Sebuah mobil melaju dengan kencang.
Sambil menyetir Ma roo kembali teringat dengan pembicaraannya bersama Jae hee sewaktu dia makan bersama keluarga Eun gi. (Waktu jae hee bertanya apakah Ma roo mendekati Eun gi karena ingin balas dendam kepadanya yang sudah berkhianat. Terus dia juga nyuruh Ma roo untuk menerima uang yang ditawarkan ayah Eun gi). Ma roo juga teringat kejadian pada malam dia mengantarkan Eun gi pulang. Saat itu Jae hee mencium Pengacara Park.
Hal lain yang Ma roo ingat adalah percakapannya dengan Pengacara Ahn. Pengacara Ahn menceritakan kisah film dokumenter hewan yang sudah dia tonton. Seekor serigala yang mengigit ekor anjing hutan. Si anjing hutan berlari hingga ke pinggir jurang. Si anjing hutan mengancam jika si serigala tidak melepaskan ekornya, maka mereka akan mati bersama karena itu adalah satu-satunya pilihan. Pengacara Ahn penasaran dengan akhir cerita itu. Dia tidak dapat menyaksikanya hingga akhir karena ada janji. Dia lalu memberikan pendapatnya.
“Jika si serigala punya hati, maka dia akan melepaskan si anjing hutan. Tapi jika dia adalah serigala bodoh, maka mereka akan mati bersama terjatuh ke dalam jurang,” katanya. Ma roo tetap melakukan pekerjaannya tapi sambil mendengar cerita Pengacara Ahn.
“Menurutmu, apa yang akan si serigala lakukan?” Tanya Pengacara Ahn kepada Ma roo.
Ma roo menghentikan mobilnya karena lampu merah. Kemudian dia teringat lagi perkataan Jae hee kepada Eun gi. “Ada hal yang ingin aku capai dan aku tidak akan membiarkan siapa pun menghentikanku,” kata Jae hee saat itu.
Ma roo langsung memutar mobilnya.
Kembali ke malam saat Pengacara Ahn menemui Ma roo.
Ma roo bertanya, “Apa si serigala mati jika terjatuh bersama si anjing hutan? Yah, serigala itu berbeda dengan Anda. Serigala itu lebih bodoh dan ceroboh.”
“Walaupun dia hanya seekor hewan, dia pasti juga tidak ingin mati. Tapi jika dia berpikir bahwa kemungkinan besar dia akan mati begitu tiba di dasar jurang, bukankah dia akan mengubah pikirannya?,” ucap Pengacara Ahn.
“Tidak,” jawab Ma roo. Pengacara Ahn menatapnya tajam. Ma roo tersenyum. Sambil meneruskan pekerjaannya dia berkata, “mungkin dia akan berkata seperti ini kepada si anjing hutan, “terimakasih karena kita bias pergi bersama. Akhirnya aku tidak perlu lagi merasa kesepian.” Ma roo menatap Pengacara Ahn.
Jae hee sedang menyambut si pembeli Resort Aori yang berasal dari Amerika. Pengacara Ahn mengajak mereka untuk melanjutkan pembicaraan di restoran yang sudah dipersiapkan. Saat mereka pergi, taksi yang ditumpangi Ma roo tiba di depan pintu resort. Dia lalu bertanya kepada pegawai resort dimana Eun gi menginap.
Hari sudah malam saat Ma roo tiba di penginapan Eun gi. Di halaman dia melihat bonek Barbie Eun gi yang ada di atas ayunan. “Lama tak bertemu, “ sapa Ma roo kepada si boneka. Ma roo juga melihat papan yang ada tulisannya (yang kemarin saya tidak tahu apa arti tulisan itu).
“Pohon Seo Eun gi, 5 Maret 1983. Semoga Eun gi kami tumbuh jadi gadis yang baik hati, sehat dan cantik.
Ma roo berjalan menuju pintu masuk. Di pintu tertempel kertas, “Jangan diganggu. Dan jangan coba-coba mengetuk!” (Hah!) Ma roo melirik jam tangannya. Pukul 11 malam.
