04 December 2010

Sang Juara

Seorang anak yang bernama Mark, suatu hari, ikut dalam sebuah pertandingan mobil balap mainan. Saat itu sudah memasuki babak final. Maka tidak heran kalau keadaaannya riuh sekali.

Mobil Mark tidak istimewa dan diantara empat mobil yang siap di garis start, mobil miliknya lah yang paling terlihat tidak meyakinkan untuk memenangkan lomba. Karenanya, banyak orang yang kemudian menyangkisakan kemampuannya. Akan tetapi, bagi Mark, mobil itu sangat istimewa karena merupakan hasil buah tangannya sendiri.

Sebelum memulai berlomba, Mark meminta waktu sebentar untuk berdoa. Matanya terpejam, tangannya tertangkup memanjatkan doa dan mulutnya komat-kamit. Lalu, semenit kemudian dia berkata, “Ya, aku sipa!”

Dor. Pertandingan pun dimulai. Penonton pun bersorak penuh semangat. Mereka menyoraki mobil jagoan mereka. “Ayo, maju…terus…cepat…” Dan pada akhirnya, ternyata, Mark lah pemenangnya. Dalam hati, Mark kembali berkomat-kamit, berterima kasih.

Saat pemberian piala tiba, Mark pun naik ke depan dengan bangga. Tapi sebelum menyerahkan pialanya, ketua panitian bertanya kepadanya, “Hai jagoan, tadi kamu pasti berdoa kepada Tuhan supaya menjadi pemenang ‘kan?” Mark terdiam. “Bukan, pak. Aku tidak berdoa seperti itu,” katanya.

“Sepertinya tidak adil kalau meminta kepada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain. Aku hanya memohon pada Tuhan suapya tidak menangis kalau kalah,” lanjutnya.

Semua hadirin terdiam saat mendengar pengakuan polos dari Mark dan tak lama kemudian terdengarlah gemuruh tepuk tangan yang lebih keras memenuhi ruangan itu.

Renungan:
Dari Mark kita bisa belajar agar tidak selalu meminta kepada Tuhan untuk selalu mengabulkan harapan kita melainkan meminta agar diberi bimbingan, tuntunan, dan panduanNya. Mark tidak minta Tuhan mengabulkan semua harapannya, untuk menang yang secara tidak langsung akan menyakiti pesereta lain. Tapi dia meminta agar diberi kekuatan jika hal terburuk terjadi padanya.


Source: motivasi.net

0 comments:

Post a Comment