Episode Sebelumnya
2 tahun setelah kematian Jeong Eui jin
Seung hyun pergi ke alamat yang ditinggalkan oleh Jeong Eui jin di dalam suratnya.
Episode 7
Dalam perjalanannya mencari alamat itu, Seung hyun kehabisan bekal minumannya. Dia bertemu dengan seorang pria separuh baya yang juga sedang melakukan pendakian. Seung hyun menyapanya, tapi itu karena dia bermaksud untuk meminta minum yang pria itu bawa heheh
Melihat lirikan Seung hyun ke botol minumannya dan botol minuman Seung hyun yang sudah kosong, pria itu mengerti apa yang Seung hyun inginkan. Dia pun memanggilnya.
Mereka lalu duduk untuk beristirahat sejenak. Seung hyun memberitahu pria itu bahwa tujuan kedatangannya adalah untuk mencari dokter Oriental yang bernama Choi Hyun wook. Jadi dia ingin tahu apakah pria itu mengenal orang yang dia cari. pria itu memang mengenal orang yang Seung hyun cari tapi dia menyarankan agar Seung hyun pulang saja. Karena dia yakin, orang itu tidak bisa menyembuhkan Seung hyun.
Tapi Seung hyun tidak menyerah. Dia melanjutkan perjalanannya.
Di tengah jalan dia melihat beberapa siswa SMA meributkan sesuatu. Salah seorang diantaranya adalah Lee Eui jin.
Eui jin terlihat sedang meminta uang dari dua orang siswa dengan paksa. Saat dia mencoba menarik tas salah seorang diantaranya, Seung hyun meneriakinya. Dia mendekati mereka dan mencoba menghentikan Eui jin.
“Aku tidak mencuri tapi aku ingin mengambilnya kembali,” jelas Eui jin, ngotot. Dia tidak peduli dengan Seung hyun dan kembali memaksa kedua orang itu untuk memberikan uangnya. Seung hyun terpaksa berusaha menahan Eui jin sementara dua siswa yang tadi ditagih paksa oleh Eui jin melarikan diri.
Melihat keduanya lari, Eui jin melepaskan diri dari Seung hyun dan mengejar kedua siswa itu. Dia bersumpah mereka akan celaka kalau sampai bertemu dengannya lagi. Karena takut, keduanya akhirnya melemparkan uang yang Eui jin minta sambil terus berlari. Eui jin memungut uang itu dan kembali kepada Seung hyun dan seorang anak SMA lagi yang sedari tadi hanya diam, menunduk.
Eui jin menyodorkan uang yang dia pungut tadi kepada siswa di samping Seung hyun sambil menasehatinya agar tidak membawa uang banyak kalau dia tidak sanggup menjaganya. Siswa itu berterima kasih lalu pergi.
Seung hyun yang melihat hal itu sadar kalau dia sudah salah paham terhadap Eui jin.
Eui jin melirik tajam Seung hyun dan berkata bahwa sebenarnya dia sangat marah kepada Seung hyun tapi dia berusaha untuk menahannya.
Sebelum Eui jin pergi, Seung hyun bertanya apa Eui jin bisa menunjukkan jalan kepadanya.
“Menurutmu aku mau?” tanya Eui jin, sewot.
Seung hyun mengangguk mengerti. Eui jin pun pergi tanpa berkata apa-apa lagi.
“Maaf,” teriak Seung hyun dari jauh.
Seung hyun tiba di sebuah rumah. Dia bertanya kepada seorang yang dia temui mengenai keberadaan Choi Hyun wook. Dengan acuh orang itu menjawab bahwa hari ini Choi Hyun wook tidak ada. Jadi dia menyuruh Seung hyun agar pergi saja dan datang lagi besok.
Seung hyun kembali bertanya apa pria itu mengenal Jeong Eun hye. Pria itu menggeleng. Dia hampir pergi ketika menyadari sesuatu. Dia pun langsung mendekati Seung hyun dan menatapnya dengan seksama. Dia kemudian bertanya apa Seung hyun adalah anak dari Jeong Eun hye karena mereka sangat mirip. Dia lalu bertanya mengapa Seung hyun datang mencari kakaknya.
