23 September 2012

[Sinopsis] Nice Guy Episode 4 part 1



Ma roo sedang jogging. Dia tiba-tiba berhenti ketika teringat Jae hee. Saat di pesawat, di kantor polisi dan semalam, di depan rumah Eun gi, saat jae hee mencium Pengacara Ahn.

Jae hee sedang berada di gym dan dia juga teringat apa yang dia lihat semalam, saat Ma roo mengantar Eun gi.







“Aku ingin kita bertemu kembali. Beson dan seterusnya,” ucap Eun gi pada Ma roo. Ma roo tersenyum. “Itu berarti ya atau tidak?” Tanya Eun gi.

“Jam berapa sebaiknya kita bertemu? Kau ada dimana besok pagi?” Tanya Ma roo. Giliran Eun gi yang tersenyum sementara Jae hee hanya bisa menatap mereka dalam keterkejutan.




Jae hee hampir terjatuh dari treadmill. Eun gi datang menolongnya. Dia menyindir Jae hee agar menjaga keseehatannya, agar tidak sampai melukai dirinya mengingat pernikahannya dengan Presdir Seo sudah tidak lama lagi.

“Huft, aku melewatkan kesempatanku untuk membatalkan pernikahan ayahku. Sayang sekali,” ucap Eun gi. Dia menaiki treadmill di samping Jae hee. Dia menasehati Jae hee agar tidak melepaskan malaikat pelindungnya. Karena jika sesuatu itu berjalan dengan sangat mulus, maka akan ada saatnya dimana Jae hee akan merasa ketakutan atau merasa ada sesuatu yang salah.

“Terlebih jika dari awal niatmu sudah salah. Sepertinya kau sudah setengah jalan menuju impianmu. Tapi apakah kau piker aku yang selalu menginginkan keadilan, hanya akan duduk diam saja melihatmu?” Tanya Eun gi.



Di ruang ganti, Jae hee bertanya bagaimana Eun gi bisa mengenal Ma roo. Eun gi menyindir apakah Jae hee sekarang berlagak menjadi ibuyang baik. Jae hee menasehati Eun gi agar menjauhi Ma roo karena menurutnya Ma roo bukanlah pria yang baik. Eun gi hanya tersenyum sinis mendengar nasehat Jae hee. Dia balik bertanya apa Jae hee sendiri mengenal pria tersebut.

“Omo, atau jangan-jangan kau juga tertarik padanya? Apalagi dia memang tampan dan masih muda,” Eun gi kembali menyindir Jae hee.

“Pria itu tahu kau siapa kan? Karena itu dia mendekatimu? Aku…sangat tahu pria tipe seperti itu,” kata Jae hee.

“Tipe seperti itu? ah…maksudmu orang seperti Han Jae hee?” Jae hee meminta Eun gi untuk berhenti bersikap sinis kepadanya. Eun gi langsung memberikan wajah seriusnya dan berkata dia tidak peduli walaupun pria itu (Ma roo, red) mendekatinya karena mengetahui siapa dirinya.



“Kau lah yang akan terluka,” ucap Eun gi sebelum Eun gi pergi meninggalkan ruangan itu. “Kau lah yang nantinya akan terluka dan menangis, bodoh.”



Ma roo sedang berpakaian. Choco datang ke kamarnya. Choco meminta maaf karena telah meninggalkan Ma rood an memilih pergi bersama ibunya. Terlebih karena itu Ma roo jadi kenal pukul dan akhirnya terluka. Dia lagi-lagi mengeluh mengapa menjadi orang yang tidak berguna. Ma roo tersenyum dan membenarkan ucapan Choco. Choco tidak terima Ma roo membernarkan begitu saja kata-katanya. Dia lalu menyebtukan semua hal berguna yang telah dia lakukan untuk Ma roo.

“Kadang-kadang aku mencuci, memasak, membersihkan,” kata Choco menyombongkan diri.

“Benarkah? Perasaan akulah yang paling sering melakukan hal itu,” ucap Ma roo.

