasa dan merasa kalau apa yang telah dilakukannya ternyata sangat mudah dimaafkan-kelak bisa menjadi seorang pencuri 'besar' (Koruptor). Right?!

Menulis seperti ini tidak berarti saya tidak kasihan sama sekali pada AAL. Saya prihatin, sangat prihatin pada apa yang menimpanya. Tapi prihatin saya itu dalam hal tindakan polisi yang semena-mena dalam memperlakukannya. Tapi, untuk tuduhan pencurian yang dialamatkan kepadanya tentu saja tetap butuh proses pembuktian. Karena itu tadi, jika disepelekan, hal kecil pun bisa menjadi kebiasaan dan menjadi sesuatu yang 'besar'.

0 comments:

Post a Comment