“Anda bukan Choi Hyun wook?” tanya Seung hyun.
“Bukan. Memang aku pernah bilang kalau aku Choi hyun wook?” pria itu bertanya balik.
Hari sudah malam. Seung hyun tinggal untuk makan malam. Pria tadi menjelaskan kepada Seung hyun bahwa kakaknya sedang ke gunung mencari obat herbal. Jadi dia pasti bermalam di sana dan baru akan pulang besok. Namun begitu, begitu dia kembali, pasien yang mengantri biasanya banyak sekali. Jadi akan kecil kemungkinan bagi Seung hyun memiliki kesempatan untuk berbicara dengan kakaknya.
Pria tadi lalu memanggil seseorang, “Eui jin! Lee Eui jin! Ayo makan!”
Seung hyun terkejut mendengar nama Eui jin disebut. Dia menatap pintu untuk melihat siapa yang muncul.
“Yee makan,” ucap Eui jin. Tapi matanya langsung melotot begitu melihat Seung hyun. “Oh, orang yang tadi siang,” lanjutnya sambil menunjuk Seung hyun
Pamannya langsung menegur ucapannya yang tidak sopan. Dia menjelaskan kepada Seung hyun bahwa Eui jin bersikap seperti itu karena Eui jin tumbuh tanpa ibunya. Dia lalu memberitahu Eui jin bahwa Seung hyun adalah anak dari istri ayahnya.
Eui jin malah bertanya apa hubungan dirinya dengan anak dari istri ayahnya (hahah dasar Eui jin). Pamannya menasehati Eui jin bahwa seharusnya dia memanggil Seung hyun ‘oppa’. Pamannya kemudian memperkenalkan Eui jin kepada Seung hyun sebagai anak dari kakaknya.
Seung hyun bertanya kenapa namanya Lee Eui jin , bukan Choi Eui jin. Dengan cuek Eui jin menjawab karena dia itu hanya anak pungut tap dibesarkan oleh ayahnya yang sekarang.
Seung hyun sering melirik Eui jin. Mungkin karena dia seperti melihat diri Jeong Eui jin pada Lee Eui jin (mereka itu mirip karena emang saudara kandung. Choi Soo jin dan Choi Soo young)
Sebelum tidur Seung hyun menatap foto Eui jin, kekasihnya. Dia lalu teringat Eui jin yang lembut dan Eui jin yang ditemuinya tadi siang, Eui jin yang kasar. Dia heran kenapa nama mereka harus sama tapi pribadi mereka jauh berbeda.
Paginya ketika Seung hyun bangun, pasien yang sangat banyak sudah mengantri. Pamannya memintanya untuk membantunya karena dia tidak akan bisa berbicara dengan kakaknya sekarang.
Seung hyun yang terbiasa di Seoul harus bekerja keras melakukan tugas yang diberikan adik Choi Hyun wook kepadanya, seperti membelah kayu atau merebus obat yang dimasak dengan kayu. Alhasil, malamnya Seung hyun langsung tertidur pulas tanpa makan malam lebih dulu karena keletihan.
Choi Hyun wook mendatangi kamar Seung hyun setelah adiknya menceritakan tentang Seung hyun kepadanya. (let’s call him tabib Choi from now on soalnya di kepala saya, kata ‘dokter’ khusus untuk mereka yang berseragam). Dia menyalakan lampu kamar dan menatap wajah Seung hyun.
Tidak lama Seung hyun membuka matanya. Dia langsung bangun begitu melihat pria yang duduk di hadapannya. Dia adalah pria yang memberinya minum dan mengatakan bahwa Choi Hyun wook itu hanyalah seorang dukun
Seung hyun dan tabib Choi minum berdua. Seung hyun menunjukkan foto ibunya kepada tabib Choi dan berterima kasih karena menyimpan foto itu. Dia lalu memasukkan foto itu ke kantong bajunya. Tabib Choi berkata bahwa itu adalah satu-satunya foto ibu Seung hyun yang dia miliki dan dia tidak pernah berniat memberikannya kepada Seung hyun. Tapi Seung hyun berjanji akan membayar foto itu dengan bekerja kepada Tabib Choi sebelum dia pulang.
