Jae gil sedang makan bersama di kafe tempat Choco bekerja. Seperti biasa mereka tertawa-tawa sementara Choco harus melihat mereka berdua. Tiba-tiba seseorang datang dan memanggil Jae gil dengan “Tuan Muda”. Jae gil betul-betul terkejut.
Jae gil mengelak dengan berkata bahwa orang itu salah lihat. Dia mengajak pria itu ke luar kafe sambil berkata bahwa penglihatannya akan semakin jelas jika orang itu melihatnya di tempat yang terang. Yoo ran dan Choco hanya bisa melihat keheranan.
Ketika Jae gil keluar, Choco bertanya apa Yoo ra sengaja datang ke kafenya untuk membuatnya cemburu. Yoo ra berkata bahwa dia datang ke sana karena memang makanannya enak. Selain itu ada boneka jerapah yang mirip dengan Jae gil oppa. Choco sangat kesal dan mengucapkan, “Sh..”
“Shi?” Yoo ra pura-pura terkejut. Dia lalu melaporkan Choco kepada manajernya, “Tuan, dia mengumpat di depan pelanggan.” (Shi adalah salah satu ucapan untuk mengumpat)
“Ahjumma!” Choco menegur Yoo ra yang berbohong
“Tuan dia memanggil ku ahjumma,” kembali Yoo ra mengadu kepada manajer kafe. Choco mulai kesal. Yoo ra membesar-besarkan bahwa Choco sepertinya akan memukulnya. Choco mulai ketakutan. Dia segera berbalik dan melakukan verifikasi kepada Manajernya.
(jiaaah verfikasi hehehe)
“Tuan Muda,” panggi pria tadi.
Jae gil tarik nafas, “Aku bukan tuan muda. Sudah cukup lama aku dihapus dari kartu keluarga.”
Pria itu meminta Jae gil kembali ke rumahnya karena ayahnya sudah tua dan sakit-sakitan. Selain itu, jae gil harus meneruskan usaha ayahnya. Jae gil menolak. Dia tidak mau melakukan hal yang mengerikan. Menyiksa para imigran yang tidak memiliki kelengkapan berkas. Jika mereka sakit, bukannya diobati malah dibunuh tanpa sepengetahuan siapapun. (Kayaknya seperti penyelundupan manusia gitu deh).
Jadi Jae gil meminta agar pria itu berpura-pura tidak mengenalnya jika lain kali mereka bertemu. Lagi pula, dia sudah mengubah namanya dari Park Jae gil menjadi oh Jae gil. Bahkan seandainya bisa, dia sangat ingin mengeluarkan darah ayahnya yang mengalir di dalam tubuhnya.
Yoo ra melihat Jae gil datang. Dia mendapatkan ide lagi. Dia menggigit sendiri tangannya. Choco yang sedang membersihkan meja lain melihat apa yang Yoo ra lakukan tapi tidak mempedulikannya.
Yoo juga bertanya tentang pria yang memanggilnya Tuan Muda. “Apa mungkin oppa adalah anak orang kaya yang melarikan diri?”
“Oh tentu saja bukan. Pria tadi salah lihat. Tuan Muda yang dia cari katanya sangat mirip denganku,” jae gil mencoba menjelaskan dengan terbata-bata. Yoo ra mengangguk.
Kemudian dia mengeluhkan sakit di tangannya. Jae gil melihat bekas gigitan. Dia bertanya siapa pelakunya. Yoo ra menuduh Choco sebagai pelakunya.
“YA KANG CHOCO? Apa kau ini anjing? Kenapa kau menggigit orang?” Jae gil menghardik Choco yang masih membersihkan meja. choco terkejut mendengar Jae gil berteriak kepadanya.
“Aku tidak menggigitnya, oppa,” Choco membela diri. Yoo ra langsung berpura-pura kesakitan. “Sewaktu Oppa tidak di sini, dia menggigit sendiri dirinya lalu menyalahkan…”
“Aku sudah bilang ‘kan?” potong Jae gil. “Aku bisa tahan kalau kau sakiti diriku tapi jangan sakiti Yoo ra.”
“Aku bilang bukan aku,” Choco berkeras.
