Chingu pasti sudah tahu kalau saya ini suka sekali sama yang namanya instrument. Sampai-sampai buat tiga postingan tentang instrument drama Korea :D (Postingan pertama boleh di klik di sini. Dan berhubung saya tidak hanya punya instrument drakor saja di laptop, tapi juga beberapa instrument film/anime/dorama Jepang, maka kali ini saya mau posting beberapa instrument yang juga masuk playlist instrument saya. Tidak banyak sih because I'm not a big fan of Japanese movie or dorama, tapi mungkin ntar bisa bertambha kalau banyak yang request :D
1. Inuyasha
Ini anime favorit saya sepanjang masa mungkin hahaha. Satu-satunya anime yang cari linknya untuk didownload soalnya stasiun tv ikan terbang berhenti nyiarin padahal belum selesai. Ada banyak instrument untuk anime ini tapi saya posting yang saya suka saja ya, kebanyakan sih yang melow *hadooh*
2. Samurai X
Juga merupakan salah satu anime favorit. Filmnya juga kereeen. Sayang endingnya TT_TT Instrument untuk anime ini sudah pernah saya posting. Jadi silahkan langsung saja buka di sini
3. Midnight Sun a.k.a Taiyou no uta
Ini film lama. yang meranin Yui. Bercerita tentang cewek yang tidak bisa terkena matahari karena bisa memicu sebuah penyakit yang ada di dalam dirinya. OSTnya yang terkenal berjudul Goodbye Days. Yang nyanyiin si Yui juga. Untuk instrumentnya, boleh di diwnload di sini
4. Be with You a.k.a Ima, Ai ni Yukimasu
Saya lupa pernah nonton filmnya atau tidak tapi kalau cek di wikipedia kayaknya saya familiar dengan jalan ceritanya. Tapi alasan utama saya suka instrument ini adalah saat jadi BGM Running Man di epiosde 273 dan di The Return of Superman di episode 103 (episode terakhir Uhm Ji Ohn). It's so touching. It brought me to tears. It's about family. Kalian bisa mendownloadnya di sini Listen to it and say whatever you want *apa coba hahah
Itu saja. Cukup ya. Maaf kalau semuanya stok lama heheh. Maklum saya tidak banyak menonton karya negeri Sakura. Kalau ada yang terbaru, akan saya posting lagi.
Terima kasih ya sudah mampir untuk membaca :) Pai-pai...
24 November 2015
14 November 2015
Sebelumnya...
Woo jin memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Yi soo. Dia tidak tahan melihat Yi soo menderita karena dirinya.
Part 4 [Final]
Yi soo bersedih dan sering teringat kenangan saat dirinya masih bersama Woo jin. Terlebih saat dia akan berangkat kerja, saat dimana dia akan menutup matanya dan tak ama Woo jin datang menggenggam tangannya.
“Kalau kau ingin putus, aku bisa apa. Tolong kuatkan hati ini.”
Suatu hari, Woo jin mengirimkan kursi yang khusus dia buat berdasarkan ukuran tubuh Yi soo. Yi soo hanya menatap kursi itu. Kakaknya yang melihat kursi tersebut mencobanya. Dia kagum karena kursi itu memang sesuai dengan ukuran tubuh Yi soo. Yi soo tidak memberikan respon terhadap ucapannya. Kakaknya pun langsung memeluknya. Saat itulah air mata Yi soo tumpah.
“Eonni, aku ingat semuanya. Aku ingat semua tempat yang pernah kami kunjungi. Tapi aku tidak mengingat wajahnya. Bagaimana ini?”
Tapi Yi soo tetap melanjutkan hari-harinya, pekerjaannya. Dia sudah bisa tidur nyenyak, tak lagi minum obat dan mulai rajin berolahraga. Dia juga kembali belajar bahasa asing dan bersosialisasi lagi. Dia menyingkirkan semua kenangannya bersama Woo jin, termasuk foto dan cincin couple mereka.
10 bulan kemudian
Seonbae Yi soo menghampiri Yi soo yang sedang mengawasi pekerja lain. Dia memperlihatkan sebuah blog yang mengunggah furniture dengan desain yang menarik. Dia penasaran siapa pelakunya, kenapa orang itu hanya berani tampil di dunia maya. Yi soo yang melihat foto di blog tersebut tahu itu buatan siapa.
Yi soo menemui San baek atas perintah seonbae-nya. Dia ingin menanyakan kapan produk terbaru ALX akan keluar. Tapi pertemuan mereka sedikit kikuk dan San baek menjawab agak sedikit ketus. Dia sepertinya tidak nyaman bertemu dengan Yi soo. Dia bahkan sampai meminta agar Yi soo untuk menelepon atau mengutus orang lain saja.
