23 September 2012

[Sinopsis] Nice Guy - Episode 3 part 2

Episode 3 part 1



Pengacara Park memberitahu Eun gi bahwa ayahnya akan meresmikan pernikahannya dengan Jae hee. Dia bertanya apa yang akan Eun gi lakukan. Eun gi menjawab bahwa dia akan menghubunginya lagi nanti.





Eun gi berjalan ke meja kerjanya. Dia terkejut melihat bonekanya ada di atas meja. Dia mengingat kembali kejadian saat ibunya menyerahkan boneka itu kepadanya.




Ibu Eun gi menyerahkan boneka itu kepada Eun gi karena itu adalah boneka favorit Eun gi waktu dia masih kecil. Selain itu, sebelum pergi ibu Eun gi mengajak Eun gi untuk ikut bersamanya, meninggalkan rumahnya agar dapat hidup normal. Dia merasa kalau Eun gi tetap tinggal di rumah itu, Eun gi akan menderita. Tapi Eun gi menolak keras ajakan ibunya. Dia bahkan membuang boneka itu di depan ibunya.

Eun gi ingin bertahan di sana dan mendapatkan apa yang inginkan. Begitu dia berhasil, dia akan menghancurkan siapa pun yang pernah menentangnya.

“Aku tidak mau seperti ibu yang hanya bisa melarikan diri seperti seorang pengecut. Aku bukan orang seperti itu.”



Sekertaris Eun gi datang. Eun gi bertanya bagaimana boneka itu bisa ada di atas mejanya. Sekertarisnya menjawab bahwa Ma roo lah yang menitipkan boneka tersebut pada dokter di Rumah Sakit. Selain boneka, Ma roo juga mengembalikan hadiah Eun gi yang dia berikan sebagai ucapan terima kasih.



Eun gi kembali menjenguk Ma roo tapi ternyata Ma roo sudah meninggalkan RS. Eun gi lalu meminta alamat rumah Ma roo pada pihak RS.


Ma roo pulang ke rumahnya. Dia menerima sms dari Choco. Choco mengabarkan bahwa mulai saat ini dia akan tinggal di rumah ibu yang melahirkannya. Jadi dia meminta Ma roo agar tidak perlu lagi mengkhawatirkan dirinya dan jangan melakukan pekerjaan bodoh hanya untuk biaya pengobatannya.

“Terima kasih karena selama ini telah merawatku, Oppa. Jaga kesehatanmu. Annyeong Oppa.” Ma roo menghubungi hp Choco tapi tidak aktif.



Jae hee berdiri di depan rumah Ma roo. Seseorang memanggilnya. Jae hee berbalik dan terkejut melihat Pengacara Ah nada di belakangnya.

Di rumahnya Ma roo mendapati Jae gil sedang bersama seorang wanita. Wanita itu terpesona dengan ketampanan Ma roo. Tapi Jae gil berkata padanya bahwa itu adalah hasil operasi plastik hahahaha


Inilah wajah Ma roo sebelum operasi versi Jae gil LOL



Ma roo mengganti pakaiaannya. Di melihat foto dirinya bersama Choco dan foto mereka saat masih kecil bersama ayahnya. Dia kembali menghubungi hp Choco tapi hasilnya masih sama.



Ma roo kembali meniggalkan rumahnya. Di luar dia bertemu dengan Eun gi yang sedang mencari alamatnya.

Seperti biasa, Eun gi mengoceh tentang banyak hal. Tentang kakinya yang sakit karena mencari alamt Ma roo dan juga tentang pendapatnya tentang lingkungan tempat tinggal Maroo. Dia sendiri baru tahu kalau ada daerah (boleh dibilang kumuh) itu di Seoul. Melihat ekspresi wajah Ma roo yang biasa-biasa saja, Eun gi lalu meminta maaf atas ocehannya. Dia tidak bermaksud apa-apa.

“Apa kau menyukaiku?” Tanya Ma roo tiba-tiba.

“Ne?”

“Untuk menutupi rasa ketertarikanmu kepadaku, kau mengucapkan hal-hal yang berlebihan,” kata Ma roo.

“Ajusshi sepertinya kau salah paham. Aku ke sini untuk…,”

“Kau tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi padaku. Aku menolongmu atas keinginanku sendiri. Jadi kita tidak perlu saling berhugungan lagi. Bukankah aku sudah mengatakannya kepadamu?”

Tapi Eun gi tidak mau merasa berhutang budi kepada orang lain.