Choco membersihkan tenggorokannya, “makanya aku bilang ‘kadang-kadang’, sometimes.” Tidak mau dikalah, Choco kembali menyebutkan kejadian dimana dia menyelamatkanMa roo dari kejaran anjing dan juga ketika dia menyelamatkan Ma roo dari gadis yang hampir menenggelamkannya ke sungai Han (hmmm apa gadis ini akan muncul di episode berikutnya? Soalnya gadis ini telah membuntuti Ma rood an mengetahui hubungan Ma roo dengan Jae hee).

Ma roo tersenyum dan berkata kalau yang terakhir dia masih ingat. Choco tersenyum senang. Dia kembali menyombongkan diri dengan berkata kalau dia harus menyebiutkan semua pengorbanan yang telah dia lakukan demi Ma roo, maka ceritanya tidak akan selesai bahkan sampai anak Ma roo nantinya masuk TK (hahahah hiperbola LOL). Ma roo tersenyum mendengarnya dan berterima kasih. Choco tersenyum lebar.



Choco mengikuti audisi pencarian bakat. Dia tidak dapat menyembunyikan ketegangannya di depan juri. Bahkan saat memperkenalkan diri pun suarnya sudah bergetar padahal dia berniat bernyanyi. Alhasil pada saat mulai menyanyikan lirik awal, suaranya tidak dapat keluar. Hal sama terjadi pada percobaannya yang kedua. Juri pun menyuruhnya untuk kembali ke tempat duduknya.



Di kamar mandi dia meminta seorang anak untuk mendengarkannya bernyanyi. Tapi begitu Choco mulau bernyanyi, suaranya masih tidak keluar. Si anak langsung pergi meninggalkannya. Choco kemudian mengeluarkan hp nya dan memasang foto Jae gil di layarnya. Dia lalu bernyanyi di depan wajah ‘Jae gil’. Berhasil. Dia menyanyikan lagu IU ‘Goo day’ dengan sempurna (suaranya bagus).

“Tuh kan, kalau di depan oppa aku bisa bernyanyi,” ucap Choco kepada foto Jae gil ketika dia selesai bernyanyi. Kepala si anak yang tadi diminta Choco untuk mendengarkannya bernyanyi nongol dari balik pintu. Choco terkejut. Dia salah tingkah menjelaskan kepada si anak bahwa dia bukan orang gila hehehe



Pengacara Park berada di lingkungan tempat tinggal Ma roo. Dia bahkan sudah tiba di depan rumah Ma roo. Dia lalu bertanya kepada seorang ajuhmma yang kebetulan lewat.

Si Ahjumma itu sudah tinggal di lingkungan itu sekitar 20 tahun. Karenanya Pengacara Park memperlihatkan foto Jae hee dan bertanya jika si ahjumma mengenal Jae hee. Si ahjumma menjawab bahwa dia tidak kenal dengan wanita di foto itu. pengacara Park memintanya untuk melihat dengan lebih seksama. Si ahjumma seperti ingin segera menghindar. Dia menjawab bahwa dia tidak mengenal wanita itu.



Dari jauh sekertaris Jo mengawasi Pengacara Park.

Dia melaporkan apa yang dilakukan Pengacara Park kepada Pengacara Ahn.



“Seperti yang Anda duga, pengacara Park mencari tahu sendiri masa lalu Jae hee. Aku rasa dia tidak mencurigaiku. Hanya saja dia masih penasaran dengan pria yang bernama Kang Ma roo. Aku sudah memalsukan alamat dan tanggal lahir Han Jae hee yang aku berikan kepada Pengacara Park. Aku juga sudah membuat kesepakatan dengan warga sekitar untuk tutup mulut. Jadi Anda tidak perlu khawatir,” lapor Sekertaris Jo.

Pengacara Ahn teringat perkataan Jae hee. “Kau sudah lama mencintai Han Jae hee, bahkan sebelum Presdir Seo.”



Pengacara Ahn memasuki sebuah lift. Ketika pintu sudah hampir tertutup, sebuah kaki menghalagi pintu lift. Jae hee muncul dan meminta izin untuk menggunakan lift tersebut karena lifat yang satunya sudah penuh. Seorang pegawai meminta Jae hee untuk keluar karena lift itu hanya untuk orang penting.