Saat akan tiba di pintu Yi soo melihat lembaran kayu yang dikirim dari Ceko. Yi soo lalu menanyakan keadaan Woo jin kepada San baek, tapi San baek tidak menjawabnya. “Ceko. Dia pergi ke tempat yang jauh sekali,”gumam Yi soo.
Yi soo tiba di rumahnya dan melihat ayahnya sedang memasak sendirian. Dia lalu bertanya kepada ayahnya apa yang ingin dia lakukan seandainya ibu nya masih hidup. “Entahlah, menua bersama?” jawab ayahnya. “Aku semakin menua tpai ibumu tetap seperti itu.” Yi soo lalu berbalik untuk melihat foto keluarga mereka. Di foto itu, Yi soo dan kakaknya masih kecil serta ayah dan ibunya telihat masih muda.
Yi soo tiba agak cepat di kantornya. Dia mendapati seorang pegawai junior sedang membersihkan sambil mendengar musik. Setelah menyapanya, Yi soo berjalan menuju ke ruangannya tapi kemudian dia mendengar gumaman lagu yang didengar oleh si junior. Itu adalah lagu yang dia dan Woo jin dengarkan saat kencan pertama mereka. Dia pun berhenti dan mulai berpikir.
“Waktu itu apa yang kutakutkan? Pandangan orang-orang di dunia ini? Atau sakit yang kurasakan saat bersamamu? Tapi itu tidak seberapa dibanding dengan yang kurasakan saat ini.”
Tanpa sadar Yi soo menangis.
“Lagunya bagus sekali,” ucapnya saat juniornya menegurnya.
Republik Ceko
Woo jin menjalani kehidupannya seperti sewaktu dia di Korea. Mendesain perabotan dari dalam rumah. Melalui San baek lah Woo jinmengetahui keadaan ibunya dan juga...Yi soo.
Suatu hari, seseorang membunyikan bel pintunya. Saat membuka pintu, orang itu adalah Yi soo.
Lama Yi soo menatap pria yang membuka pintu. Menerka-nerka, Woo jin kah? Sementara Woo jin menatapnya tidak percaya, sebuah rindu yang tertahan.
Woo jin membuka suara dan bertanya dalam bahasa Inggris. Yi soo menjawab bahwa dia mencari seseorang yang bernama Kim Woo jin. Woo jin memberi tahu Yi soo bahwa dia datang di alamat yang salah. Tak Kim Woo jin di rumah itu.
Woo jin bersiap menutup pintunya tapi Yi soo menahannya. Yi soo melirik ke nama yang tertera di nomor urmah. LEA. “Ini Lea Furniture kan? Apa boleh aku melihat-lihat? Aku adalah pembeli dari sebuah toko furniture besar di Korea. Mama Studio Korea.”
Kali ini Woo jin tak bisa menolak.
Yi soo melangkah masuk. Sebuah pemandangan yang tidak asing terpajang di hadapannya. Perabot yang dibuat, tempelan kertas yang bergambar desain, dan sebuah ruangan yang berisi pakaian dan sepatu berbagai model dan ukuran.
Woo jin membuatkan teh untuk tamunya. Saat itu Yi soo berjalan perlahan mendekati Woo jin dari belakang. Dia menjelaskan mengapa dia datang ke tempat itu. Dia melihat foto perabot yang Woo jin buat dan dia sangat suka. Sebenarnya dia bisa saja melakukannya lewat email. Tapi dia ingin menemui dan berbicara langsung.
Yi soo menggenggam tangan Woo jin dan memanggil namanya. “Aku sekarang baik-baik saja,” ucapnya.
“Kau masih merasa kesakitan ‘kan?” Tanya Woo jin yang tidak bias lagi menahan air matanya. Yi soo mengangguk. “Tapi aku lebih menderita tanpamu daripada rasa sakit saat itu,” ucap Yi soo.
“Mianhae, Woo jin-ah.”
Yi soo bertanya tidak bisakah mereka bersama tanpa harus mempedulikan yang lainnya. Dia sudah memikirkannya dan yang dia inginkan adalah hidup bersama Woo jin.
Dia lalu bercerita bahwa sebenarnya dia pernah melihat rupa Woo jin saat wajahnya berubah sewaktu dia bangun lebih dulu dari Woo jin. Saat itu dia ketakutan dan dia tahu kalau dia tetap akan merasakan ketakutan seperti lagi jika sekali lagi dia melihat pemandangan yang sama. Tapi kemudian dia sadar bahwa seharusnya dia bersyukur karena di saat itulah dia bertemu dengan Woo jin yang sebenarnya.