“Kau…” jae gil mencoba mengontrol volume suaranya yang semakin keras karena marah. “Kita selesaikan nanti di rumah. Aku akan beritahu Ma roo biar dia menghukummu.” Choco mencoba agar tidak menangis.
Yoo ra menambahkan kebohongannya. Dia menuduh Choco telah mencuri gelangnya yang seharga 1 jt Won.
“Ahjumma!”
Jae gil menyadari sesuatu.
“Kalau dia bukan adik temanmu, aku pasti sudah melaporkannya ke polisi,” Yoo ra sok pamer kalau dia itu baik hati.
Jae gil lalu meminta Yoo ra untuk melaporkan Choco. Yoo ra kaget mendengar perkataan Jae gil. Dia merasa tidak enak melaporkan CHoco karena dia adalah orang dekat Jae gil. Tapi Jae gil malah menagambil hp nya dan berniat melaporkan Choco ke polisi. Katanya Choco harus mendapat hukuman karena tindakannya yang salah. Jadi Choco harus dipenjara. Yoo ra mulai panik. Dia langsung merebut hp dari tangan Jae gil. Katanya itu bakan hal serius yang perlu melibatkan polisi.
“Pergilah,” kata Jae gil.
“Pergilah! Oppa bilang pergi,” kata Yoo ra kepada Choco.
“Bukan Choco, tapi kau,” Jae gil meralat ucapan Yoo ra. Yoo ra terkejut. Dia tidak menyangkan Jae gil akan berkata seperti itu. Choco juga demikian.
Menurut Jae gil, Choco mungkin bisa mencoret baju orang atau menginjak kaki orang yang dia tidak suka. Tapi dia tidak akan pernah mencuri dan Jae gil percaya itu.
“Pergila Kim Yoo ra,” ucap Jae gil dengan tenang. Yoo ra terlihat memelas. “Aku bilang pergi dari hadapanku SEKARANG!”
Yoo ra minta maaf dan berusaha menjelaskan tapi Jae gil langsung berdiri. “Kalau kau tidak mau pergi, aku yang akan pergi,” ucapnya lalu meninggalkan kafe. Yoo ra langsung mengejarnya. Sementara itu Choco menangis ketika mereka berdua sudah tidak ada. Dia menangis sambil melanjutkan pekerjaannya.
Pengacara Park menemui Presdir Seo. Presdir Seo sudah mendengar kabar bahwa pembelian Resort Aori batal dan hal itu merugikan perusahaan hingga 13 atau 14 jt dolar. Dia lalu bertanya kepada Pengacara Park hukuman apa yang pantas Eun gi dapatkan. Dia merasa kalau memecatnya dan mengusirnya keluar dari rumah tidaklah cukup.
Pngacara Park lalu menyarankan agar Presdir Seo tidak menggaji Eun gi dan menggunakan gaji itu untuk menutupi kerugian yang disebabkan oleh Eun gi. Itu juga tidak cukup menurut Presdir. “Kalau begitu, Presdir juga tidak perlu membayar gajiku asal direktur tetap berada di rumah itu sampai dia tua.” Presdir Seo yang sedari tadi menandatangani dokumen tanpa menatap Pengacara Park langsung mengangkat kepalanya dan tersenyum.
“Pengacara Park, jika karena sebuah alasan yang tidak terduga semua orang berbalik menentang Eun gi, termasuk aku, tolong, tetaplah berada di sisinya. Jika semua orang di dunia ini meninggalkannya, tolong kau jangan pergi. Tetaplah di sisinya. bersabarlah walaupun mungkin itu sulit. Tolong lindungi dia, apa pun yang terjadi,” ucap Presdir Seo.
“Ya, tentu aku akan melakukannya,” jawab Pengacara Park. Mata Presdir Seo berkaca-kaca.
Saat di depan gerbang rumah Presdir Seo, seorang pelayan memanggil Pengacara Park. Dia menyerahkan foto Ma roo yang tertinggal. Pengacara Park lalu bertanya jika si Mbak pernah melihat orang yang ada di foto itu bertemu dengan Han Jae hee. Si Mbak membenarkan. Dia pernah melihat pria itu (Ma roo, red) berada di depan gerbang rumah tapi dia tidak bertemu langsung dengan Jae hee.
