Seseorang berlari di sepanjang koridor. Tapi kemudian dia berhenti untuk menonton tv yang menyiarkan sebuah berita. Reporternya adalah seorang wanita cantik bernama Han Jae Hee (Park Si yeon, red). Orang itu tersenyum. Tiba-tiba sebuah suara memanggilnya, “Kang Ma roo (Song Joong ki, red), apa yang kau lakukan?” Pria itu berbalik dan kembali tersenyum (Senyum Joong ki manis bangeeet ^_^)
Sebagai seorang co-as (ini tulisannya dah bener g ya? Atau dokter yang lagi magang lah), Ma roo ikut kemana pun dokter Seo Min hyuk pergi, melihat dan mempelajari cara si dokter memeriksa pasiennya. Namun, setelah mengikuti rombongan beberapa lama, Ma roo memberanikan diri untuk bertanya mengapa dokter Seo tidak pernah mengatakan sepatah katapun atau memberikan pertanyaan kepada mereka. Tapi dokter Seo meragukan si co-as tidak akan mampu menjawab pertanyaannya. Selain itu, mendengar jawaban yang tidak berguna yang akan mereka berikan hanya akan membuang-buang waktunya. Karena itu, dia tidak berniat sedikit pun untuk memberikan mereka tugas atau pertanyaan. Ma roo masih memikirkan jawabannya ketika tiba-tiba terdengar suara benda berjatuhan.
Seorang pasien anak-anak mengamuk ingin pulang. Para suster terlihat kerepotan menahannya. Dokter Seo lalu menanyakan hasil pemeriksaan kesehatan si anak. Si anak ditemukan pingsan dirumahnya kemarin malam. Dia hanya punya seorang kakak dan pihak rumah sakit sudah menghubunginya. Hasil CT dan MRI menunjukkan bahwa anak itu baik-baik saja. Saat itu dokter Seo lalu menugaskan Ma roo untuk mencari tahu apa penyebab penyakit anak tersebut. Ma roo agak kaget mendengarkan tugas itu.
“Ini kan tugas yang kau inginkan? Waktumu 2 jam,” kata dokter Seo lalu pergi.
“Anak ini tidak punya riwayat trauma di kepala (mungkin maksudnya anak itu tidak pernah terluka di kepalanya) tapi katanya kepalanya yang sakit. Ah…mati aku,” ucap Ma roo sambil memukulkan catatannya ke kepalanya sendiri. Dia duduk di samping ranjang anak yang sakit itu.
Si anak (Chang Yong, red) terbangun dan ingin melepaskan jarum infus yang ada di tangannya. Ma roo langsung menahannya dan memarahinya. Chang Yong bersikeras bahwa dirinya tidak sakit sama sekali dan kembali meminta agar dikeluarkan dari RS. Katanya kakaknya tidak punya uang jadi dia meminta agar dikeluarkan saja dari sana. Ma roo memarahinya dan berkata kalau dia yang akan menanggung biaya RS anak itu.
“Kau senang sekarang?” kata Ma roo.
“Jangan bercanda,” kata Chang Yong. Ma roo tidak percaya dengan reaksi Chang Yong. Dia lalu menjitak pelan kepala anak itu. Tapi kemudian Chang Yong terbatuk-batuk. Ma roo mengira anak itu berbohong dan kembali menjitak kepala anak itu. Batuk Chang Yong semakin keras dan muntah. Ma roo langsung berteriak memanggil suster.
Rombongan dokter Seo kembali terlihat dan Ma roo mendatangi mereka. Dia dengan percaya dirinya menyampaikan jawaban dari tugas yang diberikan kepadanya. Dia menjelaskan jenis penyakit yang diderita Chang Yong dan juga gejala-gejalanya.Chang Yong menderita sejenis tumor di kepalanya. Gejalanya terlihat dari batuk parah kemudian kepalanya akan terasa sakit. Selain itu anak itu juga baru saja muntah. Dokter Seo melihat noda di seragam putih Ma roo.
Salah seorang dari rombongan berkata kalau memang anak itu punya sakit yang parah, mengapa dia tidak mengatakan apa-apa kepada kakaknya. Ma roo menjawab kalau adiknya juga melakukan hal yang sama. Jika adiknya masih bisa menahan rasa sakitnya, maka dia akan berusaha menahannya.
Dokter Seo kemudian bertanya, jika memang itu sejenis tumor, mengapa CT dan MRI tidak menunjukkan apa-apa. Ma roo menjelaskan mungkin itu karena keadaan jiwa Chang Yong tidak stabil. Tapi dokter Seo berkata kalau overdosis obat adalah penyebab yang lebih mendekati. Ma roo berkata bahwa anak itu bukanlah tipe anak yang demikian. Dia bahkan menyalahkan dokter Seo yang sejak awal sudah memberikan penilaiannya tanpa mau mendengarkan pendapat dari orang lain.
“Ya, ima!” seorang dokter menegur ucapan Ma roo.