“Aku tidak peduli wajahmu akan berubah seperti apa. Setiap hari berubah juga tidak masalah karena kau tetaplah Woo jin. Aku mencintai Kim Woo jin yang hatinya ada di sini,” ucap Yi soo. Woo jin tersenyum. “Maaf baru kau harus menunggu lama.”
“Woo jin-ah, maukah kau menikah denganku?”
“Bagaimana ya? Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Ada yang pernah mengatakan butuh waktu sebelum memutuskan,” Woo jin melirik Yi soo. Keduanya tersenyum.
Woo jin lalu mengeluarkan sebuah kotak dari sakunya. Di dalamnya adalah cincin yang pernah dia buat dengan tangannya sendiri. Dia melingkarkan cincin itu di jari Yi soo.
“Coba kau ulangi lagi. Lamar aku sekali lagi. Dimulai dari sebelah sana,” Woo jin kaget dengan permintaan Yi soo yang tiba-tiba. Yi soo mendorongnya agar menjauh darinya.
Perlahan Woo jin (all Woo jin casts) melangkah mendekati Yi soo dan menciumnya.
THE END
Note:
Maaf ya part 4 nya telat diposting soalnya hanya bisa menulis di akhir pekan. Tapi Alhamdulillah bisa selesai juga dibuat sinopsisnya.
Well, buat saya biasa saja sih ceritanya, tidak ada twist yang gimana gitu. How to see the inner beauty, not just the appearance. Tapi di film ini sutradara dan writer-nim mengungkapkannya dengan ide cerita yang unik. G bisa dibayangin kalau saya jadi Yi soo. Uwaaahhh setresss banget pasti menjelaskannya ke keluarga dan teman-teman sekitar tentang penyakit si Woo jin.
Woo jin memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Yi soo. Dia tidak tahan melihat Yi soo menderita karena dirinya.
Part 4 [Final]
Yi soo bersedih dan sering teringat kenangan saat dirinya masih bersama Woo jin. Terlebih saat dia akan berangkat kerja, saat dimana dia akan menutup matanya dan tak ama Woo jin datang menggenggam tangannya.
“Kalau kau ingin putus, aku bisa apa. Tolong kuatkan hati ini.”
***
Suatu hari, Woo jin mengirimkan kursi yang khusus dia buat berdasarkan ukuran tubuh Yi soo. Yi soo hanya menatap kursi itu. Kakaknya yang melihat kursi tersebut mencobanya. Dia kagum karena kursi itu memang sesuai dengan ukuran tubuh Yi soo. Yi soo tidak memberikan respon terhadap ucapannya. Kakaknya pun langsung memeluknya. Saat itulah air mata Yi soo tumpah.
“Eonni, aku ingat semuanya. Aku ingat semua tempat yang pernah kami kunjungi. Tapi aku tidak mengingat wajahnya. Bagaimana ini?”
Tapi Yi soo tetap melanjutkan hari-harinya, pekerjaannya. Dia sudah bisa tidur nyenyak, tak lagi minum obat dan mulai rajin berolahraga. Dia juga kembali belajar bahasa asing dan bersosialisasi lagi. Dia menyingkirkan semua kenangannya bersama Woo jin, termasuk foto dan cincin couple mereka.
***
10 bulan kemudian
Seonbae Yi soo menghampiri Yi soo yang sedang mengawasi pekerja lain. Dia memperlihatkan sebuah blog yang mengunggah furniture dengan desain yang menarik. Dia penasaran siapa pelakunya, kenapa orang itu hanya berani tampil di dunia maya. Yi soo yang melihat foto di blog tersebut tahu itu buatan siapa.
***
Yi soo menemui San baek atas perintah seonbae-nya. Dia ingin menanyakan kapan produk terbaru ALX akan keluar. Tapi pertemuan mereka sedikit kikuk dan San baek menjawab agak sedikit ketus. Dia sepertinya tidak nyaman bertemu dengan Yi soo. Dia bahkan sampai meminta agar Yi soo untuk menelepon atau mengutus orang lain saja.
Saat akan tiba di pintu Yi soo melihat lembaran kayu yang dikirim dari Ceko. Yi soo lalu menanyakan keadaan Woo jin kepada San baek, tapi San baek tidak menjawabnya. “Ceko. Dia pergi ke tempat yang jauh sekali,”gumam Yi soo.