“Dia hanya meninggalkan sebuah amplop untuk Nyonya,” ucap si pelayan. Pengacara Park bertanya kapan si pelayan melihatnya tapi si pelayan menjawab kalau dia harus mengecek kalender untuk mengetahui pasti kapan Ma roo datang.
“Jadi dia datang ke depan rumah ini?” si pelayan mengangguk.
Pengacara Park kembali bertanya jika mungkin selain hari itu, Ma roo pernah datang lagi. si pelayan menjawab bahwa dia juga tidak tahu.
“Jadi begitu. Dia bisa saja datang dan menemui Nyonya di depan gerbang rumah seperti hari itu,” Pengacara park berbicara pada dirinya sendiri.
Sebelum pergi, Pengacara Park melihat kamera cctv yang dipasang di depan gerbang rumah.
Eun gi mencoba memakai make up dan menata rambutnya. Sementara Ma roo masih tertidur.
Karena tidak terbiasa memakai make up, Eun gi tidak puas dengan hasil kerjanya sendiri. Dia lalu meminta bantuan pegawai di resort.
Jae hee menelepon Ma roo dan minta bertemu. Awalnya Ma roo menolak karena dia sudah punya janji.
“Hanya 10 menit. Ada sesuatu yang ingin aku katakana kepadamu,” bujuk Jae hee.
“Tidak ada hal yang ingin aku katakan kepadamu. Aku juga tidak ingin mendengar apa pun dari mu,” ucap Ma roo dengan dingin.
“Aku rindu padamu, Ma roo. 10 menit saja,” Jae hee tidak menyerah (arrghh…..saya emosi chingu >_<)
Eun gi berjalan ke tempat dia dan ma roo akan bertemu. Dia agak malu-malu dan sering senyum sendiri. Sedangkan Ma roo malah pergi menemui Jae hee. Mereka bertemu di dermaga. Jae hee menyambut Ma roo dengan senyuman.
“Kukira kau tidak akan datang,” ucap Jae hee.
“Aku memberikanmu waktu 10 menit,” Ma roo langsung to the point sambil melirik jam tangannya.
Jae hee mengakui perbuatannya kepada Ma roo yang telah membuatnya berubah dari pria hangat menjadi pria dingin dan menakutkan. Ma roo kembali melirik jam tangannya dan mengeluh mengapa 1 menit terasa berlalu begitu lama.
Jae hee mengajak Ma roo naik kapal bersama seperti yang Ma roo pernah janjikan kepadanya.
“Janji itu, kau belum lupa kan?” Tanya Jae hee.
Ma roo kembali melihat jam tangannya. “3 menit.”
Eun gi masih terus berjalan.
“9 menit.”
Jae hee berbalik menatap laut dan bertanya apa yang ada di dalamnya. Dia merasa laut itu lebih baik daripada laut miliknya yang dipenuhi dengan sampah.
“Apa kau tidak penasaran? Aku ingin pergi ke sana.”
“10 menit. Aku pergi.”
“Ma roo-ah,” panggil Jae hee. Ma roo terus berjalan menjauh.
“Jangan pergi. Jangan pergi. Tolong jangan dekati Eun gi,” pinta Jae hee. Ma roo terus berjalan. Tiba-tiba terdengar suara seperti sesuatu (atau seseorang) yang jatuh ke air.
Ma roo berbalik dan kaget melihat Jae hee sudah menghilang dan yang ada hanyalah sepatunya.
“NOONA!” panggil Ma roo.
Eun gi tiba-tiba menoleh. Cangkir pengacara Ahn jatuh dan pecah.
Ma roo menyelam dan mencari Jae hee. Dia menarik Jae hee ke atas dermaga. Eun gi tiba di tempat janjian mereka.
Ma roo mencoba menyadarkan Jae hee. Eun gi masih menunggu sambil terus melirik jam tangannya.
Akhirnya Jae hee terbatuk. Eun gi mencoba menghubungi hp Ma roo tapi tidak aktif.
Pengacara Park mengecek rekaman kamera CCTV. Dia melihat saat Ma roo datang mengembalikan uang pemberian Jae hee.