Jae hee melihat Pengacara Ahn dan bertanya, “Apa Anda juga orang penting di perusahaan ini?”

“Ya,” jawab pengacara Ahn singkat.

“Aku dengar Grup Tae san adalah perusahaan yang memberikan kesempatan para pegawainya memiliki saham. Itu benar atau hanya rumor? Ada pendiskriminasian hanya untuk menggunakan lift, hah, aku rasa berita itu hanya rumor belaka. Perkenalkan, aku reporter junior di HBS, Han Jae hee. Hari ini aku akan melakukan wawancara dengan presdir. Insiden lift ini menunjukkan kebohongan perusahaan dan ketidakpeduliannya terhadap manajemen perusahaan. Apa boleh saya menulis demikian?”
“Nama Anda siapa?” Tanya pengacara Ahn.

“Han Jae hee, reporter junior dari HBS,” jawab Jae hee.


Pengacara Ahn mengajak Presdir Seo ke halaman rumahnya (ni rumah kayak familiar deh…hm ini bukannya rumah kepala editor Song didrama Twinkle Twinkle?).



Presdir menanyakan pendapat Pengacara Ahn tentang Jae hee. Apakah Jae hee adalah orang yang bsia dipercaya.

“Aku tidak percaya pada wanita,” jelas Presdir Seo. “Aku tidak pernah percaya pada orag lebih dari 30% (Hoaah ada takarannya toh heheh). Han Jae hee, dia tidak akan mengkhianati ku kan?” Pengacara Ahn memikirkan jawaban yang harus dia berikan.

“Aku tidak berani memberikan penilaianku. Tapi sepertinya Nyonya punya rasa cinta yang besar terhadap Presdir. Jadi aku rasa, Presdir tidak perlu khawatir,” jawab Pengacara Ahn.




Eun gi dan Jae hee tiba di hotel. Eun gi agak terkejut melihat Ma roo sudah ada di sana. Jae hee lebih terkejut lagi. Ma roo tersenyum kepada Eun gi. Dia bertanya apa Eun gi bisa tidur nyenyak semalam. Seperti janjinya, dia datang untuk menemui Eun gi.

Ma roo lalu memberi hormat kepada Jae hee. Eun gi memperkalkan Jae hee kepada Ma roo sebagai orang yang akan menikah dengan ayahnya. Ma roo berkata kalau dia pernah melihat Jae hee di TV berbicara tentang ketidakadilan yang ada di masyarakat.

“Anda adalah reporter itu kan, Han Jae hee?” ‘tebak’ Ma roo.

“Wah, kau hebat sekali. Bagaiman kau masih bisa mengingat kejadian yang sudah lama itu?” Tanya Eun gi.

Ma roo tersenyum. “Aku adalah penggemar beratnya,” jawab Ma roo.

“Kau pasti senang karena ada fan masih ingat padamu,” kata Eun gi kepada Jae hee.

“Kamsahamnida,” Jae hee berterima kasih pada Ma roo sambil berusaha tersenyum.

“Tapi sayangnya, sekarang saya sudah bukan fans Anda.” Hah! Senyum Ma roo menghilang.



Presdir Seo tiba. Eun gi dan Jae hee menghampirinya. Presdir Seo melihat Ma roo lalu bertanya apa siapa pria itu.

Eun gi memperkenalkan Ma roo kepada Presdir Seo. Presdir Seo mengajaknya sarapan bersama.



Saat sarapan, Presdir Seo menanyakan latarbelakang keluarga Ma roo. Dia ingin tahu karena Ma roo adalah pria yang pertama kali Eun gi perkenalkan sebagai pacarnya. Ma roo menjawab bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal. Presdir Seo juga menanyakan pendidikan dan pekerjaan Ma roo.

“Aku pernah keluar tapi kemudian berhenti. Sekarang aku bekerja sebagai bartender,” jawab Ma roo. Eun gi terlihat tidak senang dengan jawaban Ma roo.

“Bartender…,” sekilas Presdir Seo melirik Eun gi. Eun gi tidak berani menatap ayahnya. “Jadi alas an kau berhenti adalah karena kekurana biaya?” Tanya Presdir Seo lagi.