***
Yi soo tiba di rumahnya dan melihat ayahnya sedang memasak sendirian. Dia lalu bertanya kepada ayahnya apa yang ingin dia lakukan seandainya ibu nya masih hidup. “Entahlah, menua bersama?” jawab ayahnya. “Aku semakin menua tpai ibumu tetap seperti itu.” Yi soo lalu berbalik untuk melihat foto keluarga mereka. Di foto itu, Yi soo dan kakaknya masih kecil serta ayah dan ibunya telihat masih muda.
***
Yi soo tiba agak cepat di kantornya. Dia mendapati seorang pegawai junior sedang membersihkan sambil mendengar musik. Setelah menyapanya, Yi soo berjalan menuju ke ruangannya tapi kemudian dia mendengar gumaman lagu yang didengar oleh si junior. Itu adalah lagu yang dia dan Woo jin dengarkan saat kencan pertama mereka. Dia pun berhenti dan mulai berpikir.
“Waktu itu apa yang kutakutkan? Pandangan orang-orang di dunia ini? Atau sakit yang kurasakan saat bersamamu? Tapi itu tidak seberapa dibanding dengan yang kurasakan saat ini.”
Tanpa sadar Yi soo menangis.
“Lagunya bagus sekali,” ucapnya saat juniornya menegurnya.
***
Republik Ceko
Woo jin menjalani kehidupannya seperti sewaktu dia di Korea. Mendesain perabotan dari dalam rumah. Melalui San baek lah Woo jinmengetahui keadaan ibunya dan juga...Yi soo.
***
Suatu hari, seseorang membunyikan bel pintunya. Saat membuka pintu, orang itu adalah Yi soo.
Lama Yi soo menatap pria yang membuka pintu. Menerka-nerka, Woo jin kah? Sementara Woo jin menatapnya tidak percaya, sebuah rindu yang tertahan.
Woo jin membuka suara dan bertanya dalam bahasa Inggris. Yi soo menjawab bahwa dia mencari seseorang yang bernama Kim Woo jin. Woo jin memberi tahu Yi soo bahwa dia datang di alamat yang salah. Tak Kim Woo jin di rumah itu.
Woo jin bersiap menutup pintunya tapi Yi soo menahannya. Yi soo melirik ke nama yang tertera di nomor urmah. LEA. “Ini Lea Furniture kan? Apa boleh aku melihat-lihat? Aku adalah pembeli dari sebuah toko furniture besar di Korea. Mama Studio Korea.”
Kali ini Woo jin tak bisa menolak.
Yi soo melangkah masuk. Sebuah pemandangan yang tidak asing terpajang di hadapannya. Perabot yang dibuat, tempelan kertas yang bergambar desain, dan sebuah ruangan yang berisi pakaian dan sepatu berbagai model dan ukuran.
Woo jin membuatkan teh untuk tamunya. Saat itu Yi soo berjalan perlahan mendekati Woo jin dari belakang. Dia menjelaskan mengapa dia datang ke tempat itu. Dia melihat foto perabot yang Woo jin buat dan dia sangat suka. Sebenarnya dia bisa saja melakukannya lewat email. Tapi dia ingin menemui dan berbicara langsung.
Yi soo menggenggam tangan Woo jin dan memanggil namanya. “Aku sekarang baik-baik saja,” ucapnya.
“Kau masih merasa kesakitan ‘kan?” Tanya Woo jin yang tidak bias lagi menahan air matanya. Yi soo mengangguk. “Tapi aku lebih menderita tanpamu daripada rasa sakit saat itu,” ucap Yi soo.
“Mianhae, Woo jin-ah.”
***
Yi soo bertanya tidak bisakah mereka bersama tanpa harus mempedulikan yang lainnya. Dia sudah memikirkannya dan yang dia inginkan adalah hidup bersama Woo jin.
Dia lalu bercerita bahwa sebenarnya dia pernah melihat rupa Woo jin saat wajahnya berubah sewaktu dia bangun lebih dulu dari Woo jin. Saat itu dia ketakutan dan dia tahu kalau dia tetap akan merasakan ketakutan seperti lagi jika sekali lagi dia melihat pemandangan yang sama. Tapi kemudian dia sadar bahwa seharusnya dia bersyukur karena di saat itulah dia bertemu dengan Woo jin yang sebenarnya.
“Aku tidak peduli wajahmu akan berubah seperti apa. Setiap hari berubah juga tidak masalah karena kau tetaplah Woo jin. Aku mencintai Kim Woo jin yang hatinya ada di sini,” ucap Yi soo. Woo jin tersenyum. “Maaf baru kau harus menunggu lama.”
