6 tahun kemudian
Aomori, Tokyo
Ma roo berada di sebuah kamar bersama seorang wanita. Wanita itu mengajak Ma roo untuk makan malam. Ma roo meminta wanita itu untuk berhenti dan memberikan cek senilai 10 juta won (wow…dari mana Ma roo dapat uang sebanyak itu ya?!)
Si wanita marah karena dianggap sebagai perempuan penghibur oleh Ma roo. Ma roo tahu kalau wanita itu hanya menginginkan uang tapi dia salah orang karena Ma roo sekaya yang wanita itu bayangkan.
Si wanita mengejar Ma roo. Dia berkata kalau awalnya memang dia mendekati Ma rook karena Ma roo terlihat kaya. Tapi ternyata dia menyadari bahwa Ma roo adalah orang yang berbeda. Tapi Ma roo tidak bergeming. Dia lalu melepaskan tangan wanita itu dari lengannya dan berjalan pergi.
Si wanita tidak menyerah. “Aku menyukaimu, tulus dari dalam hatiku,” katanya kepada Ma roo. “Aku tahu kau tidak akan percaya,” tambahnya.
“Aku percaya,” jawab Ma roo.
Si wanita menatap tidak percaya. Dia lalu memeluk Ma roo dan meminta maaf. Tapi tatapan Ma roo gitu loh. Tak ada ekspresi. Menakutkan.
Di tempat lain, Eun gi sedang tidur tapi ada seorang pria yang terus menatapnya, khawatir.
“Eomma,” panggil Eun gi dalam tidurnya. saat terbangun, Eun gi langsung menanyakan jam berapa saat itu.
“8.30,” jawab si pria. Eun gi kaget karena setahunya penerbangan Direktur Kato adalah pada pukul 9. Si pria berkata kalau direktur sudah berangkat. Bisa terbayangkan marahnya Eun gi karena tidak dibangunkan. Tapi si pria berkata kalau dial ah yang menyuruh sekertaris Eun gi untuk tidak membangunkannya. Itu karena selama seminggu Eun gi tidur kurang dari 7 jam dan itu bisa membahayakan kesehatannya, mengingat Eun gi mengidap sebuah penyakit.
Eun gi lalu mengingatkan pria itu (pengacara Park Joon ha) bahwa dia hanya seorang pengacara dan tidak berhak memutuskan apa pun. Pengacara Park berkata kalau dia hanya mengkhawatirkan keadaan Eun gi. Dengan santainya Eun gi membalasa bahwa seharusnya Joon ha lebih mengkhawatirkan dirinya sendiri terlebih dulu.
“Kalau sampai negosiasi ini gagal, maka kau lah orang pertama yang aku pecat,” ucap Eun gi dan berjalan keluar sambil membanting pintu.
Joon ha lalu membereskan tempat tidur Eun gi. Eun gi dengan cueknya keluar sambil memakai handuk dan menyuruh Joon ha untuk menghubungi wanita yang mengajukan keluhan setelah menggunakan kosmetik produksi mereka. Joon ha hanya menjawab tanpa menatap Eun gi. Setelah selesai mengatakan perintahnya, Eun gi baru sadar kalau dia hanya memakai handuk. Lalu dengan cuek dia kembali ke kamar mandi.
Tapi di depan pintu Eun gi berhenti dan berkata, “Kau masih menyukai pria kan? Kau belum berubah kan?”
“Ne,” jawab Joon ha. Kali ini dia memberanikan diri menatap Eun gi.
“Aku akan membawa rahasia mu ini sampai aku mati,” ucap Eun gi.
Eun gi menemui wanita yang mengajukan keluhan untuk meminta maaf. Tapi si pelanggan berkata bahwa permintaa maaf tidaklah cukup. Joon ha lalu menyodorkan sebuah amplop kepada wanita itu. Ternyata itu juga belum cukup.
“Kalau ada yang Anda inginkan, katakana saja,” ucap Eun gi. Si wanita terseyum.
“Kita makan siang saja dulu.”
Eun gi meletakkan sebuah kotak makan berisi Kimchi di atas meja. “Ini kimchi ‘kan?” Tanya si wanita. Eun gi mengiyakan dan berkata kalau dia akan menyingkirkan kotak itu jika si wanita tidak menyukainya. Si wanita berkata kalau dia ingin mencoba kimchi tersebut.
“Oishi,” ucapnya sambil tersenyum lebar saat mencoba kimchi yang Eun gi bawa. Eun gi ikut tersenyum penuh makna.
Berikutnya adalah makanan penutup. Lalu si wanita pamit. Sebelum pergi Eun gi menyerahkan sebuah kotak yang berisi produk kosmetik perusahaannya yang dikeluhkan oleh si wanita.