Ma roo menunggu di luar. Dia kembali melirik jam tangannya. Jam 2. Seo Eun gi masih berkutat dengan kertas-kertasnya. Tapi dia masih belum bias menemukan cara untuk mendapatkan dana yang dia butuhkan. Dia membuang kertas-kertasnya lalu keluar dari kamar. Ma roo melihatnya (tapi Eun gi tidak melihat Ma roo)
Eun gi mencuci wajahnya dan berjalan menuju halaman. Ma roo terus memperhatikannya tapi Eun gi masih tidak menyadari kehadiran Ma roo (padahal dia lewat loh di depan Ma roo. Masa cowok secakep itu tidak berkilau di tengah malam heheheh)
Eun gi akhirnya tertidur. Ma roo menunggu beberapa saat lalu berdiri dari tempatnya. Di menghampiri Eun gi dan menatapnya.
“Perhitungannya tidak benar,” ucap Eun gi dengan mata tertutup. Ma roo memanggil Eun gi. Eun gi tidak membuka matanya tapi terus berkata “Perhitungannya salah,” Ternyata dia mengigau.
Ma roo lalu masuk ke kamar Eun gi dan kertas-kertas yang berhamburan. Dia mengambil kertas di atas meja Eun gi dan membacanya. Dia melihat banyak coretan yang bertuliskan Han Jae hee. Dia lalu melihat tablet Eun gi. Di sana tertulis, “Dana yang dibutuhkan untuk mengambil alih Perusahaan Elektronik Joo Myeon adalah 38 M Won.”
Dia teringat ucapan Eun gi kepada Jae hee.
“Aku sudah punya cara untuk mendapatkan dana tanpa perlu menjual resort,” ucapa Eun gi kepada Jae hee.
“Sebuah kebohongan besar yang hanya bisa diucapkan oleh orang bodoh seperti wanita bodoh dan naïf sepertimu,” balas Jae hee. “Bukahkan sudah kubilang, kau tidak akan bisa mengalahkanku.”
Ma roo duduk dan melanjutkan pekerjaan Eun gi.
Jae gil memasang tenda di halaman rumah Ma roo (hah? Apa selama ini dia memang tidur di luar? Kasihan kasihan *geleng-geleng kepala). Dia terbangun karena ada yang meneleponnya. Ternyata si penelepon adalah Ma roo. Dia bertanya pada Jae gil yang belajar Bisnis Manajemen tentang apa yang harus dia lakukan.
Jae gil mengeluh karena Ma roo meneleponnya tengah malam. Ma roo mengancamnya agar Jae gil tidak menutup teleponnya. Jae gil melampiaskan kekesalannya denan memukul bantalnya.
“Masalah keuangan apa? Kenapa sampai harus menelepon temanku?” Tanya Jae gil, akhirnya bangun juga.
“Aku akan mengenalkan seorang gadis kepadamu,” Ma roo mencoba bernegosiasi.
“Tidak perlu, aku sudah punya gadis ku sendiri,” tolak Jae gil. Ma roo menyebutkan angka yah semacam ukuran gitu deh (you know lah ukuran apa yang saya maksud). Jae gil langsung memperbaiki tatanan rambutnya hahaha). Singkat kata, Jae gil menjawab pertanyaan Ma roo seputar bisnis.
Ma roo menempelkan beberapa catatan yang dia buat ke dinding. Dia mancabut kembali satu catatan yang dia temple karena merasa ada sesuatu. Di catatan itu tertulis Grup Jiael 1,2 jt Won, Mokhe Service 800 jt Won, dan Club X 5 Jt Won.
“Club X?” Ma roo merasa nama itu tidak asing. Dia berusaha mengingat kembali kapan dia mendengar nama tersebut.
Salah seorang ‘Pacar’ Ma roo (yang ditemui ma roo di Jepang) pernah memberitahu kepadanya tentang Club X tersebut. Katanya Club itu memang bangkrut 2 tahun yang lalu karena hutang, tapi 6 bulan terakhir mereka melakukan bisnis penambangan dan bisnis itu sangat menjanjikan. Karena itu dia meminta Ma roo agar berinvestasi di perusahaan tersebut.
Ma roo terus bekerja hingga tidak menyadari kalau hari sudah pagi. Dia keluar dari kamar dan melihat Eun gi yang masih tertidur di halaman. Dia mengangkatnya dan menjatuhkannya ke kolam. EUn gi sangat terkejut melihat Ma roo.