“Woo jin-ah, maukah kau menikah denganku?”
“Bagaimana ya? Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Ada yang pernah mengatakan butuh waktu sebelum memutuskan,” Woo jin melirik Yi soo. Keduanya tersenyum.
Woo jin lalu mengeluarkan sebuah kotak dari sakunya. Di dalamnya adalah cincin yang pernah dia buat dengan tangannya sendiri. Dia melingkarkan cincin itu di jari Yi soo.
“Coba kau ulangi lagi. Lamar aku sekali lagi. Dimulai dari sebelah sana,” Woo jin kaget dengan permintaan Yi soo yang tiba-tiba. Yi soo mendorongnya agar menjauh darinya.
Perlahan Woo jin (all Woo jin casts) melangkah mendekati Yi soo dan menciumnya.
THE END
Note:
Maaf ya part 4 nya telat diposting soalnya hanya bisa menulis di akhir pekan. Tapi Alhamdulillah bisa selesai juga dibuat sinopsisnya.
Well, buat saya biasa saja sih ceritanya, tidak ada twist yang gimana gitu. How to see the inner beauty, not just the appearance. Tapi di film ini sutradara dan writer-nim mengungkapkannya dengan ide cerita yang unik. G bisa dibayangin kalau saya jadi Yi soo. Uwaaahhh setresss banget pasti menjelaskannya ke keluarga dan teman-teman sekitar tentang penyakit si Woo jin.
Labels:
Film Korea,
Han Hyo joo,
sinopsis,
The Beauty Inside
06 November 2015
Yi soo yang akhirnya yakin dan menerima penyakit Woo jin memutuskan untuk melanjutkan hubungannya dengan Woo jin.
Yi soo mengakui bahwa walaupun dia setiap hari bertemu dengan Woo jin, tapi tetap ada perasaan asing begitu dia melihatnya. Woo jin hanya bisa meminta maaf untuk itu. “Tapi dengan wajah seperti apa kau paling tidak bahagia?”
Tadaaaa… A boy hahah
“Yi soo-ah,” ucap Woo jin saat membuka pintu. Yi soo tak bisa berkata-kata saat melihatnya. “Apa kau boleh menggunakan banmal saat bicara denganku?” (banmal-bahasa korea yang tidak formal).
Mereka lalu pergi makan bersama. Woo jin terus menggunakan banmal saat berbicara dengan Yi soo. Yi soo menegurnya. Begitu pula dengan pelayan yang mendengarnya. Anak kecil harus menggunakan jondetmal saat bicara dengan orang yang lebih tua dengannya. Woo jin menunduk sementara Yi soo tersenyum menang.
Yi soo memasukkan soju yang dia minum ke dalam botol susu milik Woo jin secara sembunyi-sembunyi agar mereka bisa bersulang. Hasilnya, Woo jin teler dan tertidur. Yi soo pun harus menggendongnya pulang.
Kebersamaannya dengan Yi soo membuat Woo jin sangat bahagia. Dia tidak percaya sesuatu yang dulunya mustahil kini menjadi kenyataan. Kini dia tidak lagi seorang diri di dunia ini.
***
Yi soo menutup matanya. Woo jin yang berada di sampingnya bertanya mengapa Yi soo menutup matanya. Yi soo menjawab bahwa dia hanya ingin mencoba berpikir bagaimana seandainya saja dia tidak perlu melihat, hanya merasakan kehadiran Woo jin, aroma dan perasaannya (karena wajah Woo jin yang selalu berubah setiap hari, red).
Woo jin tersenyum mendengarnya. Dia pun menggenggam tangan Yi soo. Dia menyelipkan jarinya di antara jari Yi soo. Yi soo membuka matanya dan menatapnya. “Aku akan menggenggam tanganmu seperti ini,” ucap Woo jin. “Aku akan selalu bisa mengenalimu.” Keduanya tersenyum.
***
Suatu hari Woo jin mengajak Yi soo ke kantor Sang baek. Sang baek terkejut melihatnya datang bersama orang lain, seorang wanita.
Di sana, Woo jin dan Sang baek membicarakan sebuah desain untuk Woo jin kerjakan. Yi soo memberikan masukan agar mereka melakukan sebuah inovasi baru agar nama ALX semakin dikenal orang. Sang baek dan Woo jin suka dengan ide itu.