Si wanita tentu saja menjadi marah karena merasa dipermainkan. Terlebih setelah dia tahu bahwa makanan penutup yang baru saja dia makan sama dengan kosmetik yang ada di depannya. Tapi Eun gi berkata agar si wanita tidak perlu khawatir karena kosmetik buatan mereka itu aman, bahkan untuk dimakan sekalipun. Itu karena kosmetik mereka terbuat dari bahan alami. Jika memang berbahaya, maka mereka berdua akan bertemu di rumah sakit esok hari karena kulitnya juga adalah tipe kulit sensitif. (Eun gi mulai menggunakan bahasa Korea).
Si wanita berkata kalau dia tidak mengerti ucapan Eun gi (karena Eun gi berbicara dalam bahasa Korea).
“Sebenarnya Anda mengerti bahasa Korea ‘kan? Karena Anda bisa memakan Kimchi asam dengan lahap,” ucap Eun gi masih dalam bahasa Korea.
“Orang Jepang juga biasa memakan kimchi,” si wanita mencoba menjelaskan (dalam bahasa Jepang tentunya).
“Nah kan. Kau sebenarnya mengerti apa yang tadi aku bicarakan,” potong Eun gi (kali ini dalam bahasa Jepang). “Jadi berhentilah bermain-main,” tambah Eun gi.
Joon ha masuk membawa sebuah amplop. Eun gi melihat isinya dan tersenyum. Dia lalu memperlihatkan isi amplop tersebut kepada si wanita.
“Ini adalah catatan rekening Anda. Sepertinya Anda sudah menerima sejumlah uang dari perusahaan saingan kami, Grup World. Hanya untuk uang sejumlah itu kau mau membuat wajahmu rusak?,” ucap Eun gi. Wajah si wanita membeku. “Bawa orang ini ke kantor polisi,” tambahnya.
“Siapkan pembalasan untuk Group World,” ucap Eun gi kepada Joon ha sebelum dia pergi.
Ma roo bermesraan dengan si wanita di bawah sebuah pohon sementara Eun gi berjalan sendiri. Kepala dan dadanya sakit. Penglihatannya juga kabur. Dia hampir jatuh. Seorang wanita berlari menghampirinya.
“Kwenchanayo?” Tanya wanita itu. Ternyata dia Jae hee. Eun gi langsung berdiri dan tersenyum (hebat sekali nih cewek). Jae hee menegur wajah Eun gi yang terlihat pucat. Eun gi berkata kalau dia sengaja karena ingin pamer kepada ayahnya bahwa dia sudah bekerja keras. Eun gi lalu menanyakan ayahnya kepada Jae hee. Jae hee memberitahu bahwa ayahnya sudah berangkat lebih dulu. Dia tinggal agar bisa pulang bersama Eun gi. Jae hee lalu mengusap wajah Eun gi dengan sapu tangan.
“Kau demam. Kita harus ke RS,” kata Jae hee. Senyum di wajah Eun gi langsung menghilang (yaah kirain tadi beneran akurnya). Dia menepis tangan Jae hee dari wajahnya. Jae hee agak terkejut. Karena semua pegawai sudah pulang lebih dulu bersama ayahnya, jadi dia tidak ingin lagi bersandiwara.
“Eomma…eomma,” seorang anak laki-laki berlari menghampiri Jae hee (wow, eomma?). Eun sok juga memanggil Eun gi 'Noona' dan mengajaknya bermain. Tapi Eun gi dengan dinginnya berkata kalau dia bukan kakaknya.
Jae hee tidak senang dengan sikap Eun gi. Padahal Eun sok adalah adik kandungnya. Eun gi berkata bahwa walaupun mereka sedarah, tapi Eun sok adalah anak Jae hee. Wanita yang menikahi pria yang lebih pantas menjadi ayahnya dan membuat pria itu mencampakkan istrinya yang setia.
Eun sok menangis dan Jae hee menenangkannya. Dia lalu menggendong Eun sok dan meninggalkan tempat itu. Siapa sangka, ternyata di jembatan yang tadi dilihat Eun gi dari jauh muncul Ma roo.
Temannya menangisi wanita yang sudah menipunya. Ma roo lalu mengembalikan sebuah buku tabungan dan sebuah kuci kepada temannya itu. (Oooo akhirnya saya ngerti siapa wanita yang bermesraan bersama Ma roo). Dia juga meminta agar Jae gil mengirimkan upahnya kepada Choco, adiknya. Jae gil tidak percaya begitu melihat buku tabungannya.
Ternyata si wanita memberikan semua tabungannya kepada Ma roo. Dia merasa kalau wanita itu ternyata sangat polos tapi bodoh. Ma roo mengajak Jae gil kembali ke Seoul karena misi mereka sudah selesai.
“Kau menciumnya?” Tanya Jae gil kepada Ma roo.
“Menurutmu?” jawab Ma roo.
“Kau…apa kau tidur dengannya?” Tanya Jae gil, lagi. Ma roo hanya menatapnya. “Berapa kali? Dua? Tiga? Empat?” Ma roo berjalan menjauh sambil berkata, “4 kali 4 lalu tambahkan 10.” (Mwo??????? dalam seminggu 26 kali???)
Jae gil naik pitam. “Aku menyuruhmu untuk mengambil uang ku, bukan tidur dengannya.”