“Bukan,” jawab Ma roo.

“Bagaimana kalau pertanyaannya dilanjutkan begitu kita selesai sarapan,” sela Eun gi.

“Kalau begitu apa alasannya?” Tanya Presdir Seo tidak mengidahkan saran Eun gi.

“Sebenarnya aku tidak berhenti, melainkan dikeluarkan,” jawab Ma roo. Jae heetidak berani menatap Ma roo.

“Dikeluarkan? Boleh aku tahu alasannya?” Tanya Presdir Seo. Jae hee muai gemetaran. Pengacara Ahn melihatnya. Sementara Eun gi menatap ayahnya, marah.

“Sudah cukup!” kata Eun gi.

“Kenapa kau dikeluarkan?” Tanya Presdir Seo lagi.

“Abeoji,” panggil Eun gi.

Ma roo menolak menjawab pertanyaan Presdir Seo.



Presdir balik bertanya kepda Eun gi. Jae hee semakin gemetaran. Khawatir tidak bisa menyembunyikan ketakutannya, dia meletakkan tangannya ke bawah meja. Pengacara Ahn menggenggam tangannya secara sembunyi-sembunyi untuk menenangkannya.

“Kau tidak tahu alasannya?” Tanya Presdir kepada Eun gi. “Kalau kau tidak tahu apa-apa tentang pria ini, kenapa kau berani memperkenalkannya kepadaku sebagai kekasihmu?”

Eun gi berkata bahwa dia tidak peduli dengan masa lalu Ma roo. Baginya yang terpenting adalah apa yang mereka miliki sekarang dan masa depan yang akan kami lalui bersama. Presdir Seo terkejut mendengarnya.



“Bagaimana dengan Anda, Presdir. Wanita yang ingin Anda nikahi. Wanita yang ingin menikahi Anda padahal saat itu Anda sudah memiliki istri dan anak. Wanita yang hanya beda 5 tahun dari anakmu, seberapa banyak Anda mengetahui masa lalunya?” Tanya Eun gi sambil menatap tajam Jae hee.


Mendengar perkataan Eun gi, Presdir menyiram air ke wajahnya. Semuanya terkejut.

“Apa kau pikir aku akan menyerahkan Grup Tae San pada gadis tidak dewasa dan mudah iri hati seperti mu?” Presdir Seo meninggalkan meja makan bersama dan Pengacara Ahn.

Presdir Seo menyuruh Jae hee agar menyingkirkan Ma roo.



“Berikan dia apa saja. Jika dia menolak, masukkan dia ke penjara. Jika kau butuh sesuatu, hubungi Sekertaris Chang,” kata Presdir Seo pada Jae hee.

“ABEOJI!” panggil Eun gi. Dia tidak sanggup lagi menahan amarahnya.

“Kau adalah ibunya. Jadi kau harus mengajarinya dengan baik. Pria seperti apa yang dia temui dan apa yang mereka lakukan bersama. Jika Ibu Eun gi masih ada, itu yang akan dia lakukan. Jadi mulai sekarang, kau juga harus melakukannya!” perintah Presdir Seo. Eun gi pergi mengejar ayahnya dan meninggalkan Ma roo serta Jae hee berdua.



“Dengan perlakuan seperti itu, kau masih mau tinggal di sini?” Tanya Ma roo kepada Jae hee. Jae hee terduduk. “Jadi, apa kita sudah bisa memulai transaksinya? Berapa banyak yang akan kau berikan untuk mengusirku? 1 Milyar?” lanjut Ma roo sambil tersenyum sinis. Jae hee menoleh ke arahnya.

Jae hee bertanya mengapa Ma roo melakukan ini.

“Apa yang kau inginkan?” Tanya Jae hee. Ma roo memainkan makanan di piringnya. “Apa yang kau inginkan?” Tanya lagi. Ma roo masih diam. “Sebenarnya apa yang kau inginkan, heh?” Jae hee sambil berteriak kepada Ma roo.

“Menurutmu?” Ma roo balik bertanya.

“Uang? Kalau uang yang kau ingin, baik akan aku berikan. Berapa? I Milyar? Setuju. Atau kau ingin lebih?” Ma roo menatapnya tidak percaya.