“Hei Nona tukang tidur, kau sudah tidur cukup lama. Bangunlah dan ayo kita hajar mereka semua,” ucap Ma roo sambil tersenyum. Dia lalu berlutut dan berkata, “Tapi sebelum itu, ayo sarapan dulu. Menu apa yang special di tempat ini?” Eun gi masih belum bisa berkata apa-apa.
Di tempat makan, Eun gi terus memperhatikan Ma roo. Ma roo bertanya mengapa Eun gi tidak makan. Jika dia ingin memenangkan sebuah pertempuran, maka dia harus makan. Eun gi bertanya bagaimana Ma roo bisa sampai ke tempat itu. ma roo menjawab bahwa dia naik pesawat lalu naik taxi heheh. Eun gi tidak memberikan respon.
“Aku rindu padamu,” ucap Ma roo. Eun gi agak terkejut mendengar keterusterangan Ma roo. “Aku benar-benar merindukanmu karena sudah beberapa hari ini tidak bertemu denganmu. Karena itu aku langsung datang ke tempat ini. Selain itu ada hal yang ingin aku tanyakan langsung padamu.” Eun gi menunjukkan ekspresi bingung. “Tapi melihat wajahmu yang sangat lelah dan pucat, aku jadi tidak tega menanyakannya.”
“Apa kau akan membiarkan resort ini diambil alih?” tanya Ma roo sambil meletakkan sepotong daging di piring Eun gi. Eun gi langsung menatapnya.
Ma roo memberikan hasil kerjanya semalam. Eun gi bertanya bagaimana Ma roo bisa melakukannya. Ma roo tanpa mengalihkan perhatiannya ke Eun gi menjelaskan bahwa investasi yang Grup Tae San tanam kepada Club X akan sangat membantu. Eun gi berkata kalau Club tersebut sudah bangkrut. Ma roo kemudian memberitahukan bahwa Club X sekarang sudah mulai beroperasi tapi di bidang yang berbeda, yaitu tambang. Dan daerah pertambangan tersebut memiliki sumber emas dan tembaga yang besar. Eun gi terkejut mendengar informasi yang disampaikan Ma roo.
Berdasarkan informasi saham yang dia dapatkan pagi ini, investasi sebesar 5 jt yang awalnya dianggap tidak memiliki nilai, kini seharga 20 M Won. Jadi mereka hanya membutuhkan 15 M lagi untuk memenuhi target dana yang mereka butuhkan.
Eun gi sedari tadi masih menatap tidak percaya kepada Ma roo. Ma roo memang tidak memperhatikan respon Eun gi saat dia sibuk menjelaskan. Tapi ketika dia mengangkat kepalanya dan melihat tatapan Eun gi, dia langsung bertanya, “Apa kau masih belum sadar sepenuhnya?”
Eun gi mencoba bicara. “Se..sejak kapan kau tahu semua ini?”
Ma roo tersenyum, “Aku punya teman. Selain itu, kalau aku harus dibandingkan denganmu, aku lebih hebat. Satu hari tidak akan cukup hanya untuk membicarakan tentang diriku. Jadi nanti saja kau bertanya. Sebaiknya kita selesaikan ini dulu.”
Ma roo kembali menjelaskan sumber-sumber dana yang bisa Eun gi gunakan untuk mendapatkan dana yang dia butuhkan. Eun gi mulai tersenyum. “Rasa kagum dan tersentuh, kita hilangkan itu dulu,” ucap Ma roo kepada Eun gi. Ma roo melirik jam tangannya. “Karena kita tidak punya banyak waktu.”
Eun gi langsung mengecek jam tangannya. Dia membereskan berkas yang perlu dia bawa. “Apa yang tadi kita lewatkan, akan aku ingat baik-baik. Kagum, tersentuh, memanfaatkanmu untuk menyombongkan diriku, dan pelukan yang kau berikan. Setelah aku menang, kita akan menghitungnya.”
Eun gi lalu menelepon Pengacara Ahn dan memintanya agar menghentikan apa pun kegiatan yang akan Jae hee lakukan. Mendengar nama Han Jae hee disebut, ekspresi wajah Ma roo berubah. Eun gi meminta agar mereka menunggunya karena dia sudah punya cara untuk mendapatkan dana tanpa menjual resort tersebut.