Dan betul saja. Keesokan harinya, Seung hyun bangun pagi-pagi untuk memenuhi janjinya. Dia sempat melihat Tabib Choi melakukan akupuntur kepada pasien.
Malamnya seorang pria datang berhujan-hujan sambil menggendong istrinya yang kejang-kejang. Tapi Tabib Choi sedang tidak ada. Menurut Seung hyun, karena hujan yang deras, tabib Choi tidak bisa pulang hari itu juga. Seung hyun lalu menyarankan agar menelopon 911. Pria itu menjawab bahwa dia sudah mencoba hanya saja karena jalanan sedang banjir, mereka tidak bisa datang. Jika harus berjalan kaki, maka akan butuh sehari untuk sampai ke tempat itu.
Eui jin yang mulai panik menyuruh Seung hyun untuk mengobatinya karena setahunya Seung hyun adalah seorang dokter. Si suami merasa lega mendengar ucapan Eui jin tapi sayang, Seung hyun seperti kehilangan kepercayaan dirinya untuk mengobati. Dia malah menelepon RS dan memaksa mereka membawa ambulance. Untung saat itu tabib Choi tiba.
Sambil memeriksa denyut nadi si pasien yang masih kejang-kejang dengan mulut terkatup, Tabib Choi menanyakan kembali apa yang dialami oleh si pasien. Suaminya menjawab bahwa siangnya istrinya pergi makan-makan bersama teman-temannya tapi kemudian dia muntah-muntah. Jadi dia menyimpulkan kalau istrinya itu memiliki masalah pencernaan.
Setelah memperhitungkan masalah jam dan hari (perhitungan jam dan hari dokter Oriental agak berbeda. Menurut mereka hari itu ada 10. Aah ribet kalau mau ngejelasin hehe), tabib Choi pun menemukan penyakit si pasien. Penyebabnya ada di telapak tangan. Jadi dia perlu melakukan akupuntur di bagian itu untuk melepaskan energy tubuh pasien yang terhambat.
Selain di telapak tangan, tabib Choi juga menusuk ujung ibu jari kaki pasien. Dan tidak berapa lama si pasien akhirnya terbatuk dan badannya pun langsung tenang. Seung hyun menatap Tabib Choi dengan kagum.
Seung hyun duduk sendiri. Dia memikirkan apa yang baru saja dia lihat, saat Tabib Choi menyembuhkan pasiennya hanya dengan akupuntur. Dia kemudian melihat foto ibu dan kekasihnya, yang keduanya meninggal karena tidak bisa disembuhkan dari penyakit tumor otak. Seung hyun lalu menyadari sesuatu. Keduanya tidak bisa sembuh oleh pengobatan modern, tapi mereka belum pernah mencoba pengobatan Oriental.
Karena itu, ketika Seung hyun sedang membantu Tabib Choi menyiapkan obat, dia menanyakan hal itu kepadanya. Apa ada pasien yang pernah sembuh dari penyakit kanker atau tumor dengan pengobatan kanker.
Tabib Choi kemudian menjelaskan berbagai tingkatan kanker dan berbagai penyebabnya yang tertulis di dalam buku pengobatan kuno dari Cina. Katanya, jika kanker itu sudah ada di tingkat tersulit, maka mereka harus memperkuat energy Qi si pasien untuk menghilangkan penyebab penyakit itu. seung hyun lalu bertanya apa pernah ada pasien penderita kanker yang pernah sembuh dengan menggunakan metode tersebut.
“Kanker tidak disembuhkan oleh manusia, melainkan oleh alam,” jawab Tabib Choi.
Setelah berdiskusi dengan Tabib Choi semalam, saat sarapan keesokan paginya, Seung hyun memberitahukan Tabib Choi keinginannya untuk belajar cara pengobatan tradisional dari Timur (traditional Eastern medicine). Tapi tabib Choi melarangnya karena mempertimbangkan ayah Seung hyun yang seorang dokter Western.