Sang baek lalu menyinggung tentang pesta yang akan diadakan oleh studio tempat Yi soo bekerja. Sebuah pesta yang juga mengundang ALX untuk berterima kasih. Woo jin terlihat enggan menghadiri pesta itu dengan mengatakan kalau sayangnya mereka sedang sibuk saat ini. Tapi dia juga penasaran dan akhirnya bertanya kapan pesta itu diadakan.
***
Hari pesta tiba dan semua undangan datang berpasangan. Yi soo minum seorang diri ditemani hpnya. Dimana Woo jin saat itu?
Dia masih seorang halmeoni x_x
'Sungguh tidak sesuai harapan. Benar, menjadi nenek Yi soo juga tidak ada salahnya.'
“Ah, tidak masuk akal!”
Woo jin sibuk berdebat dengan dirinya sendiri dan terus memohon jalan keluar. Agar dia menjadi seorang pria.
Senior Yi soo mendekatinya dan bertanya tentang pasangan Yi soo. Dia penasaran siapa sebenarnya kekasih Yi soo karena dia selalu melihat Yi soo pulang dari studio dengan pria yang berbeda-beda. Makanya dia jadi penasaran, siapa pria terlama yang menjadi kekasih Yi soo. Yi soo membalas bahwa seonbae-nya itu akan terkejut jika melihat kekasihnya. Tapi seonbae-nya tidak percaya. Dia menyuruh Yi soo untuk mencari kenalan baru saja di pesta itu.
Tapi sebuah tangan menggenggam tangan Yi soo. Yi soo terkejut dan berbalik. Dia melihat seorang pria tersenyum kepadanya. (Lee Jin wook!) Dia tahu kalau pria itu adalah Woo jin. Dia pun tersenyum sementara seonbae-nya hanya bisa tertawa, tak bisa menyembunyikan keterkejutan dan kekagumannya melihat Woo jin.
Wow! Itu saja yang bisa dia ucapkan. Dia pun meninggalkan mereka berdua.
Woo jin menceritakan kepada Yi soo bahwa 2 jam yang lalu dia adalah seorang halmeoni dan harus memaksakan dirinya tidur agar bisa berganti rupa.
Sangbaek mengajak mereka minum di tempat lain. Tapi kemudian mereka meninggalkannya ketika Sang baek mulai mabuk dan membiarkannya bersama wanita lain.
Dan malam itu, mulailah Yi soo ikut dalam video yang Woo jin rekam di laptopnya.
“Sampai di sini dulu hari ini.”
***
Suatu hari kakak Yi soo membuka foto di hp Yi soo. Dia terkejut melihat banyak foto Yi soo bersama pria, tapi semuanya pria yang berbeda.
Begitu Yi soo keluar dari kamar mandi, dia langsung merebut hpnya dari tangan kakaknya. Kakaknya bertanya tapi Yi soo tidak menggubrisnya. Tapi begitu dia seorang diri, Yi soo mengamati foto yang ada di hp nya.
***
Woo jin mengajak Yi soo bertemu ibunya. Ibunya mengajari Yi soo cara merajut.
Saat hanya mereka berdua (Woo jin melayani pelanggan yang datang ke toko, red), ibu Woo jin menanyakan keadaan Yi soo. Dia bisa memahami kalau pasti tidak mudah bagi Yi soo menjalani hubungan dengan Woo jin. Tapi dia tidak bisa membantu apa-apa. Yang bisa dia lakukan hanya mendoakan agar hubungan mereka lancer. Yi soo terdiam lalu tersenyum.
***
Yi soo sedang makan bersama teman kerja dan seonbae-nya. Mereka menanyakan kabar hubungan Yi soo dengan pria yang datang ke pesta malam itu. Mereka semua penasaran karena setahu mereka, pria malam itu tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Saat Woo jin menelepon Yi soo, mereka pun kompak menyuruh Yi soo agar meminta kekasih tampannya itu untuk datang saat itu juga. Yi soo tak bisa menjawab selain ‘tidak bisa malam ini, lain kali saja’ lalu meninggalkan meja untuk menjawab telepon.
***
Yi soo sedang berada di keramaian. Dia menelepon Woo jin dan menanyakan keberadaannya. Woo jin ingin bermain-main dengannya. Jadi dia menyuruh Yi soo untuk mencarinya karena dia sudah berada dekat dengn Yi soo. Yi soo menoleh mencari-cari tapi dia tidak tahu. Dia pun meminta Woo jin untuk berhenti bercanda.
Tiba-tiba seseorang datang menggenggam tangannya tapi cara menggenggamnya berbeda dengan cara Woo jin menggenggam tangannya. Yi soo berbalik dan terkejut melihat seorang pria tersenyum kepadanya. Refleks dia menghempaskan tangan pria itu.
