16 May 2010

Si Pelapor, sang 'Juru Selamat'

'Natau mi ibu kos kalau kunci rumah hilang.'
'Apa?'
'Matimi ja,'
'Dari mana mu tau?'

Berita itu menggegerkan penghuni kos. Bangkai yang selama ini tersimpan baik-baik tercium juga pada akhirnya.
'Ada bd yang melapor,' tambah si pembawa berita. Semua yang ada dikamar no 6 sontak berucap, 'siapa?'
Tp si pembawa berita hanya geleng kepala. Katanya ibu kos tidak mau memberi tahu.
Tersangka si pelapor, si pembawa malapetaka. Ya, pembawa bencana.
'Yah, siapkan saja mental kalian besok,' ucap kami pasrah. Rasa jengkel terhadap si pelapor menggumpal.

Ibu kos kami cukup killer. Sebenarmya maksud dan tujuannya baik, hanya saja suaranya yang menggelegar dan kata-katanya yang menusuk menjadi momok menakutkan bagi kami. Sekali marah, suaranya bisa kedengaran sepanjang lorong dan ceramahnya bisa berdurasi sampai2 jam.

Tapi keesokan harinya, menunggu dengan hati dag dig dug, beliau tidak kunjung nongol.

'Sepertinya ibu pengen kita pengakuan dosa langsung dihadapannya.' Hati kami serasa menciut mendengar saran tersebut tapi jika dibandingkan penantian yang tak menentu ini, sarannya masuk akal.

Jd keesokan paginya, kami ber-enam memberanikan diri pergi ke sarang macan, menghadap ke beliau. Dengan saling dorong sampai juga kami di depannya. Alhamdulillah, apa yang kami takutkan tidak terjadi. Tidak ada suara mengglegar atau kata-kata yang menusuk. Malah pada akhirnya, beliau memberikan kunci serepnya walaupun dengan sedikit ancaman.

Masalah yang berbulan-bulan tertahan pun selesai dengan happy ending.

Tanpa kami sadari, si pelapor yang awalnya kami anggap sebagai prmbawa bencana ternyata adalah penyelamat kami. Dialah yang membuka pintu penyelesaian masalah 'besar' tersebut. Sayangnya, kami tidak mengetahui siapa dia.

0 comments:

Post a Comment