Seung hyun akan menjelaskan alasannya berhenti menjadi seorang dokter. Tapi ketika dia melihat Eui jin yang terlihat penasaran dengan apa yang akan dia katakan, dia hanya berkata bahwa ada alasan kenapa dia berhenti menjadi seorang dokter. Jadi walaupun Tabib Choi tidak mau mengajarinya, dia tetap tidak akan kembali menjadi seorang dokter.
Selanjutnya Seung hyun dengan sangat rajin membantu di rumah Tabib Choi untuk mendapat perhatiannya. Tapi tabib Choi tidak menghiraukannya. Sampai satu pagi tabib Choi berniat untuk kembali mendaki. Seung hyun pun buru-buru mengikutinya walaupun dia sudah melarangnya.
Seung hyun kesulitan menyusul Tabib Choi. Dia bahkan sampai harus jatuh bangun heheh.
Seung hyun memotret semua tanaman yang ditemukan oleh Tabib Choi selama pendakian.
Sambil berjalan tabib Choi kembali bertanya apa benar Seung hyun mau mempelajari ilmu pengobatan Oriental. Seung hyun berkata bahwa dia belum sepenuhnya memutuskan karena dia takut akan kembali menyerah jika ternyata ilmu pengobatan Oriental tidaklah seperti yang dia harapkan. Tabib Choi pun bertanya apa sebenarnya alasan Seung hyun menyerah menjadi seorang dokter.
Seung hyun menjelaskan bahwa ada seseorang yang seharusnya dia selamatkan. Tapi karena ketidakmampuannya, orang itu akhirnya meninggal.
“Hidup seseorang ditentukan oleh yang Di Atas. Bukan dokter yang memutuskan seseorang itu hidup atau mati. kalau dokter bisa memutuskan hal itu, siapa orang di dunia ini yang mau menjadi dokter?” ucap Tabib Choi.
Seung hyun mengerti maksud ucapan Tabib Choi tapi orang yang tidak bisa dia selamatkan itu adalah orang yang sangat penting dalam hidupnya, seperti arti ibunya dalam hidup Tabib Choi.
Malamnya Tabib Choi mengingat ucapan Seung hyun bahwa karena tidak bisa menyelamatkan orang itu, sampai dia sekarang dia menderita dan selalu dipenuhu rasa putus asa.
Dan akhirnya Tabib Choi memutuskan akan mengajari Seung hyun tentang metode pengobatan Oriental. Tentu saja Seung hyun sangat senang mendengarnya begitu juga Eui jin.
Tabib CHoi pun mulai mengajarkan mengenai keterkatian antara musim dan tempat untuk menemukan tanaman obat. Dia juga mulai mengajarkan tentang akupuntur. Katanya walaupun gejalanya sama tapi tempat untuk menusukkan jarum akan berbeda tergantung penyebab dari penyakit si pasien. Jadi sambil Tabib Choi menjelaskan, Seung hyun pun sibuk memperhatikan dan mencatat semua ucapannya.
Musim pun berganti dan kini Seung hyun mulai mencari tanaman seorang diri. dia dan Eui jin pun semakin dekat. Eui jin sering menganggunya saat Seung hyun sedang serius mempelajari tanaman-tanaman yang dia temukan. Tabib Choi pun bahkan mulai memberi kesempatan kepada Seung hyun untuk melakukan akupuntur ke pasien.
Suatu siang, Seung hyun berangkat ke sebuah alamat. Di jalan dia bertemu dengan Eui jin yang baru pulang dari sekolah. Eui jin ingin ikut bersama Seung hyun tapi Seung hyun menyuruhnya pulang. Setelah berpikir beberapa saat Eui jin memutuskan untuk menyusul Seung hyun dan mengagetkannya.