“Atau…jangan-jangan kau ingin balas dendam?” Tanya Jae hee lagi. “Kau ingin balas dendam karena aku mengkhianatimu? Memangnya apa yang akan kau dapatkan begitu dendammu terbalaskan? Bukankah akan lebih baik kalau menginginkan uang. Lagi pula, kau sudah pernah menjual tubuhmu demi uang kan?” Ma roo merasa terhina mendengarnya.

“Pikirkanlah baik-baik. Adikmu, Choco, sedang sakit kan? Kau hanya hidup sekali. Jadi buang rasa dendammu dan ambil uangnya. Dengan uang itu kau bisa hidup di tempat yang jadi impian semua orang.”

Ma roo menghentakkan gelas yang dia pegang ke atas meja. (Sudah benar g ya kata yang saya pilih? Kalau pake kata ‘membanting’ takutnya pembaca mengira kalau gelasnya pecah)



“Nuna, kau benar-benar sudah gila. Karena itu, aku akan membawamu kembali. Aku tidak tahu semewah apa kehidupanmu sekarang. Tapi ini bukanlah tempatmu.”

Ma roo merasa kalau orang seperti Jae hee tetap berada di tempatnya yang sekarang maka keadilan dan harapan akan menghilang (ya, dulunya Jae hee adalah reporter yang idealis). Dunia hitam yang dulu Jae hee takutkan saat bekerja reporter akan benar-benar terjadi.

“Kalau kau tidak mau turun dari tempatmu, aku yang akan membawamu turun. Jadi bersiaplah,” Ma roo memperingatkan Jae hee sebelum dia pulang.


Jae hee menanyakan tempat dimana seharusnya dia berada kepada Ma roo. “Tempat kumuh itu? Tempat kumuh yang dipenuhi sampah?”

“Bukan. Bahkan tempat kumuh itu pun masih terlalu bagus untukmu,” jawab Ma roo. (Woaahhhh Ma roo ddaebak heheh)









Saat berjalan keluar Ma roo melihat Eun gi. Ma roo mendekatinya. Dia mengeluarkan sapu tangannya dan mengelap rambut Eun gi yang basah. Ma roo bertanya apa dia sudah berbuat salah. Eun gi berkata kalau Ma roo sudah melakukan hal yang benar.

Ma roo berkata kalau Eun gi tidak perlu meminta maaf karena kejadian di meja makan tadi. Dia tidak merasa terhina atas perlakuan ayah Eun gi. Dia merasa keluarha Eun gi sama berantakannya dengan kelurganya. Eun gi tersenyum sambil membenarkan perkataan Ma roo.

Ma roo juga berkata kalau dia tidak akan menerima uang yang di tawarkan kepadanya. kalaupun nantinya dia dipenjara, dia meminta Eun gi tidak perlu khawatir. Dia lebih kuat dari yang terlihat.

“Aku senang bersamamu,” ucap Eun gi.

Ma roo tersenyum mendengar perkataan Eun gi mengingat mereka baru bertemu kurang dari 12 jam sejak Eun gi berkata kalau dia ingin bertemu lagi dengannya.
“Walau hanya 12 jam, tapi aku merasa kalau itu seperti 12 bulan. Walau aku malumengakuinya, tapi aku benar-benar tertarik padamu.”

“Demi cinta, apakah kau mau melepaskan jabatannmu di perusahaannmu sekarang?” Tanya Ma roo. Eun gi berpikir lalu menyodorka tangannya. Dia memilih berpisah dengan Ma roo.





Ma roo menolak untuk berjabat tangan. Dia lebih suka ciuman perpisahan saat ditolak oleh seorang wanita (Dasar Kang Ma roo!!!) dan karena dia merasa tempat mereka sekarang bukanlah tempat yang tepat untuk melakukan ciuman perpisahan, dia meminta Eun gi untuk meneleponnya begitu dia menemukan tempat yang tepat.

“Jaga dirimu sampai kita bertemu lagi. Lebih cepat lebih baik,” ucap Ma roo.

Episode 4 part 2

0 comments:

Post a Comment