“Hutang mu akan aku hapus,” kata Ma roo sambil berjalan mendekati Eun gi. Dan tepat di depan wajah Eun gi, Ma roo menirukan suara benda jatuh.



Ma roo berjalan menuju mobilnya. Choco menghubunginya. Choco mengeluhkan kehidupannya yang selalu saja diliputi masalah. Dia juga mengeluhkan ibu yang baru dia temui setelah 20 tahun berpisah. Ma roo mendengar suara benda dilempar dan suara pria yang berteriak memanggil Choco.

Choco meneriaki pria itu agar berhenti melempar barang. Kalau tidak, dia akan menelepon polisi. Telepon terputus. Ma roo mencoba kembali menghubunginya tapi hp Choco sudah tidak aktif.


Ma roo segera memasang sabuk pengamannya tapi tiba-tiba Eun gi masuk ke dalam mobilnya dan duduk disampingnya.

“Jadi ini yang diajarkan orang tuamu? Meninggalkan seseorang sebelum orang itu menyelesaikan ucapannya?” Eun gi mengoceh panjang lebar tapi Ma roo langsung menyuruhnya turun. Eun gi menolak. Ma roo berkata kalau dia punya urusan yang sangat penting.

“Baik. Kita pergi bersama. kita bisa berbicara selama dalam perjalanan,” ucap Eun gi sambil memasang sabuk pengamannya. Ma roo tidak mau meladeninya. Dia menyalakan mesin mobilnya dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Dalam perjalanan Ma roo mengingatkan Eun gi bahwa mereka mungkin baru akan kembali ke Seoul besok. Eun gi tidak takut mendengarnya. Dia mengira kalau itu hanya ancaman. Tapi Eun gi sadar kalau Ma roo benar-benar serius dengan ucapannya begitu Ma roo melajukan mobilnya meninggalkan kota Seoul.

Ma roo kembali mengingatkan Eun gi bahwa dia tidak akan menghentikan mobilnya sebelum dia tiba di tempat yang dia tuju. Jadi kembali dia meminta Eun gi untuk turun sebelum Eun gi menyesal karena ikut dengannya. Eun gi menolak. Dia ingin berbicara dengan Ma roo sepanjang perjalanan sebelum mereka sampai di tempat tujuan.



Eun gi memberikan hadiah yang Ma roo kembalikan dan sekali lagi Ma roo mengembalikannya. Eun gi menanyakan alasan Ma roo mengembalikan pemberiannya. Ma roo tidak menjawab. Eun gi merasa setelah apa yang Ma roo lakukan untuknya, dia harus memberikan sesuatu sebagai kompensasi. Ma roo masih diam.

“Ah…apa mungkin karena kau ingin lebih?” Tanya Eun gi. “Jogiyo!” Lama-lama BT juga si Eun gi dicuekin heheh.

“Kalau aku memaksa, apa kau akan memberikan sesuatu yang lain? Aku tidak butuh jam. Yang aku inginkan 100 kali lebih berharga. Apa kau masih mau memberikannya?” Tanya Ma roo, akhirnya. Eun gi tersenyum kecil tidak percaya. “Kau pasti bisa membeli benda yang aku inginkan ini. Jadi kalau aku membujukmu, apa kau mau membelikannya untukkua?”

“Bagaimana kalau kita kembali ke RS. Sepertinya setelah kejadian itu bukan tulang mu yang bermasalah tapi kepalamu,” begitulah jawaban Eun gi.

“Setelah kecelakaan itu, pandangang ku terhadap wanita berubah. Sebelum kecelakaan, aku tidak pernah tertarik dengan wanita sepertimu. Tapi kemarin, aku sedikit terpesona saat melihatmu,” hahah Ma roo mulai merayumu. Eun gi minta dia menepikan mobilnya.

“Sudah kubilang kalau aku tidak akan berhenti sebelum sampai ke tempat yang aku tuju.” Eun gi menatap Ma roo. “Jangan menatapku seperti itu. Aku sudah memberitahukan mu bahwa tipe gadis yang kusuka berubah sejak kecelakaan itu. Pemarah, pemilih, dan juga perawan tua.” Eun gi hanya bisa menghela nafas. LOL :D


“Sebenarnya kau mau kemana? Kapan kita akan sampai,” Eun gi melampiaskan kekesalannya.