“Maaf, aku hanya bercanda,” ucap Woo jin merasa bersalah. Yi soo marah dan beralik meninggalkan Woo jin yang hanya bisa berdiri membeku.
Woo jin terus menghubungi Yi soo dan juga mengirimkan sms meminta maaf. Yi soo akhirnya luluh. Dia pun datang ke rumah Woo jin.
Di depan pintu dia dengan gaya ngambeknya berkata bahwa yang ingin dia lihat besok pagi pertama kali adalah Kim Woo jin.
“Jadi kau ingin menginap di sini mala mini?”
“Terserah,” Yi soo masih ngambek. Woo jin tersenyum lalu memeluknya.
“Jangan begitu lagi,” ucap Yi soo kepada Woo jin sebelum dia tidur. Woo jin mengangguk.
Esok harinya Yi soo terbangun lebih dulu. Dia menoleh untuk menatap Woo jin. Tapi dia terdiam, seperti melihat sesuatu.
***
Sangabaek datang ke rumah Woo jin membawakan makanan kirima ibu Woo jin. Tapi saat membuka kulkas, dia terkejut melihat isinya. tak seperti biasa. Sekarang kulkas itu penuh makanan dan tertata rapih. Itu semua karena Yi soo.
Sangbaek pun bertanya kenapa mereka berdua tidak tinggal bersama saa. Mendengar itu, Woo jin seperti mendapat dukungan. Memang sudah sejak awal dia berniat melakukannya.
Menikah... Aku ingin menikah. Benar, aku tak kan ragu-ragu lagi.
Maka mulailah Woo jin memulai proyek barunya. Membuat sebuah cincin pertunangan.
Selama berhari-hari dia mengerjakannya. Dan kini Aku siap mengakhirinya.
***
Yi soo sedang melayani seorang customer tapi tiba-tiba dia hilang fokus. Untung saja seorang pegawai datang membantunya dan mengambil alih tugasnya.
Yi soo kemudian beristirahat dan meminum obat. Melihat Yi soo lagi-lagi minum obat, Seonbae-nya menghampiri Yi soo dan mengajaknya ke ruangannya.
Di ruangannya, si Seonbae bertanya apa Yi soo karena kekasihnya? Yi soo menoleh dan menatap meminta penjelasan. Hati-hati dia menjelaskan bahwa akhir-akhir ini ada gossip yang beredar tentang Yi soo yang selalu pulang dengan pria yang berbeda. Dia hanya ingin Yi soo bercerita jikalau dia punya masalah dan mungkin saja dia bisa membantu Yi soo. Tapi Yi soo hanya tersenyum dan berkata kalau dia baik-baik saja.
***
Yi soo menemui seorang psikiater. Dia mencoba menceritakan masalahnya yaitu kekasihnya yang awajahnya selalu berubah-ubah menjadi orang lain setiap pagi.
Konsultasinya itu pun dia rekam.
"Setiap hari dia mendatangiku,meraih tanganku. Aku tahu itu dia. Tetapi ketika aku berbalik dan melihatnya, aku tak mengenalinya. Dia tersenyum kepadaku, jadi akupun tersenyum kepadanya.
Aku sangat ingin mengenalnya lebih dekat, tapi hari terlalu pendek.
Ketika orang itu menyentuhku, aku terus bertanya, betulkah itu dia? Aku juga tidak yakin. Jika aku menutup mata dan memeluknya, aku merasa nyaman. Tapi itu membuatku seperti perlahan-lahan menjadi orang aneh. "
“Kau ingin mengakhirinya?”
Yi soo menggeleng.
***
Yi soo berada di rumah Woo jin. Woo jin menggenggam tangan Yi soo.
Yi soo berkata bahwa dia sangat ingin mereka terus seperti saat itu. Woo jin perlahan berkata, “Yi soo, bagaimana kalau kita menikah?” Yi soo tidak menjawab tapi perlahan menarik tangannya dari genggaman Woo jin.
Woo jin terlhat kecewa tapi dia mencoba mengalihkan topik dan berkata kalau dia hanya bercanda lalu menawarkan wine lagi kepada Yi soo.
Dalam perjalanan mengantar Yi soo, Yi soo bertanya apa Woo jin marah? Woo jin menjawab tidak. Merasakan suasana yang sedang tidak baik, Yi soo meminta Woo jin menepikan mobilnya.
