14 November 2012

[Sinopsis] The 3rd (Third) Hospital Episode 3 - part 1


Karena saya baru melanjutkan setelah berbulan-bulan menunda, maka saya menyajikan foto mereka berempat dulu ya heheh

Episode sebelumnya





Seung hyun bertemu dengan ayahnya (dr. Kim) di lobi Rumah Sakit. Ayahnya sangat terkejut melihat Seung hyun. Dia tidak menyangka kalau Seung hyun akan kembali bekerja di RS. Entah kenapa tapi ayah dan anak ini saling menyapa. Seung hyun malah langsung berlalu meninggalkan ayahnya, Doo-hyun dan juga dr. Yang.



Seung hyun berada di atap RS (ini tempat favorit Seung hyun kalau lagi galau).
Dia teringat kejadian yang entah sudah beberapa tahun yang lalu.



Ada seorang gadis yang berlumuran darah dilarikan ke RS.



Dan juga dr. Kim yang memarahi Seung hyun, “Apa kau mau melepas profesimu hanya demi seorang gadis?” (Hmm…ok. Saya bisa melihat benang merahnya sekarang)



Seung hyun berlari disepanjang koridor RS mendampingin gadis yang tadi dilarikan ke RS.

“Eui jin, bangunlah! Kumohon, buka matamu!” pintanya.



Dengan tangan yang gemetar Seung hyun berusaha memberikan pertolongan kepada Eui jin. Doo hyun datang mencegahnya (weyo?). Dia meminta Seung hyun untuk melepaskan Eui jin agar dia bisa pergi dengan tenang.

“Aku harus menyelamatkannya,” Seung hyun tidak menghiraukan Doo hyun. Doo hyun memberitahu Seung hyun bahwa apa yang dia lakukan hanya akan membuat Eui jin 
semakin menderita. Seung hyun masih tidak menghiraukannya.

Doo hyun kehilangan kesabarannya. Dia membalikkan paksa badan Seung hyun, “Dia tetap akan mati. Apa kau tidak mengerti juga?”



“Jangan katakan hal seperti itu di depan Eui jin!” Giliran Seung hyun yang marah dan mencengkram kerah baju Doo hyun.

Doo hyun memberitahu Seung hyun bahwa Eui jin sebenarnya sudah tahu tentang penyakitnya dan inilah jalan yang dia pilih. Seung hyun kaget mendengar perkataan Doo hyun.





“Aku tidak tahu kalau dia akan bunuh diri. Tapi itu adalah hak nya untuk memilih setelah dia mengerti keadaannya,” Doo hyun mencoba menjelaskan (Ternyata Doo hyun lah yang telah memberitahukan penyakit Eui jin dan itu membuat Eui jin putus asa lalu memutuskan untuk mengakhiri hidupnya).

Seung hyun lepas kendali. Dia memukul Doo hyun dan berkata kalau dia akan membunuhnya. Dokter lain dan para perawat yang ada di ruangan itu berusaha menghentikan Seung hyun.



Namun tepat saat itu alat detak jantung (atau apalah namanya) langsung berbunyi dan layarnya menunjukkan garis lurus. Seung hyun langsung melepaskan Doo hyun dan mendekati Eui jin. Dengan air mata yang terus mengalir, dia masih berusaha menyelamatkan Eui jin. Sayang, usahanya tidak merubah keadaan.


Eui jin meninggal (Sekedar informasi, yang meranin Eui jin yang meninggal adalah kakak kandung Sooyoung)


Baju dokter dan tanda pengenal Seung hyun terlipat rapih di atas meja kerjanya. Di dekatnya ada surat pengunduran diri.

Setting selanjutnya adalah airport. Ada jadwal kedatangan dari Jerman. Someone is coming.



Sebuah taxi berhenti di depan RS dan seorang gadis cantik muncul (Sooyoung…..)


Dia memasuki RS. Di lobby depan dia berhenti sejenak melihat seseorang yang sedang bermain piano dan ditonton oleh beberapa orang.





Eui jin menanyakan ruangan Seung hyun kepada dr. Min yang dia temui di koridor RS. Dr. Min menunjukkan arahnya dengan ekspresi kagum pada kecantikan Eui jin (hohoh sudah jelas ^,^)

Sampai di ujuang lorong, Eui jin yang sejak tadi sangat bersemangat jadi sedikit bingung harus memilih belok kanan atau kiri. Dia memilih belok kanan.