“Seo Eun gi-shi,” panggil Ma roo ketika Eun gi sudah beberapa langkah meninggalkannya. Dia berjalan mendekati Eun gi dan tanpa bicara langsung mencium kening Eun gi. Eun gi sangat terkejut.
“Kau harus menang dan hajar mereka,” pesan Ma roo. “Jika kau kalah, jangan pernah pulang ke tempat ini lagi,” lanjutnya. Ma roo tersenyum member semangat Eun gi. Eun gi tersenyum simpul mendengarnya. Tapi begitu Eun gi pergi menjauh, senyum itu hilang dari wajah Ma roo.
Eun gi berlari sampai ke jalan untuk mengmabil taxi. Dia memegang keningnya. Tatapannya masih tidak percaya. Sampai-sampai dia hampir melewatkan lampu hijau untuk pejalan kaki. Saat tersadar, dia langsung berlari menyeberang jalanan dan mengentikan taxi yang lewat.
Persiapan penandatanganan perjanjian antara Tae San dan Roling sedang dilakukan. Pengacara Ahn datang menemui Jae hee yang sedang berendam di kolam untuk menyampaikan pesan Eun gi.
Jae hee berkata bahwa dia bukan orang yang bisa diperintah oleh Eun gi seenaknya. Pengacara Ahn menambahkan bahwa jika sekarang Jae hee berhenti, maka nantinya dia juga harus berhenti. Dan jika sekarang dia menunggu, maka itu juga yang akan Jae hee lakukan nantinya.
Jae hee meminta Pengacara Ahn mengambilkan bajunya sementara dia sendiri keluar dari kolam. Pengacara Ahn langsung mengalihkan pandangannya begitu melihat Jae hee yang tanpa busana.
“Hubungi Roling dan beritahu mereka agar penandatanganan kontrak dilaksanakan sesegera mungkin,” perintah Jae hee kepada Pengacara Ahn.
Eun gi meminta supir taxi agar mempercepat laju taxinya.
Richard dan timnya sudah tiba. Jae hee menyambut kedatangannya mereka. Dia meminta maaf karena memajukan acaranya lebih cepat dari jadwal. Dia berasalan bahwa ada hal yang membuatnya harus kembali ke Seoul.
Eun gi tiba. Terburu-buru dia turun dari taxi dan memasuki resort.
Jae hee sudah siap membubuhkan tanda tangannya. Tiba-tiba terdengar bunyi pintu dibuka. Jae hee terlihat terkejut. Tapi begitu mengetahui bahwa yang datang adalah seorang pelayan, dia bernafas lega.
Eun gi berlari sekuat tenaga dan akhirnya tiba di depan pintu ruang pertemuan. Dia membukanya. Sayang, Eun gi terlambat. Mereka sudah menandatangi surat perjanjian.
Jae hee memperkenalkan Eun gi kepada Richard.
“Bukankah sudah kubilang untuk menungguku?” Tanya Eun gi memotong ucapan perkenalan Jae hee kepada Richard. Jae hee pura-pura bingung.
“Dia (Pengacara Ahn) pasti sudah menyampaikan pesanku kepadamu, bahwa aku menemukan cara untuk mendapatkan dana tanpa perlu menjual resort ini.”
“Tidak. Aku tidak mendapatkan pesan seperti itu,” Jae hee berkilah.
“Kau tidak menyampaikan pesanku? Apa kau tidak mendengarkanku dengan baik sewaktu aku meneleponmu?” Tanya Eun gi kepada Pengacara Ahn.
“Aku mendengarkan. Tapi aku tidak menyampaikan pesan Anda kepada Nyonya Han.”
“We yo?” Tanya Eun gi meminta penjelasan.
“Karena aku tidak ingin Anda membahayakan Grup Tae San karena masalah pribadi,” jawab Pengacara Ahn.
Pengacara Ahn mengungkapkan alasan lain kenapa mereka harus melepaskan resort itu. Menurutnya, grup Tae San tidak mendapatkan banyak pemasukan dari resort tersebut.
“Seharusnya, kita sudah menjual resort ini sejak lama. Tapi karena Anda berkeras kami terpaksa harus membiarkannya,” ucap Pengacara Ahn. Eun gi mulai marah mendengar pernyataan Pengacara Ahn.