Di dalam pesawat, seorang wanita menatap Ma roo. Jae gil yang duduk di samping Ma roo keGRan. Saat Ma roo berdiri, Jae gil mendekati si wanita. Tapi si wanita terlihat tidak senang. Jae gil tebal muka. Dia lalu menunjukkan hp nya tapi tiba-tiba seseorang menepis tangannya.
“Mwo?” Tanya pria dengan pakaian hitam. Jae gil langsung salah tingkah hahahah. Si wanita memperlihatkan tulisan di tangannya, “pacar, seorang gangster” wkwkwkwkwkwk
Ma roo berdiri di depan toilet. Saat pintu toilet terbuka, wanita yang baru saja keluar langsung jatuh ke pelukan Ma roo. Ma roo berkata kalau dia juga mau melakukannya, tapi mereka sedang berada di tempat umum. Si wanita yang ternyata adalah Eun gi tidak menjawab. Ma roo mulai merasa ada yang aneh. Dan kemudian, Eun gi jatuh pingsan. Nafasnya sesak. Pramugari segera berdatangan sementara Ma roo hanya melihat sesaat lalu pergi.
Pemberitahuan bahwa dibutuhkan seorang dokter karena ada seorang penumpang yang sedang sakit segera diumumkan. Ma roo tidak peduli dan kembali memasang head setnya. Jae gil yang malah terlihat tidak tenang. Dia menyenggol Ma roo tapi Ma roo tetap diam. Dia sampai mencubit Ma roo tapi Ma roo hanya memarahinya. Jae gil dapat akal. Dia lalu mengumpamakan orang yang sedang sakit itu dengan Choco yang sedang terbaring di pinggir jalan. Dia menanyakan perasaan Ma roo jika orang-orang hanya berlalu membiarkan Choco terbaring dan tidak mau menolongnya.
Ma roo berdiri. “Kau mau ke sana?” Tanya Jae gil.
“Lebih baik aku ke sana daripada terkena muncratan dari mulutmua,” jawab Ma roo.
Jae gil tersenyum. “Choco memang adalah kelemahanmu.”
Ma roo memeriksa Eun gi yang kini sudah memakai masker oksigen. “Apa keadaannya parah?” Tanya seorang pramugari.
“Sepertinya begitu,” jawab Ma roo.
Ma roo lalu menanyakan dimana wali Eun gi. Pramugari berkata kalau dia sedang menelepon Presdir. Tidak lama Jae hee muncul. Bisa terbayangkan bagaimana reaksi masing-masing.
Seorang pramugari memperkenalkan Ma roo kepada Jae hee sebagai dokter.
“Aku…bukan dokter. Aku pernah kuliah kedokteran tapi harus keluar,” jawab Ma roo. Dia berdiri lalu bertanya kepada Jae hee. “Orang ini (Eun gi, red), apa hubungan mu dengannya?”
“Dia anakku, anak suamiku,” jawab Jae hee.
“Eomma,” panggil Eun sok. Ma roo melihat Jae hee menenangkan Eun sok. Pramugari lalu memanggil Ma roo karena tekanan darah Eun gi semakin turun. Ma roo kembali duduk di samping Eun gi.
Pesawat baru bisa mendarat 30 menit lagi. Karena waktu mereka tidak banyak, Ma roo harus melakukan sesuatu untuk menyelematkan Eun gi. Dia menyiram alcohol ke tangannya, lalu melakukan injeksi ke paru-paru Eun gi.
Eun gi terbatuk. Jae hee yang dari tadi melihat langsung bertanya kepada Ma roo, “Kau tidak melakukan kesalahan kan?”
“Apa dia pernah kecelakaan?” Tanya Ma roo balik.
“Kau melakukan kesalahan kan?” Jae hee tetap bertanya.
“aku Tanya apa dia pernah terlibat dalam kecelakaan mobil?” Tanya Ma roo lagi.
“Aku bertanya apa yang sudah kau lakukan?” nada suara Jae hee meninggi.
“Setelah kecelakaan, apakah tulang rusuknya ada yang patah?” Tanya Ma roo, lagi. Suaranya juga meninggi. “Kau ibunya ‘kan?” Jae hee terdiam.
Ma roo kembali membuka sebuah suntik tapi Jae hee mencegahnya. Dia tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada Eun gi. Ma roo menepis tangannya.
“Berhenti Kang Ma roo. Kau bahkan bukan seorang dokter,” teriak Jae hee. Ma roo menatapnya tajam tapi dia sudah menusukkan jarum tadi ke dada Eun gi.
Komentar:
Waaah adegan di scene terakhir paling seru. Harus nonton!
Baru kali ini saya melihat Moon Chae won jadi cewek yang sangat dingin. Keren deh.
Di episode ada banyak pertanyaan seputar tiga tokoh utama dan itu membuat saya semakin ingin menonton episodre selanjutnya. Mudah-mudahan tidak mengecewakan seperti Fashion King.
0 comments:
Post a Comment