Doo hyun masuk ke dalam ruang kerjanya. Dia sedang memikirkan sesuatu. Tiba-tiba Eui jin yang sedari tadi menunggu di bawah meja langsung memegang kakinya.

“Aku tangkap kau!” seru Eui jin. Doo hyun terkejut begitu juga Eui jin (karena dia salah orang hahah).

Doo hyun bertanya siapa Eui jin. Eui jin tidak berlama-lama. Dia langsung berlari keluar tanpa berkata apa-apa. Saat sudah luar dia sadar kalau biolanya ketinggalan.

“Apa dia pasien gila?” tanya Doo hyun pada dirinya sendiri ketika Eui jin sudah keluar.





Doo hyun yang baru saja akan duduk harus kembali tersentak karena Eui jin tiba-tiba membuka pintu. (Adegan ini lucu banget hahaha)

“Kau mau apa?” tanya Doo hyun. Eui jin tidak menjawab dan langsung mengambil biola serta kopernya yang tersimpan di balik pintu.

“Maaf 100x,” ucap Eui jin sebelum keluar. Doo hyun mengejarnya. Dia berteriak memanggil Eui jin yang berlari di sepanjang koridor. Teriakan Doo hyun mengagetkan semua orang yang lewat.



Wajah Eui jin nongol lagi dari lorong sebelah, “Maaf 120x kali,” teriaknya.

Eui jin akhirnya tiba di depan ruangan Seung hyun.


Eui jin memukul-mukul pelan kakinya yang sudah kesemutan karena duduk jongkok di bawah meja.


Seung hyun akhirnya datang. Eui jin yang wajahnya kembali bersemangat kembali ke tempat persembunyiannya. Begitu Seung hyun duduk, “Aku tangkap kau!” teriaknya.

“Omo ya!” seru Seung hyun yang kaget dengan ulah Eui jin. Sementara Eui jin meringis sambil memegang kepalanya yang terantuk meja (gitu tuh kalau jahil heheh)

Tapi Eui jin tidak bisa berdiri karena kakinya kram. Seung hyun langsung mengeluarkan jarum nya.


“Mana wajahmu?” tanyanya. Eui jin menolak karena rasanya sakit. Seung hyun dengan cueknya kembali bersandar (Ya, sudah. Terserah kau saja. Itu maksudnya heheh) Eui jin akhirnya mengalah. Seunghyun pun menusukkan jarumnya ke wajah Eui jin.

Dengan jarum yang masih ada di antara kedua alisnya Eui jin mencoba berdiri dibantu oleh bantu Seung hyun. Berhasil.



Eui jin memberitahu Seung hyun bahwa dia datang dari Jerman untuk mengikuti audisi Orkestra Asia dan jika lulus maka dia akan tinggal di rumah Seung hyun. Seung hyun kaget mendengarnya. Dia bertanya siapa bilang Eui jin bisa tinggal di rumahnya. Dengan santai Eui jin menjawab bahwa ayahnyalah yang berkata demikian. Seung hyun tidak percaya dengan ucapan Eui jin.

Menurutnya, Eui jin pasti tidak akan lolos audisi. Jadi dia menyuruh Euijin untuk ikut audisi saja dan langsung pulang ke Gunung Jiri. Dia yang akan memberitahu Eui jin lolos atau tidak dirinya dari audisi. 



"Oppa~, apa tidak boleh?" Eui jin membujuk Seung hyun.

"Tidak boleh," jawab Seung hyun





Saat sedang berjalan Seung hyun mendapat telepon dari Hye in. Hye in meminta Seung hyun agar datang ke atap RS karena dia mau mengatakan sesuatu padanya. Seung hyun menolak tapi Hye in mengancam kalau dia akan menceritakan apa yang hari itu Seung hyun lakukan (saat dia memberikan pengobatan akupuntur kepada pasiennya Doo hyun).

Seung hyun berkata kalau Hye in lah yang punya urusan jadi seharusnya dia yang datang menemuinya. Hye in mengalah. Dia bertanya posisi Seung hyun sekarang. Seung hyun menjawab bahwa dia sendiri tidka tahu dia ada dimana. Sepertinya dia tersesat. Jadi dia menyuruh Hye in mencari alat yang bisa melacak posisinya.



Tapi tepat saat Seung hyun mematikan hp nya, Hye in muncul dari lorong sebelah. Hahah bisa terlihat ekspresi marah Hye in dan kekagetan Seng hyun.