“Perusahaan Roling menawarkan harga yang bagus untuk resort ini, jauh dari yang kita perkirakan. Nyonya Han berjasa besar dalam hal ini. Ini adalah kesempatan sekali dalam seumur hidup buat perusahaan. Kita tidak boleh melepaskannya begitu saja.”
Jae hee tersenyum. Dia mencoba menghibur Eun gi.
“Aku tahu bagaimana perasaannmu. Resort ini, pohon-pohon yang ditanam oleh ibumu dengan tangannya sendiri, dan interior di ruang para tamu adalah hasil karya ibumu. Karena itulah kau ingin mempertahankannya. Tapi bisnis memerlukan sudut pandanga objektif dan tanpa ada tandensi…”
“Tutup mulutmu!” hardik Eun gi. Dia beralih kepada Richard. “Aku tidak akan menjual resor ini. Tidak akan. Never!” Eun gi mengambil kontrak yang masih ada di atas meja dan merobeknya di hadapan perwakilan Roling. “Kontrak ini tidak sah,” kata Eun gi.
“SEO EUN GI!” emosi Jae hee tersulut atas apa yang sudah Eun gi lakukan. Dia memerintahkan orang untuk menyeret Eun gi keluar.
Eun gi kembali menegaskan kepada Richar bahwa dia tidak akan menjual resort itu, “Don’t you even dream about it.”
“Cukup. Apa kau sudah gila? Beraninya kau merobek surat kontrak yang sudah dibuat oleh Grup Tae San hanya karena masalah pribadimu. Apa kau piker kontrak itu adalah permainan anak-anak? Karena sikapmu yang ceroboh dan kekanak-kanakan ini, pasti perusahaan akan mengalami kerugian. Tapi…”
“Aku akan bicara pada ayah,” potong Eun gi. Dia mengeluarkan hp nya untuk menghubungi Presdir Seo. Jae hee merebut hp Eun gi dan menamparnya. Semua orang di ruangan itu terkejut melihatnya. Jae hee berkata itulah yang harus dilakukan oleh orang tua kepada anaknya yang bertingkah di luar batas. Itu pula lah yang diperintahkan oleh Presdir kepadanya.
“Ibayo Han Jae hee-shi!”
“Kau harusnya tidak memanggil namaku. Nan nie eomma (Aku adalah ibu mu). Selain itu, Presdir Seo sudah menugaskanku untuk mengawasimu. Jadi kalau kau memang harus dihukum, kau akan dihukum. Jika harus dipukul, maka aku akan memukulmu. Dan satu hal lagi. Orang yang sangat ingin menjula resort ini bukanlah aku, tapi Presdir sendiri. Karena dia ingin membuang semua kenagannya bersama ibumu.” Jae hee menyelesaikan ucapannya. Eun gi sangat terpukul mendengar kalimat terakhir Jae hee. Dia tidak percaya dengan perkataan Jae hee. Jae hee tersenyum. Dia mempersilahkan Eun gi untuk mengkonfirmasi kebenarannya sendiri kepada Presdir.
Jae hee menjelaskan apa yang terjadi kepada Richard. Dia menyebut Eun gi sedang menjalani periode yang sangat berat dalam hidupnya dan mentalnya agak terganggu.
Eun gi hanya diam memantung. Pengacara Ahn melihatnya.
“AARRGHH!” jerit Eun gi. Dia terduduk di atas lantai. Jae hee meminta Pengacara Ahn untuk membawa Eun gi keluar dan menghubungi dokter agar memberikannya obat.
Pengacara Ahn mencoba membantu Eun gi untuk berdiri tapi Eun gi menepis tangannya. “Sejak kapan kau menjadi orang suruhan Jae hee? Setauku, kau dulu bekerja untukku, orang yang paling penting di perusahaan tempat aku bisa bergantung.”
“Aku hanya melakukan apa yang tepat untuk perusahaan,” ucap Pengacara Ahn membela diri.
“Semoga kau berhasil di masa depan. Walaupun aku tidak tahu berapa lama kau akan menikmati kesuksesan itu.” Eun gi mencoba bangkit tapi dia hampir jatuh. Pengacara Ahn menangkapnya.