Sambil bersepeda Eui jin ingin Seung hyun berjanji agar mengajaknya ke Seoul suatu hari nanti karena ayahnya sudah memutuskan tidak akan kembali lagi ke Seoul. Dia menyanggupinya. Dia kemudian bertanya mengapa Eui jin selalu memanggilnya dengan namanya, bukannya ‘oppa’.
“Karena menyenangkan. Seung hyun-ah,” jawab Eui jin sambil tertawa. “Seung hyun-ah,” teriak Eui jin lalu mendahului Seung hyun.
“Awas kau! Hei, berhenti di sana. Dasar anak nakal!” teriak Seung hyun, menyusul Eui jin.
Seung hyun duduk sendiri menatap rumah yang kini dia tinggali. Tabib Choi mendekatinya.
“Masuklah ke sekolah pengobatan Oriental. Aku yang akan membayarkan biayanya. Jadi kau jangan khawatir. Aku rasa kau sudah banyak menderita selama hidup di sini. Kalaupun sebaliknya, aku merasa sudah memberikan semuanya kepada anak Eun hye,” ucap Tabib Choi.
Malamnya Seung hyun memberitahu Eui jin bahwa dia akan berangkat ke Seoul besok. Eui jin kaget mendengarnya. Dia kecewa karena Seung hyun tidak segera memberitahukan hal tersebut kepadanya. Seung hyun meminta maaf karena dia mengira akan lebih baik jika seperti itu. Eui jin ngambek dan meninggalkan makanannya. Seung hyun langsung menyusulnya.
Eui jin keluar membawa sepedanya tapi Seung hyun menahannya. Dia meminta Eui jin agar mau berbicara dengannya.
“Pergilah!” ucap Eui jin.
“Eui jin-ah,” panggil Seung hyun.
Karena Seung hyun tidak mau melepas sepedanya, Eui jin memutuskan untuk meninggalkannya dan berjalan kaki.
“Aku akan kembali untuk menjemputmu. Kau bilang mau ke Seoul kan? Aku janji akan kembali,” ucap Seung hyun. Eui jin menangis mendengarnya tapi dia tidak mau berbalik menatap Seung hyun.
Hari sudah siang dan Seung hyun sedang berjalan menuju stasiun. Eui jin berlari menyusulnya.
“Seung hyun-ah!” panggilnya. “Kita akan bertemu lagi ‘kan?” ucapnya. Seung hyun tersenyum lalu melanjutkan langkahnya.
Seung hyun kembali berbalik kepada Eui jin dan kali ini Eui jin melambaikan tangan kepadanya sambil tersenyum lebar. Dia membalas melambai kepada Eui jin. Saat Seung hyun benar-benar pergi, Eui jin membiarkan air matanya keluar. “Aku akan menunggu,” ucapnya.
Kembali ke Seung hyun yang sedang duduk di taman.
Hye in datang mencarinya untuk mengingatkan bahwa tidak lama lagi mereka harus mengikuti pertemuan proyek kerja sama. Tapi Seung hyun tidak ingin mengikuti pertemuan itu. dia malah berbaring di bangku taman.
Hye in langsung menariknya dan berkata bahwa Seung hyun bisa kena marah dari direktur RS. Seung hyun tidak peduli dan kembali berbaring. Hye in yang semakin kesal langsung menariknya dan menyeretnya ke dalam RS. Seung hyun tidak bisa melawan karena Hye in mengapit lehernya.
Dr. Kim Ha yoon teringat saat dia memukul Seun hyun. Dia lalu mengeluarkan foto istrinya, ibu Seung hyun. Dia kembali teringat ucapan terakhir istrinya itu. “Anakku yang malang. Dia akan tumbuh tanpa ibunya. Tapi aku percaya kau akan merawatnya dengan baik.”
Pertemuan ke-12 tim proyek kerjasama.
Topik perdebatan adalah pasien dengan penyakit diabetes dan kali ini dr. Min yang mencoba menjelaskan. Belum selesai penjelasannya, dr. Lee langsung memotong dan bertanya.
Dr. Kim Ha yoo lalu menanyakan pendapat Seung hyun. Seung hyun yang sejak awal malas-malasan mengikuti pertemuan itu menjawab tidak tahu. Dr. Kim Ha yoon bertanya kenapa Seung hyun bisa sampai tidak tahu.