Hye in tersenyum mengejek sambil berkata bahwa mereka sepertinya sudah ditakdirkan untuk bertemu heheh. Seung hyun tidak mau meladeninya (hahah malu karena ketahuan ya Bang ^,^). Dia menanyakan apa yang Hye in ingin sampaikan padanya.

Hye in memberitahu Seung hyun bahwa dia, sebagai penanggung jawab pasien Han Sang joon (Ou itu toh namanya), tidak bisa mengizinkan Seung hyun untuk melanjutkan pengobatan akupunturnya atas pasiennya itu. Seung hyun menjawab kalau dia memang tidak pernah meminta izin Hye in untuk melakukannya.



“Dokteeeeer!” Hye in kesal.

“Apa?”

Hye in berkata bahwa dia bisa melaporkan Seung hyun karena telah melakukan tindakan kriminal dimana dia tahu kalau hal tersebut tidak boleh dilakukan, tapi dia malah meneruskannya. Itu bisa membuatnya masuk ke dalam penjara. Celoteh Hye in tuh panjaaaaaang banget tapi hanya dijawab singkat oleh Seung hyun, “Baiklah, kirim saja aku ke penjara. Puas?”

“Intinya aku bilang kau tidak boleh lagi mengobati Han Sang joon,” ucap Hye in saat Seung hyun akan melangkah meninggalkannya. *diposkan oleh diana di diananasta.blogspot.com)





Seng hyun bosan dengan ocehan Hye in. Dia membalikkan badannya dan berkata kalau seorang dokter lebih takut dan lebih memikirkan masalah hukum dibanding pasiennya, maka siapa yang akan mau melakukan operasi? Hye in kalah telak dengan satu kalimat.

Malam hari, di rumah Seung hyun




Seung hyun memasang tirai pembatas untuk dirinya dan tempat tidur Eui jin. Tapi Eui jin malah mengganggunya. Seung hyun menyuruhnya berhenti bermain-main kalau tidak tirainya bisa jatuh.



Dan betul saja...tirai itu jatuh. Hah! Eui jin meminta maaf dengan wajah tanpa rasa penyesalan. Katanya dia tidak sengaja. Seung hyun hanya bisa menahan kekesalannya (hahah…)

Esok harinya...



Istri pasien yang ada di ruangan yang sama dengan Han Sang joon menanyakan keadaan Sang joon pada istrinya. Sambil memegang tangan suaminya dia menjawab bahwa tangan suaminya jauh lebih baik padahal baru beberapa kali menerima pengobatan akupuntur.



Jawaban istri Sang joon membuat si istri pasien juga berminat untuk mendapatkan pengobatan akupuntur dari Seung hyun. Jadi saat Doo hyun datang, dia memberitahukan keinginannya itu. Dia memberitahu bahwa keadaan Sang joon semakin membaik setelah menerima perawatan dari Seung hyun. Tentu saja Doo hyun kaget mendengar bahwa Sang joon telah mendapatkan perawatan akupuntur. Hye in yang tidak menduga kalau hal itu akan ketahuan oleh Doo hyun hanya bisa menutup matanya dan menelan ludah.

Doo hyun meminta Hye in untuk ikut dengannya (‘Eottoke?’ pasti itu yang ada di pikiran Hye in). Mereka berbicara di luar kamar pasien.



Doo hyun mengingatkan Hye in bahwa seorang pasien tidak boleh seenaknya mendapatkan perawatan dari dua departemen yang berbeda. Hye in membela diri dengan berkata bahwa si pasien sendirilah yang sangat menginginkannya. Tapi Doo hyun tidak mau menerima alasan apa pun. Seharusnya Hye in menolak permintaan Sang joon dengan barbagai macam alasan. Hye in kembali menyampaikan alasannya. Dia memberitahu Doo hyun bahwa Sang joon adalah guru piano. Karena itu dia sangat membutuhkan tangannya.

“Jadi karena alasan itu kau membiarkan dia menerima pengobatan akupuntur?” tanya Doo hyu (sumpah nih dokter tegas banget).

“Bukan begitu,” jawab Hye in.

“Jadi kau mau bilang kalau dr. Seung hyun sendirilah yang memberikan pengobatan tanpa mempedulikan peraturan di RS?” tanya Doo hyun lagi. Pertanyaannya membuat Hye in terpojok.

Hye in bingun harus menjawab apa. Kalau dia mengatakan bahwa Seung hyun lah yang tidak mengindahkan larangannya, maka perselisihan antara dua depertemen yang memang sudah ada akan semakin meruncing. Tapi di lain pihak, keberadaan dirinya di RS itu akan terancam.