Pengacara Park lalu mengecek rekaman di kamera 3 dan siapa sangka dia melihat rekaman saat Jae hee mencium Pengacara Ahn.
Pengacara Ahn berjalan terburu-buru. Ma roo menunggui Jae hee yang sudah diinfus. Ma roo seperti ingin menyentuh tangan Jae hee tapi dia berusaha menahannya. Dia pun memutuskan untuk pergi.
“Apa mungkin kau belum bisa melupakanku?” Tanya Jae hee sebelum pergi. Ma roo menoleh kepadanya. “Karena itu kau terus mengikutiku,” tambah Jae hee.
“Anda salah paham, Han Jae hee-shi,” Ma roo mencoba menjelaskan.
“Kalau begitu kenapa kau menolongku?” potong Jae hee. Ma roo diam. “Aku akan kembali kepadamu. Walau bukan sekarang, tapi aku pasti akan kembali kepadamu. Percayalah dan tunggu aku,” ucap Jae hee.
“Seberapa dalam sebenarnya lau Han Jae hee? Sampai kau akan membiarkan dirimua terus tenggelam? Apa laut Han Jae hee-shi tidak punya dasar?”
“Ma roo-ah.”
“Seharusnya kau bilang seperti itu saat aku masih belum polos dan bodoh untuk mendengarkan semua perkataannmu. Jadi aku bisa terus mempercayaimu,” Ma roo berbalik. Jae hee memanggilnya lagi.
“Dari 100 kenangan, ada 10 kenangan yang indah. Sayangnya, karena kesalahanmu, kenangan itu semuanya menghilang. Walaupun aku tidak mengerti, tapi kau seharusnya meninggalkan satu kenangan yang bisa membuatku memaafkanmu. Dengan begitu, Ma roo yang menyedihkan, yang menganggapmu sebagai orang paling berharga dalam hidupnya tidak akan seperti sekarang.” Ma roo pergi.
Di luar pintu kamar, Ma roo bertemu dengan Pengacara Ahn. Mereka bertatapan untuk beberapa saat lalu Ma roo pergi.
Ma roo berjalan pulang. Di jalan ada pawai. Orang-orang pada pakai kimono. Untuk sesaat dia berhenti untuk menonton. Tapi kemudian dia mengingat janjinya kepada Eun gi. Dia langsung berlari.
Dia sampai di kamar Eun gi dan melihat kamarnya masih gelap dan kosong. Ma roo kembali mengecek jam tangannya. Dia kembali berlari.
Dia tiba di tempat mereka janjian dan mendapati Eun gi sedang duduk tertidur. (Poor Eun gi). Ma roo mendekatinya lalu menyentuh rambut Eun gi. Eun gi terbangun dan terkejut melihat Ma roo. dia langsung berdiri. Kakinya agak kesemutan karena lama duduk.
Ma roo bertanya mengapa Eun gi terus menunggunya. Bagaimana kalau dia tidak datang.
“Aku akan terus menunggu sampai kau datang. Jika kau menunggu, maka orang itu akan terikat dan datang kepadamu,” jawab Eun gi. (Jangan sampe deh karena perkataan Eun gi yang ini Ma roo jadi benar-benar menunggu Jae hee >_<) Ma roo sadar kalau Eun gi sedang memakai make-up. Eun gi juga mengakui bahwa ini adalah pertama kalinya dia memakai gaun. Ma roo tersenyum.
“Jadi, yang mana dulu yang kita selesaikan?” Tanya Eun gi. Ma roo menatap Eun gi lalu menciumnya…
Preview episode 6:
Eun gi diusir dari rumahnya. Dia datang ke rumah Ma roo. tapi kemudian seseorang memperlihatkan foto wisuda Jae hee bersama Ma roo kepadanya.
Jae hee kembali bertemu Ma roo dan berkata kalau dia seriusa dengan perkataannya bahwa dia akan kembali kepada Ma roo.
Catatan dari saya:
Maaf kalau saya rekap saya tidak begitu memuaskan. Jujur ada banyak istilah yang saya tidak tahu harus diterjemahkan seperti apa. Maklum bahasa Inggris saya tidak begitu bagus (walaupun sudah bertahun-tahun mempelajarinya hiks T_T)
Episode 6
0 comments:
Post a Comment