Hari sudah malam saat mereka akhirnya tiba. Sebelum turun, Ma roo memberitahukan Eun gi bahwa kalau dia mau pulang, dia bisa berjalan sekitar sepuluh menit untuk tiba di terminal bis yang bisa mengantarkannya kembali ke Seoul. Kalau Eun gi tidak suka naik bis, Eun gi juga bisa menggunakan taxi. Ma roo yakin Eun gi punya cukup uang untuk membayar argonya.
“AKu adalah pria yang suka menggoda wanita sejak pertemuan pertama. Selamat tinggal,” Ma roo meninggalkan Eun gi. Eun gi penasaran kemana Ma roo pergi.


Ma roo memasuki sebuah warung makan. Eun gi juga turun dari mobil dan mengikuti Ma roo. Tiba-tiba seorang pria datang dan menendang meja yang sedang dibersihkan oleh seorang wanita. Eun gi terkejut.

Pria itu mencari anak si wanita, Choco, karena Choco telah melaporkannya kepada polisi. Si pria marah karena Choco menuduh dirinya telah membuat ibunya menderita. Dia melampiaskan kemarahannya dengan memukuli ibu Choco.

“Kapan aku memukulmu? Katakan kapan aku memukulimu!” katanya sambil terus memuluki ibu Choco.

Ma roo datang menahan si pria saat dia akan memukul ibu Choco dengan kursi. Si pria naik pitam. Dia melayangkan tangannya ke Ma roo. Ma roo menahannya.

“Sudah kubilang hentikan! Aku bisa 
dengan mudahnya mematahkan tulang rusukmu,” Ma roo menepiskan tangan si pria dan mendekati ibu Choco. Si pria marah dan mendorong Ma roo ke belakang. Ma roo merasakan sakit di dadanya tapi dia tidak memperdulikannya begitu melihat si pria kembali menganiaya ibu Choco.



Ma roo memukuli si pria tanpa ampun. Si pria meminta tolong pada ibu Choco. Ibu Choco (Soon ja) berdiri mengambil sapu lalu memukuli Ma roo. Ma roo yang memang belum sembuh tidak dapat melawan. Eun gi tidak tahan melihatnya. Dia ingin melerai si wanita tapi Choco datang lebih dulu.

Dia melarang ibunya memukuli Ma roo.

“Eomma jangan pukul dia! Dia Oppa ku.” Ma roo terbatuk. Dia memegang dadanya.






Eun gi mendekati Ma roo yang sedang duduk sendiri di pinggir pelabuhan. Dia menyarankan Ma roo agar kembali memeriksakan tulangnya ke RS. 

“Kau melihatnya?” tanya Ma roo.

“Perkelahiannya? Yah, kau terlihat hebat. 2 lawan 1,” sindir Eun gi. Dia tersenyum kecil.



Soon ja memberikan makanan buat Choco. Dia membela diri bahwa pukulannya tidak keras jadi Ma roo tidak akan terluka parah. Choco tidak mau makan. Dia manyun. Ibunya langsung berdiri. “Dimana kakakmu?” tanyanya.




Soon je menarik tangan Choco dan pergi menemui Ma roo. Dia meminta Ma roo agar membawa kembali Choco bersamanya.

“Tidak mau. Eomma, apa kau tidak tahu bagaimana susahnya kehidupan kakak karena aku?”
“Apa boleh…aku membawanya?” Tanya Ma roo pada Ibu Choco.

“Tidak mau.” Choco berkeras. “Kau sudah membuangku selama 20 tahun. Sekarang saatnya kau yang menjagaku,“ ucap Choco kepada ibunya.

“Choco-ah,” tegur Ma roo.

“Sejujurnya aku tidak sanggup menjaganya. Aku tidak punya apa-apa, uang atau makanan. Sejak dia datang, emosi suamiku selalu jelek. Kalau aku harus memilih diantara mereka berdua, aku lebih memilih pria itu. Tanpa dia, aku tidak bisa hidup,” kata ibu Choco. Kejam sih tapi mungkin inilah cara dia agar Choco tidak tinggal bersamanya, karena dia tahu kehidupan Choco dengan Ma roo lebih baik daripada jika Choco tinggal bersamanya.


“Aku juga tidak punya perasaan terhadapmu. 20 tahun lalu aku melahirkanmu dan meninggalkanmu pada kakakmu,” tambah ibu Choco.

“Kemasi barang mu sekarang!” perintah Ma roo kepada Choco.

“Wooh, daebbak. Bagaimana Eomma bisa berkata seperti itu?” tanya Choco.