Dokter Seo langsung menelepon seseorang untuk menanyakan hasil angiogram (semacam X-ray gitu) Chang Yong. Hasilnya menunjukkan bahwa Chang Yong tidak memiliki tumor di otaknya (brain arterial tumor). Dia mempersilahkan Ma roo mengeceknya sendiri jika tidak percaya. Ma roo meminta maaf atas kesalahannya. Dokter Seo kemudian berkata kepada seorang dokter yang ada dalam rombongan agar memulangkan Chang Yong jika tidak terlihat gejala lain.
Malamnya, sebuah ambulance datang. Pasien yang dibawa adalah Chang Yong yang tadi dipulangkan oleh Rumah sakit. Sakitnya malah lebih parah.
Seseorang menemui dokter Seo yang saat itu sedang bersiap untuk pulang. Dia melaporkan bahwa Chang Yong kembali masuk di rumah sakit dan setelah menjalani tes ulang, ternyata hasilnya sama seperti yang dikatakan Ma roo siang tadi. Dokter Seo lalu memberikan instruksi yang harus mereka lakukan. Selain itu dia meminta agar Ma roo dihubungi. Dia ingin bertemu Ma roo untuk mengatakan, “Aku salah dan kau yang benar.” Salut deh sama dokter Seo ^^
Ma roo sedang berjalan menuju rumahnya sambil membawa sebatang cokelat. Terdengar kata-kata dokter Seo bahwa dua tahun dari sekarang, kampus mereka akan memiliki seorang dokter yang jenius.
Sesampainya di rumah, Ma roo memanggil adiknya tapi tidak ada jawaban. Nama adik Ma roo Kang Cho ko dan kebetulan adiknya itu suka cokelat). Dia melihat sepatu adiknya ada di depan kamarnya. Dia berkesimpulan kalau adiknya itu sedang tidur. Dia lalu mencuci mukanya. Namun dia merasa ada yang aneh.
Selesai mencuci muka, dia kembali ke depan kamar adiknya dan bertanya apa adiknya itu tidak ingin makan dulu. Masih tidak ada jawaban. Dia lalu membuka kamar adiknya dan saat menyalakan lampu kamar dia melihat adiknya tidak sadarkan diri di lantai.
Ma roo membangunkan adiknya dan memeriksa keadaannya. Tidak ada pilihan lain. Dia harus membawa adiknya ke RS. Dia memakaikan adiknya kos kaki sambil mengomeli adiknya itu. Choco berkata kalau dia baik-baik saja.
Sambil memakaikan adiknya baju hangat, seseorang menelepon. Seorang wanita (karena Ma roo memanggilnya Noona).
“Ma roo, tolong aku,” ucap wanita itu, terisak.
“Ada apa, noona?” Tanya Ma roo.
“Aku rasa dia mati. Tidak tidak. Dia sudah mati. Datang lah kemari dan selamtkan orang ini. Kau harus datang dan menyelamatkannya,” jawab si wanita yang ternyata adalah Han Jae hee (si reporter, red). Dia menangis keras. “Aku ketakutan,” tambahnya.
Ma roo bertanya dimana wanita itu sekarang. Ma roo lalu berdiri untuk pergi menemui Jae hee. Choco menahan ujung celananya.
“Kajima..(jangan pergi). Aku sedang kesakitan,” kata Choco. Tapi Maroo berkata kalau dia akan segera kembali dan membawanya ke RS. Choco terus memelas. Ma roo jadi bingung. Dia lalu membujuk adiknya. Dia berjanji setelah hitungan ke 500, dia akan kembali.
“Aku sudah mati begitu kau kembali,” kata adiknya. Tapi Ma roo tetap meninggalkan adiknya. Choco menangis keras.
Ma roo berlari. Dia sempat berhenti dan menoleh kembali kea rah rumahnya. Tapi dia kembali berlari.
Ma roo tiba di sebuah kamar. Di sana ada seorang pria tergeletak dan Jae hee duduk di samping meja telepon. Ma roo lalu memeriksa keadaan si pria.
“Apa dia mati?” Tanya Jae hee. Ma roo mengangguk. “Kenapa dia meninggal? Aku tidak membunuhnya,” Jae hee mulai mengoceh ketakutan.
Ma roo mengambil selimut dan menutupi mayat pria itu. Dia lalu mendekati Jae hee yang sedang memegang sesuatu. Ma roo bertanya apa Jae hee memukuli pria itu dengan benda tersebut. Jae hee langsung membuang benda di tangannya dan langsung pecah.
Ma roo berkata bahwa jika Jae hee membunuh pria itu untuk membela diri karena si pria ingin melakukan sesuatu yang buruk kepadanya, maka hukumannya tidak akan berat. Tapi yang dipikirkan Jae hee malah karirnya sebagai reporter yang akan tamat jika hal ini sampai ketahuan publik, tidak peduli seringan apa pun hukuman yang dia dapatkan karena membela diri. Ma roo kembali menasehati Jae hee bahwa dia bisa memulai lagi semuanya dari awal. Tapi Jae hee tidak mau kembali kekehidupannya yang dulu. Terlebih setelah semua usahanya untuk sampai pada karirnya yang sekarang.