Yi soo mencoba menjelaskan bahwa pernikahan bukanlah hal yang mudah. Mereka harus memikirkan bagaimana cara memperkenalkan calon mereka kepada keluarga mereka. Tentu saja Yi soo benar. Akan sulit memperkenalkan seseorang kepada keluarga jika keesokan harinya orang tersebut akan menjadi orang yang berbeda.
Woo jin menjawab bahwa semenjak mereka bersama, setiap hari setiap bangun pagi, yang dia pikirkan adalah bagaimana agar mereka bisa hidup bersama.
Tapi Yi soo membalas ucapan Woo jin itu dengan mengatakan bahwa Woo jin egois, hanya memikirkan dirinya sendiri. Woo jin seharusnya sadar bahwa Woo jin sendiri yang mengidap penyakit itu selama bertahun-tahun, masih harus menyesuaikan dirinya setiap pagi begitu dia bercermin. Lalu bagaimana dengan dirinya yang baru mengenal Woo jin sebentar? Dia meminta agar Woo jin mengerti posisinya. Bagaimana dia akan memperkenalkan Woo jin kepada teman-temannya? Kepada keluarganya? Kepada orang lain?
“Ini benar-benar sulit buatku,” ucap Yi soo. “Bisa kau berikan aku waktu?”
“Tidak apa-apa. Kau tidak perlu memikirkannya lagi,” jawab Woo jin, tanpa mau menatap Yi soo. Dia sadar kalau semua ucapan Yi soo benar. Dan itu semakin membuatnya marah. Marah kepada dirinya sendiri.
Kalau begitu katakan apa yang kau mau. Tak ada yang bisa bertahan jika salah satu hati terus tersiksa.
Yi soo teringat kata psikolog yang dia temui.
“Aku pusing,” ucap Yi soo. Woo jin menoleh, khawatir. Dia lalu mengeluarkan obat dari tasnya. Tapi tak lama dia tidak sadarkan diri.
***
Di RS Woo jin akhirnya tahu bahwa selama ini Yi soo mengkonsumsi obat dan dia tidak tahu itu sejak kapan. Dia juga mendengarkan isi rekaman konsultasi Yi soo. Dia sadar kalau selama ini dia memang hanya memikirkan dirinya sendiri karena mengharapkan sesuatu yang harusnya hanya sebuah mimpi.
***
Woo jin datang menemui ibunya dan bertanya tentang dirinya. Saat itulah dia tahu kalau dia mendapatkan penyakit seperti itu dari ayahnya. Awalnya hanya suaranya tapi kemudian suatu hari ayahnya pergi sebentar dan kemudian ibunya tak bisa lagi mengenalinya. Sejak itu kehidupan jadi sulit, terlebih dia mengandung. Sampai akhirnya, ayahnya pergi dan hanya meninggalkan sebuah surat dan sedikit uang. Dia tak pernah kembali lagi.
Ibunya meminta Woo jin untuk tidak menyalahkan ayahnya. Dia tahu kalau ayah Woo jin pergi karena dirinya. Jadi dia mengerti perasaan Yi soo yang pasti sangat terbebani dan juga penuh ketakutan.
“Kalau ayah menghilang, apa aku juga tidak boleh melakukan hal yang sama? Eomma pasti sudah melalui banyak penderitaan sampai bisa bertahan seperti sekarang. Tapi Eomma, bagaimana dengan Yi soo?”
Berhari-hari Woo jin memikirkan itu. Apakah dia masih bisa hidup jika kehilangan Yi soo? Dia kembali ke kebiasaan lamanya, hanya minum kopi saat sarapan. Dan cincin yang pernah dia buat, dia simpan kembali ke dalam kotaknya.
***
Hari itu Woo jin datang menjemput Yi soo. Katanya ada yang mau dia berikan kepada Yi soo. Sebuah kursi yang khusus dibuat untuk Yi soo. Yi soo sangat menyukainya.
***
Woo jin mengantarkan Yi soo pulang. Hari itu turun salju.
“Sebaiknya kita putus,” ucap Woo jin.
“Kau ini kenapa?” Tanya Yi soo.
“Sepertinya lebih baik begitu,” jawab Woo jin. “Jangan makan obat itu lagi. Oke? Cepatlah pulang. Kalau tidak, kau akan masuk angin.”
Dan Woo jin pun melepaskan tangannya dan berbalik meninggalkan Yi soo.
“Woo jin-ah,” panggil Yi soo tapi Woo jin terus berjalan tanpa berbalik.
[Bersambung ke part 4]
Labels:
Film Korea,
Han Hyo joo,
sinopsis,
The Beauty Inside
Subscribe to:
Posts (Atom)