Seung hyun mau menjawab tapi Hye in memberikan kode kepadanya agar tutup mulut. Doo hyun yang melihat arah tatapan Seung hyun membalikkan badannya dan dia melihat Hye in yang sedang member kode kepada Seung hyun. Seung hyun pun menjawab bahwa dia sedang pusing. Jadinya, dr. Min sendiri lah yang harus menjelaskan.
Selesai pertemuan dr. Min langsung menarik Seung hyun dan memarahinya karena membiarkannya berjuang sendiri di pertemuan tadi. Seung hyun dengan santainya menjawab bahwa dia sedang lelah. Dr. Min langsung menyerangnya. Lelah? Dia tidak percaya Seung hyun merasa lelah padahal karena dia lah mereka harus terlibat dalam kerjasama yang menyulitkan ini. Kalau ada yang bisa mengeluh, dia lah orangnya. Seung hyun yang tidak tahan mendengar omelan dr. Min memilih untuk meninggalkannya.
Doo hyun dan dr. Lee bersama-sama keluar dari ruang pertemuan. Dr. Lee kemudian mendapatkan telepon dari istrinya yang memberitahukan bahwa hidung anak mereka berdarah. Dr. Lee menanggapinya dengan santai karena menurutnya anaknya itu pasti berkelahi dan itu adalah hal yang wajar untuk seorang anak laki-laki seumurnya. Tapi istrinya tetap cemas. Dia memberitahu dr. Lee bahwa anak mereka tidak berkelahi. Dia hanya bermain sepak bola dan terjatuh. Tapi sampai sekarang darah yang keluar dari hidungnya tidak mau berhenti. Dr. Lee pun mencoba menenangkan istrinya dan berkata bahwa dia akan segera pulang.
Di ruang operasi…
Doo hyun mendapati Hye in yang sedang melamun dan tertawa sendiri (Hye in sedang mengingat pertemuan pertamanya dengan Seung hyun dan kejadian-kejadian lain sampai akhirnya mereka bisa akrab seperti sekarang, red). Doo hyun langsung memarahinya karena tidak berkonsentarasi.
“Apa kau membunuh pasien ini?” bentaknya. Dia mengancam tidak akan memberikan Hye in izin bergabung dalam operasi yang dia lakukan kalau sampai dia kembali mendapati Hye in sedang melamun.
Dr. Park, dr. Ahn, dan dr. Jeong Seong hee sedang makan malam. Hye in juga harusnya makan bersama mereka. Tapi katanya dia sedang tidak berselera dan lebih memilih untuk latihan menjahit di lab.
Mereka lalu menggosipkan Hye in. dr. Park curiga kalau Hye in sedang jatuh cinta karena pikirannya sering tidak fokus. Dr. Ahn tidak percaya hal itu karena menurutnya Hye in tidak pernah punya waktu untuk kencan. Tapi dr. Jeong berkara bahwa bisa saja Hye in memang sedang jatuh cinta. Bahkan mungkin sekarang dia sedang kencan dan hanya menjadikan latihan menjahit di lab sebagai alasan. Dr. Park dan dr. Ahn yang sudah mengenal dr. Jeong tidak termakan dengan ceritanya.
Dr. Jeong kemudian berkata bahwa dia sepertinya juga harus segera menemukan seseorang yang bisa membantu tugasnya. Dia menjadikan Doo hyun sebagai targetnya, berhubung Doo hyun juga masih single. Dr. Park langsung mengingarkan perbedaan besar yang ada di antara mereka.
Tiba-tiba Doo hyun membuka pintu. Sontak mereka bertiga langsung berdiri. Doo hyun datang untuk pamit karena dia akan pulang.
Saat dia melihat ada satu piring yang tidak terpakai di meja, dia bertanya itu milik siapa. Dr. Ahn menjawab bahwa piring itu milik Hye in yang sekarang sedang di lab karena tidak berselera untuk makan.