“Kenapa kau diam saja?” bentak Doo hyun.


Hye in menelan ludah dan mengorbankan dirinya. Dia berkata memang kesalahannyalah membiarkan Seung hyun mengobati Sang joon.

“Keluarkan pasien Sang joon dari RS,” ucap Doo hyun.

“Apa?” Hye in terkejut.

“Kenapa? Apa kau juga mau pergi setelah dia meninggalkan RS ini?” tanya Doo hyun dengan dingin. Menurutnya, besok akan terjadi hal yang tidak diinginkan jika Sang joon masih berada di RS ini.

Hye in memohon pada Doo hyun agar tidak membatalkan perintahnya. Dia berjanji tidak akan membiarkan hal yang sama terjadi lagi. Doo hyun berpikir lalu menghela nafas.



“Kalau sekali lagi terjadi, aku benar-benar akan menendangmu keluar dari sini,” ucapnya.

Hye in tersenyum senang mendengarnya. Dia lalu membungkuk memberi hormat dan mengucapkan terima kasih. Panggil darurat masuk ke hp nya. Dia pun pamit kepada Doo hyun.



Dr. Seong sedang memeriksa seorang pasien yang bernama Park Jina. Seorang pegawai (belum tahu namanya sampe sekarang >.<) lewat di dekatnya dan melihat bagaimana dr. Seong memeriksa pasiennya. Dia geleng-geleng kepala. Dia memberi tahu dr. Choi bahwa dia ragu kalau dr. Seong itu memang pernah kuliah kedokteran. Itu karena dia seperti tidak tahu bagaimana cara memeriksa pasien, kerjaannya celingak celinguk mulu.



Hye in datang sambil berlari karena panggilan darurat tadi. Ternyata si dr. Seong lah yang memintanya datang. Hye in lalu memeriksa pasien Jina tapi dia mencium bau alkohol. Hye in bertanya pada suami pasien apa dia memberikan minuman kepada si pasien. Suami pasien berkata bahwa dialah yang minum, bukan istrinya. Hye in menatap dr. Seong (‘suaminya seorang pemabuk,’ mungkin itu arti ucapannya). Maka dia meminta pasien Jina untuk di foto.


Si pegawai yang tadi memperhatikan dr. Seong sedang duduk bersama dr. Oh di tangga RS. Ternyata mereka sepasang kekasih hahah. Mereka bertemu secara sembunyi-sembunyi. Si pegawai komplain karena mereka harus menyenbunyikan hubungan mereka hanya karena si wanita adalah seorang dokter sedang dirinya hanyalah seorang pegawai. Dr. Oh memintanya untuk bersabar.



Tiba-tiba seorang nenek datang dari belakang dan mengagetkan mereka. Anak si nenek datang dan meminta maaf karena ibunya sudah mengagetkan mereka lalu membawa ibunya pergi.

Dr. Oh dan kekasihnya langsung berpisah sambil mengurut dada masing-masing saking kagetnya gara-gara si nenek (lucu juga melihat mereka langsung berdiri dan berpisah seperti sudah menerima perintah. Dr. Oh menaiki tangga sementara kekasihnya menuruni tangga).



Dr. Min berjalan sambil bernyanyi di koridor RS saat akan pulang. Dia melihat Seung hyun yang sudah berpakaian seperti seorang pendaki. Dia ingat kalau sebenarnya malam ini Seung hyun dapat tugas jaga. Tapi melihat pakaian Seung hyun, dia yakin kalau Seung hyun mau membolos. Jadi dia dengan diam-diam mendekati Seung hyun dan mengagetkannya.

Dr. Min berusaha menahan Seung hyun dan mengingatkan atas tugas jaganya. Seung hyun memberitahu dr. Min bahwa rekan-rekan mereka mendapatkan semacam obat/tanaman langka di gunung Deogyu dan mereka akan pergi ke gunung itu hari ini juga untuk mengambilnya. Jadi dia membujuk dr. Min agar mau pergi bersamanya. Dr. Min setuju tapi perginya besok pagi saja setelah tugas jaga Seung hyun selesai (hahah bagus…bagus…)

“Kalau seperti itu kita akan kehabisan,” keluh Seung hyun.

“Kau bisa membelinya dari mereka. Hei, apa kau tidak memikirkan betapa kasihannya orang yang harus menggantikan tugasmu kalau kau berkeras pergi?” tanya dr. Min berusaha menyadarkan Seung hyun. Seung hyun tidak peduli dan kembali mencoba lari tapi dr. Min berhasil menahannya.