“Lebih baik aku mati,” Jae hee menjerit. Dia langsung berdiri dan mencari pecahan kaca yang ada di atas tempat tidur. Ma roo menahannya. “Tidak ada lagi alas an bagiku untuk hidup,” Jae hee kembali menjerit.
Tangan Ma roo kemudian teriris kaca yang ada di tangan Jae hee. Saat itu, barulah Jae hee berhenti meronta. Ma roo bertanya, “Tidak bisakah aku menjadi alas an agar Noona tetap mau hidup?” Jae hee terdiam.
Mereka berbicara berdua. Saat itu Jae hee sudah tenang. Jae hee mengeluh mengapa Tuhan sangat kejam terhadapnya. (Karena sejak kecil, kehidupannya sangat sulit).
Jae hee lalu berkata kalau dia lapar. Jadi dia akan ke kantor polisi dan meminta semangkok sup pada mereka. Jae hee lalu menelepon kantor polisi dan ketika baru akan berkata kalau dia ingin menyerahkan dirinya, Ma roo langsung merebut telepon Jae hee. Jae hee terkejut tapi Ma roo langsung mencium Jae hee.
Jae hee lalu berkata kalau dia lapar. Jadi dia akan ke kantor polisi dan meminta semangkok sup pada mereka. Jae hee lalu menelepon kantor polisi dan ketika baru akan berkata kalau dia ingin menyerahkan dirinya, Ma roo langsung merebut telepon Jae hee. Jae hee terkejut tapi Ma roo langsung mencium Jae hee.
Ma roo berdiri dan membersihkan ruangan itu. Dia ingin menghapus sidik jari Jae hee yang ada di ruangan itu. “Aku yang membunuh pria itu,” ucap Ma roo. Jae hee mencoba menghentikan Ma roo. Tapi Ma roo menyuruh Jae hee meninggalkan tempat itu. Jae hee menolak. Dia bertanya kenapa dia yang harus meninggalkan tempat itu.
“Tidak masalah jika aku tidak menjadi dokter, tapi Noona, kau tidak bisa hidup jika mimpi mu hancur,” Kata Ma roo.
Di tempat lain, Eun gi (Moon Chae won, red) meminta seseorang untuk ikut bersamanya. Selama dalam perjalanan, mereka berbincang-bincang. Karakter Eun gi sedikit terlihat di adegan ini dimana dia berkata kalau dalam satu bulan dia memecat tiga orang pegawainya. Dari tatapan matanya juga bisa terlihat dia orang seperti apa.
Ternyata tujuan Eun gi mengajak orang tersebut ialah karena dia ingin mengkonfirmasi ucapan direktur Choi mengenai dirinya. Ternyata Dir Choi berkata di belakang Eun gi bahwa Eun gi itu hanya seorang gadis muda yang masih minim pengalaman dalam mengurus perusahaan. Terlebih dia itu adalah anak Ketua. Jadi itu sebabnya dia bisa mendapatkan posisinya yang sekarang sebagai seorang supervisor (yang ternyata lebih tinggi dari jabatan Dir Choi).
Dia bahkan berkata kepada Dir Choi bahwa jika Dir Choi mengkonsumsi obat jantung, maka sebaiknya dia meminumnya sekarang. Eun gi langsung menancap gas. Woaah mengerikan deh ngelihat ekspresi Eun gi.
Begitu tiba di depan rumahnya, Eun gi melihat seorang wanita sedang berdiri di depan gerbang rumahnya. Wanita itu adalah Jae hee. Seorang pria kemudian keluar dari dalam rumah dan ekspresi Eun gi langsung berubah. Jae hee memberikan sebuah amplop kepada pria itu.
“Karena perintahmu, apa kau tahu apa yang sudah aku lakukan kepada pria yang sama berharganya dengan hidupku, Pak Presdir?” Tanya Jae hee sambil menangis.
Pria itu lalu memeluk Jae hee untuk menenangkannya. Eun gi melihat semuanya dari dalam mobilnya.
Ma roo duduk di pinggir tempat tidur menatap mayat yang terbungkus selimut yang ada di hadapannya.
“Utang ini tidak akan aku lupa selama hidup ku. Aku pasti akan membayarnya dengan seluruh hidupku,” Ma roo teringat kata-kata Jae hee.
Ma roo lalu membuka jendela ketika terdengar suara sirine polisi. Dari jendela Ma roo bisa melihat mobil polisi mulai berdatangan.
Ma roo lalu menghubungi Choco untuk mengetahui kabar adiknya itu. Ma roo juga meminta maaf karena tidak bisa mengantar adiknya ke RS. Dia menyuruh Choco agar pergi ke RS bersama Jae gil Oppa.
“Mianhae karena Oppa tidak bisa menepati janji,” kata Ma roo.
Selesai menelepon, mata Ma roo berkaca-kaca. Kasihan ngeliatnya.
Dengan ini dinyatakan bahwa Kang Ma roo bersalah dan dihukum selama 5 tahun penjara.
Terdengar ketokan palu.
Episode 1 part 2
0 comments:
Post a Comment