“Karena itu kau harus kembali ke kakakmu. Dia bukan orang asing. Lagi pula kalian itu sedarah. Dan kau,” kata ibu Choco kini berbicara kepada Ma roo, “Kau sudah menjaganya selama 20 tahun. Seharusnya kau menjaganya sampai dia mati…”

“Apa kau tidak mendengarku? Kemasi barang mu sekarang!” Ma roo membentak Choco. Choco mengerjakan perintah Ma roo.

“Kalau Choco nanti menikah, tolong hubungi aku,” pinta Ibu Choco kepada Ma roo.


“Tidak akan. Aku tidak akan pernah menghubungi mu,” jawab Ma roo. Ibu Choco berbalik. Saat itu dia mulai menangis.



Eun gi melihat dan mendengar semuanya.

Choco datang membawa kopernya. Awalnya dia enggan memberikan koper itu ke Ma roo. Tapi akhirnya dia mengalah.

“Nuguseyo? (Siapa kamu?)” Tanya Choco kepada Eun gi begitu dia naik ke mobil. Eun gi tidak tahu mau menjawab apa.

“Dia kenalanku,” jawab Ma roo. “Pasang sabuk pengamanmu.” Ma roo berbicara kepada Choco dan Eun gi. Tapi hanya Choco yang mendengarkannya. Entah apa yang sedang ada di pikiran Eun gi. Ma roo terpaksa memakaikan sabuk pengaman Eun gi. (Cieee…)





Dalam perjalanan ke Seoul, Choco menangis. Ma roo memberikan dia tisu tanpa berkata apa-apa. Tangisan Choco semakin keras. Ma roo memutar radio dan membesarkan volumenya. Eun gi memperhatikan Ma roo.



Jae hee datang menemui Pengacara Ahn sambil menawarkan minuman. Dia menceritakan semua tentang masa lalunya yang mengerikan dan hubungannya dengan Ma roo.

Selama 25 tahun dia hidup menderita di rumahnya sendiri. Tapi Ma roo membantunya melewati itu semua. Baginya Ma roo adalah rumah yang selalu memberinya kehangatan. Di dunia yang kejam ini, dia adalah rumah yang selalu melindungi dirinya. Ma roo adalah satu-satunya orang yang selalu berada di pihaknya, selalu percaya padanya.

Jae hee juga menceritakan pengkhianatannya kepada Ma roo. Tentang pembunuhan yang dia lakukan yang kemudian diakui Ma roo sebagai perbuatannya. Karena itu, kehidupan Ma roo jadi hancur.

“Tapi aku, agar aku bisa bertahan, aku kembali mengkhianatinya. Aku menikmati hidupku yang sekarang. Aku ingin hidup seperti ini selamanya. Kalaupun aku hanya bermimpi, aku tidak ingin bangun sampai aku mati,” ucap Jae hee. “Tolong bantu aku,” Jae hee mengiba kepada Pengacara Ahn.


Presdir Seo kesakitan di kamarnya sementara Jae hee belum kembali.



Ma roo mengantar Eun gi yang sudah tertidur sampai ke depan rumahnya. Dia mendapati Jae hee yang sedang mabuk diantar oleh Pengacara Ahn.





Pengacara Ahn bertanya mengapa Jae hee percaya padanya, orang yang sudah melayani Presdir selama 25 tahun. Presdir bahkan lebih mempercayai dirinya daripada keluarganya sendiri.

“Bagaimana jika aku menceritakan semua yang sudah kau ceritakan padaku kepada Presdir?”

“Kau tidak akan melakukannya,” jawab Jae hee percaya diri.

“Mengapa kau begitu yakin?”




“Karena kau menyukaiku,” jawab Jae hee. “Sejak aku belum menikah dengan Presdir.” Jae hee mendekati Pengacara Ahn lalu menciumnya. Ma roo melihatnya.

“Jika kau ingin beritahu Presdir, lakukanlah.” Pengacara Ahn meninggalkan Jae hee di depan pintu.



Ma roo keluar dari mobilnya. Jae hee terkejut melihatnya. Ma roo tidak menyapa Jae hee. Dia pergi memabngunkan Eun gi dan itu membuat Jae hee semakin terkejut.


“Terima kasih,” ucap Eun gi.

“Aku pergi dulu,” Ma roo pamit.

“Aku ingin kita bertemu lagi. Entah kenapa aku ingin tahu lebih banyak tentang dirimu. Aku ingin kita bertemu lagi. Besok dan besoknya lagi,” ucap Eun gi. Ma roo tersenyum.
 


0 comments:

Post a Comment