“YA Kim Seung hyun!” panggil dr. Choi (hahah jenderal utama datang. Alamat si Seung hyun tidak akan lolos ^,^)

Dia bertanya kenapa Seung hyun berpakaian seperti itu. dr. Min memberitahu dr. Choi bahwa sebenarnya Seung hyun ada jadwal jaga tapi dia berkeras untuk meninggalkan RS.

“Coba saja kalau berani pergi!” ucap dr. Choi lau meninggalkan mereka. Seung hyun langsung menyenggol dr. Min (‘kenapa kau harus mengadu?’ itu maksudnya) tapi tiba-tiba dr. Choi kembali. Keduanya langsung diam dan berdiri tegap. “Aku tidak bercanda,” ucap dr. Choi kepada Seung hyun lalu pergi lagi.


Setelah dr. Choi pergi, dr. Min tersenyum puas dan mempersilahkan Seung hyun agar kembali ke dalam RS (hahaha scene ini lucu sekali ^.^)



Doo hyun dan tim sedang melakukan operasi. Doo hyun menghela nafas. Dr. Park berkata bahwa wajar jika Doo hyun merasa capek karena ini adalah operasi ketiga yang dia lakukan pada hari itu. Doo hyun membalas bahwa itu memang tugasnya. Dia tidak boleh mengabaikan seorang pasien hanya karena dia merasa capek. Mendengar ucapan Doo hyun, Dr. Park mencoba bercerita. Ada seorang dokter yang sudah berhari-hari tidak tidur tapi kemudian mendapatkan tugas untuk memeriksa seorang pasien jantung. Di dokter berharap agar si pasien tidak usah bangun saja agar dia bisa punya waktu untuk beristirahat.

“Itu cerita tentang mu atau temanmu, dr. Park?” balas Doo hyun tapi mata dan tangannya terus bekerja. Dr. Park tertawa dan berkata tentu saja bukan. Dia menyombongkan dirinya sebagai dokter yang selalu siap dan ikhlas untuk menyembuhkan pasien (tapi semua orang di ruangan itu menatapnya tidak percaya. They already know him)



“Ah membosankan,” keluh Doo hyun. Dr. Park langsung meminta maaf hahah. Doo hyun meminta agar diputarkan musik tapi si suster memutar musik yang salah. Hye in langsung memberitahu si suster bahwa dia sudah menyiapkan CD kesukaan Doo hyun. Dia memintanya untuk memulai dari track 2. (Musiknya orchestra bo. Emang bisa ya mutar kek gitu sementara operasi? baru tahu saya).

Pengacara Park melihat Hye in dengan tatapan ‘kenapa lagu begitu?’ Hye in hanya tersenyum. Tapi saat Doo hyun tidak memberi komentar, dr. Park hanya bisa mengangkat bahu.

(Scene ini mungkin tidak seseru yang diharapkan tapi dia memberitahukan bagaimana pahamnya Hye in atas kesukaan Doo hyun).



Seung hyun duduk bermalas-malasan di kursi. Dia terus memikirkan ginseng liarnya yang sudah melayang. Seorang suster datang dan mengingatkan Seung hyun untuk memeriksa seorang pasien yang terkena stroke. Saat dia akan pergi datanglah seorang pria yang menarik istrinya. Dia ingin bertemu dengan dr. Doo hyun. Tapi si istri terus meronta.

Dr. Seong yang merupakan anggota tim Doo hyun datang meminta si bapak untuk ikut dengannya. Istrinya terus meronta dan berusaha melarikan diri. Dia bertanya kenapa suaminya terus memaksanya untuk ke RS. “Lepaskan aku! Aku tidak mau pergi! Lepaskan!” dia terus meronta.


Kekasih dr. Oh bertanya kepada suster apa wanita itu seorang peminum. Si suster menjawab bahwa wanita itu adalah pasien dr. Doo hyun jadi pasti yang bermasalah adalah otaknya.



Si wanita sudah di atas tempat tidur tapi dia mulai memukul-mukul kepalanya. Dr. Seong bertanya sejak kapan dia seperti itu. suaminya menjawab sejak sebelum menerima perawatan saraf. Dia membawa istrinya karena di rumah istrinya menghancurkan barang-barang, tidak bisa mengenali orang, dan mulai mengatakan hal yang tidak masuk akal. Jadi dia bertanya pada dr. Seong apa memang seorang tumor otak akan bertingkah aneh seperti itu.