Ternyata Doo hyun pergi ke lab dan dia melihat Hye in yang sedang latihan. Dia pun pergi ke café RS dan membeli makanan.
Sementara itu Hye in kembali teringat saat Seung hyun menyembuhkan kakinya. Dia memikirkan sesuatu.
Hye in juga pergi ke café dan membeli makanan.
Doo hyun kembali ke lab dengan membawa makanan yang dia beli. Tapi Hye in sudah tidak ada. Dia pun hanya meletakkan makanan itu di meja lalu pergi.
Dan Hye in malah pergi ke ruangan Seung hyun dengan membawa makanan yang dia beli. Makanan itu ternyata dia beli untuk Seung hyun. Sayangnya, tanpa sengaja Doo hyun melihatnya. Ekspresi kekecewaan tampak di wajah Doo hyun.
Hye in menyerahkan makanan yang dibelinya kepada Seung hyun sebagai ucapan terima kasih karena Seung hyun telah membantunya. Dia lalu pamit.
Saat kembali ke lab, Doo hyun sudah lebih dulu ada di sana. Dia beralasan bahwa dia singgah untuk tahu siapa yang pergi begitu saja tanpa memberishkan pekerjaan yang ditinggalkan. Hye in berkata bahwa tadi dia hanya pergi sebentar.
Doo hyun lalu meminta agar Hye in berhenti menguji kesabarannya. Hye in mengira maksud ucapan Doo hyun berkaitan dengan kejadian di ruang operasi tadi. Karena itu dia meminta maaf.
“Kau ini benar-benar tidak sensitif dan bodoh,” ucap Doo hyun. Sebelum pergi dia mengingatkan Hye in agar membereskan meja yang dia pakai ketika dia selesai.
Hye in kembali ke mejanya dan melihat bungkusan makanan yang tadi dibawa Doo hyun. Hye in mengambilnya dan mengejar Doo hyun.
“Dokter, Anda melupakan ini,” kata Hye in sambil menyodorkan makanan tadi. Doo hyun tidak berbalik dan hanya berkata bahwa dia sudah membuangnya lalu pergi. “Ckckck cara bicaranya orang itu…,” ucap Hye in lalu kembali ke dalam lab.
Paginya, Hye in kembali ke kamarnya untuk mengganti bajunya sambil bertelepon dengan ibunya. Dia menanyakan kabar ayahnya yang sering sakit kepala. Dia heran karena ayahnya tidak bisa menyembuhkan sakit kepalanya sendiri. Ibunya hanya tertawa kecil mendengar ucapan Hye in.
Karena harus mengikuti sebuah operasi Hye in lalu mengakhiri teleponnya. Tapi karena sudah terlambat, dia langsung pergi dan lupa membawa hp nya.
Doo hyun sedang melakukan operasi. Dia kemudian menyuruh Hye in untuk mengecek keadaan pasien. Tidak lama seseorang datang padahal operasi belum sepenuhnya selesai.
“Maaf karena mangganggu operasi nya. Tapi ini hal yang penting. Ayah dokter Hye in, tidak sadarkan diri,” ucapnya.
“Apa?” tanya Hye in kaget.
Episode 7 끝
Bonus pic:
I also want to ride a bike. Ada yang mau hadiahin sepeda untukku? Kalau sepeda terlalu mahal, tas Eui jin juga cukup kok ;) *ngarep heheh
Penasaran....... besok eun jin ma seung hyun,,,apa gak siii,,,,,
ReplyDeletekasih tau dunkkk chinguuuu
Kasih tau g ya??? Heheh....g seru dong kalau aku kasih tau sekarang. Penasaran aja dulu ya ;)
Deletedi tunggu lanjutannya ya chingu,.
ReplyDeleteNe. Tp untuk seminggu ke depan, bersabar dulu ya. Soalnya saya mau keluar kota. Liburan heheh. Met berlibur! :)
Deletesoo young cantik banget di episode ini... jadi makin mirip sama saya.. hahahahahahahahaha *evil laugh
ReplyDeleteno comment hahahah
Delete