“Bisa kau singkirkan tanganmu? Aku benar-benar merasa jijik sampai mau muntah. Bajumu pasti mahal. Tidak bagus kalau aku mengotorinya,” Eun gi berbicara dengan nada sinis kepada Pengacara Ahn yang tidak mau melihatnya. Kembali dia menepiskan tangan Pengacara Ahn dan berjalan ke meja mengambil bukunya. Tiba-tiba telepon Eun gi berbunyi.
Ma roo bertanya apa yang terjadi. Eun gi terlihat akan menangis tapi dia berusaha menahannya.
“Kau kalah ya?” tebak Ma roo. Eun gi berkata kalau dia akan menghubungi Ma roo nanti. Jae hee penasaran dengan si penelepon.
“Apa semua orang itu ada di dekatmu?” tanya Ma roo lagi. Eun gi terlihat bingung dengan arah pertanyaan Ma roo. Tapi dia tetap menjawab pertnyaan Ma roo.
“Serahkan teleponmu pada Presiden Roling, Richard,” ucap Ma roo lagi. Eun gi semakin bingung. “Ada hal yang ingin aku katakana padanya. Oh iya, aktifkan loudspeaker hp mu,” tambah Ma roo. Walau masih bingung, Eun gi tetap memberikan hp nya kepada Richard. Jae hee merasa mengenal suara itu.
Ma roo menyapa Richard sebagai Presdir dari perusahaan Lahel, bukan Roling. Richard mengelak. Ma roo melanjutkan bahwa sebenarnya Lahel dan Roling itu sama saja. Richard terkejut sambil menoleh ke rekannya.
Ma roo bercerita bahwa perusahaan yang Richard pimpin sebenarnya sudah tertangkap membuang limbahnya ke sungai dan gunung. Dan untuk lari dari ancaman hukuman, dia mengganti nama perusahaannya.
Richard ingin mematikan hp Eun gi karena merasa apa yang dikatakan oleh Ma roo adalah omong kosong. Tapi dengan sigap Eun gi merebutnya sebelum Richard berhasil memutuskan telepon Ma roo. Dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi agar semua orang di ruangan itu bisa mendengarnya.
Richard membeli resort Aori dengan maksud mengubahnya menjadi laboratorium penelitian bioteknologi dan juga penemuan obat baru. Eun gi dan Jae hee terkejut mendengarnya.
Ma roo penasaran kalau sampai orang-orang tahu tentang hal tersebut. “Pasti akan jadi tontonan yang menyenangkan.”
Richard marah karena sudah dipermalukan di depan banyak orang dan langsung meninggalkan Jae hee yang masih terkejut. Pengacara Ahn mengejarnya dan Eun gi tersenyum penuh kemenangan.
Tinggallah Jae hee dan Eun gi berdua di dalam ruangan.
“Kalau kau memang penerus Grup Tae San, harusnya kau bisa melihat jauh ke depan. Karena mempertahankan resort yang sama sekali tidak memberikan keuntungan buat perusahaan, hari ini kau kehilangan kesempatan besar,” ucap Jae hee.
“Aku rasa begitu,” jawab Eun gi.
“Kau sudah membuat kesalahan yang sangat besar,” tambah Jae hee.
“Begitukah?” tanya Eun gi.
“Kau akan menyesalinya.”
“Tidak akan,” bantah Eun gi. “Bahkan jika Presdir marah dan mengambil semua yang aku punya, aku tidak apa-apa asalkan bisa mempertahankan resort ini. Itu saja sudah cukup bagiku.”
Jae hee melirik hp Eun gi. Dia melihat nama si penelepon. Dia lalu mengambil tasnya dan meninggalkan ruangan itu.
Eun gi lega karena Ma roo belum menutup teleponnya. Eun gi tidak tahu harus berkata apa. Ma roo lalu mengajaknya bertemu tapi karena dia belum tidur sejak kemarin, dia minta mereka bertemu tiga jam lagi. Dia ingin tidur lebih dulu. Eun gi tersenyum.
Dari luar Jae hee mencuri dengar pembicaraan mereka.
Ma roo merasa pusing dengan sinar matahari yang menyilaukan. Dia lalu memakai kaca mata hitam dan menselonjorkan kakinya di atas kursi. Dia mencoba untuk tidur.
Episode 5 part 2
0 comments:
Post a Comment