Dr. Seong menjawab bahwa itu tergantung dari hasil pemeriksaan. Dia pamit sebentar tapi pasien wanita yang sedari tadi menatap dr. Seong langsung berkata, “apa kau pikir, dengan melakukan hal ini, kau akan bisa seperti…kakakmu?” dr. Seong kaget mendengarnya.



Suster datang untuk memeriksa tekanan darah si wanita tapi dia malah mengamuk dan menghamburkan peralatan yang ada di dekatnya. Dia bahkan menarik selang infuse dari tangan seorang nenek yang ada di dekat tempat tidurnya hingga lepas. Si nenek menjerit kesakitan. Dr. Ahn yang sudah datang menyuruh dr. Seong untuk pergi mengambil alat penahan dan langsung berlari mendekati si pasien wanita. Yang lain juga datang membantu. Pasien lain yang ada di dekat si wanita mulai ketakutan akan diserang.


Seung hyun yang ada di dekat situ hanya mengawasi apa yang terjadi sambil memeriksa pasiennya.


“Beraninya kalian menahanku! LEPASKAN! LEPASKAN AKU!” jeritnya saat dr. Ahn dan yang lain mulai mengikatnya. Dr. Ahn meminta kekasih dr. Oh yang ada di dekatnya agar mengambilkan Ativan IM (semacam suntikan, mianhae saya tidak tahu istilah Indonesianya).



Tapi tiba-tiba si wanita meludahi wajah dr. Ahn dan berkata, “Kau ditakdirkan untuk mati dalam kesendirian. Istrimu akan meninggalkanmu ha..ha..ha..ha..ha..ha..ha..” Wui gila nih si ibu. Dia tertawa seperti penyihir jahat yang mendapatkan kemenangan setelah mengatakan hal itu.


Seung hyun yang sudah selesai memeriksa masih memperhatikan dari jauh.


Dr. Ahn menyuntik si ibu yang terus menatapnya tajam. Dr. Ahn bertanya kepada suami si wanita apa istrinya mengalami kelainan jiwa karena tumor di otaknya. Si suami menggeleng. Dia mulai menangis dan balik bertanya mengapa istrinya jadi seperti itu. dr. Ahn menyampaikan diagnosanya bahwa sikap istrinya mungkin disebabkan oleh tumor yang terus menekan otaknya. Si suami bertanya apa kalau istrinya dioperasi lagi, maka dia akan membaik. Belum sempat dr. Ahn menjawab, istrinya langsung nyeletuk, “Lakukan saja dalam 100 hari dan lihat apa itu akan berhasil.” Dia kembali tertawa.

Dr. Ahn memutuskan untuk memberikan obat penenang. Mereka baru bisa memberitahukan langkah apa yang harus dilakukan setelah Doo hyun selesai dengan operasinya. Tapi si wanita kembali berteriak dan meronta. Dengan segera dr. Ahn menyuntikkan obat penenang tersebut. Si wanita langsung tertidur. Seung hyun yang masih menonton memutuskan untuk pergi.


Dr. Ahn memberitahu bahwa wanita itu sudah tenang. Jadi dia akan memeriksa dulu recap pemeriksaan si wanita dan akan segera kembali. Dr. Seong mengikutinya.


Si suami mendapat telepon tapi kekasih dr. Oh yang tadi juga menahan istrinya meminta dia menerima telepon di luar. Dia menujukkan jalannya. Jadilah si wanita yang sedang tertidur tinggal sendiri.

Pasien lain tiba. Perhatian orang-orang di ruangan itu mulai teralihkan.



Dan saat itu si pasien wanita yang tadinya tertidur membuka matanya.

Bersambung ke part 2

4 comments:

  1. mba diana bikin sinopnya masih kepikiran sama nice guy ya mab?
    kok nulisnya dokter park jadi pengacara park..? he8
    ditunggu lanjutannya mba.. semangattt.... ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. jinjja??? OMO...mianhae klau gitu. Iya keknya saya masih terpengaruh sama NG soalnya di drama ini juga ada marga Park dan Ahn ^.^

      Delete
  2. mbaaak, ditunggu kelanjutannya..
    penasaran sama jalan ceritanyaa.. :D

    ReplyDelete
  3. wah mbak diana kok nanggung amat sinopsisnya... jadi penasaran kira-kira seung hyun ikut campur lagi ga yah sama pekerjaan para dokter western...??

    ReplyDelete